Truth and With u

Mulai dari awal
                                    

"Ya..yah seperti yang lo dengar tadi," ucap Nauna ragu.

"Jadi bener lo pacaran?" Tanya Didi memperjelas.

"Iya Didi! Lo kenapa sih! Aneh tau gak!"

"Walaupun gue bilang, gue gak setuju lo tetep mau akuin lo pacaran sama lelaki yang mirip manekin itu?"

"Dia gak mirip manekin Didi! Ya emang wajahnya begitu."

"Hah? Jawab gue!"

Nauna pun tersenyum sedih
Beberapa menit berlalu ia baru bernapas lega tetapi, kini Didi lagi-lagi datang mengampirinya, meminta penjelasan.

"Iya gue pacaran." Jawab Nauna pelan. "Emang kenapa kalau gue pacaran? Lo aja pacaran gue gak pernah ganggu-ganggu." Ketus Nauna.

"Lo tanya kenapa?" Rahang Didi mengetat tanda marah, lalu menghimpit Nauna di meja makan, menatap Nauna tajam, "itu gak usah dipertanyakan lagi Nauna!" Ucap Didi dengan suara tertahan.

Wajah Nauna mulai mengkerut, ia sedih Didi tak pernah membiarkannya bebas, "bisa gak sih lo berenti bersikap begini? Lo tau gak gue muak. Muak banget. Setiap ada cowo yang deketin gue lo habisin saat itu juga. Gue mengerti kalau lo gak mau gue terluka, tapi ada batasnya Didi. Ada batasnya..sekarang gue bener-bener suka sama seseorang. Gue suka sama Rans. Dan gue pacaran sama dia, tapi...tapi...kenapa lo begini sama gue? Kenapa!" Jelas Nauna tanpa sadar air matanya mulai menggenang di pelupuk matanya.

Didi terkesiap ketika melihat cairan bening mengalir di pipi Nauna. "Naa..gue gak ada maksud, tapi cowo itu sama sekali gak bisa dipercaya, daritadi dia hanya diam aja dengan wajah tenangnya itu."

Terlambat kini Nauna terisak dalam tangis, air mata yabg tadi hanya tergenang kini mengguyur pipinya, sambil sesegukan ia berucap, "di-dia gak begitu—,"

"Lo bisa gak, bicara baik-baik aja?" Ucapan Nauna terpotong karena, Rans akhirnya datang menengahi. Menarik Nauna dalam dekapannya, sambil menghapus air matanya yang bercucuran lalu beralih menatap tajam Didi.

"Emangnya lo siapa? Hah?" Didi melangkah maju hingga wajahnya bersitatap satu sama lain.

"Lo lupa? Gue pacarnya."

"Baru ngaku lo sekarang?" Lalu melirik Nauna yang sedang menangis tersedu-sedu di dekapan Rans, Mendengus kasar lalu berucap, "Lo jaga baik-baik sepupu gue! Dia sepupu kesayangan gua, lo buat dia ngeluarin air mata setitik biji pun, gue habisin lo saat itu juga." Ancam Didi lalu berbalik memunggungi.

"Lo yang seharusnya sadar, sudah berapa kali lo buat dia nangis seperti ini." Brengsek umpat Rans dalam hatinya tapi ia pendam karena bagaimanapun itu Status Didi adalah sepupu Nauna. Coba aja bukan udah sedari tadi Rans akan melempar golok di kepala lelaki itu.

Didi Menghiraukan ucapan Rans lalu berlalu meninggalkan mereka, mau pamit dengan saudara kandung mamahnya, tapi entah kenapa seketika keberadaannya tidak ada. Tak mau ambil pusing ia pun kembali kerumahnya.

Disatu sisi, Akhirnya Rans bisa menatap Nauna lebih dekat lagi,
"Na—,"

"Didi udah pergi pergi gak?" Tanya Nauna cepat membuat Rans tertegun, karena ucapannya terpotong. Mata Nauna yang membulat dengan sisa-sisa air mata di pelupuknya, cukup lucu buat Rans.

"Udah," jawab Rans pelan, mendekat sambil menghapus sisa air mata Nauna. "pura-pura ya?"

Menangkap maksud pertanyaan Rans, "yaiyalah! Yakali gue tangisin laki-laki dungu kek Didi. Kalau gak gini dia gak bakal pergi!"

Lalu menatap Mata Rans yang berada tepat diwajahnya, masih sibuk menghapus air matanya, "untung lo datang bantuin gue, kalau gak, gue gak tau apa Didi bakal pergi atau tidak,"

Sesaat Iris mata mereka bertemu, Nauna semakin tidak tahan mengungkapkan perasaannya. Ia mencengkram pakaian Rans, jantung Nauna mulai berdebar, "dan gue serius kalau gue s—," ucapan Nauna tertahan, sadar akan wajah mereka yang kian mendekat, debaran jantung Nauna makin kencang, wajahnya semerah tomat, "suka lo."

Nauna sempat melihat senyum miring Rans, dan itu membuat jantungnya makin tak karuan, dan merutuki kebodohannya, sambil berpikir akan pasrah kalau ungkapannya nanti ditolak oleh Rans.

"Realisasikan aja yang tadi." Ungkap Rans akhirnya setelah semenitan mereka terdiam saling baku tatap.

Menganga tak percaya, "maksudnya?"

Gemas melihat wajah Nauna yang tak percaya, ia pun mengecup pipi Nauna pelan, "apa dengan itu lo bisa paham?"

Semburat rona merah di pipi Nauna muncul setelahnya. "Rans gue malu tau."

Rans hanya mengendikkan bahu, dan hanya mendekap erat tubuh Nauna.

Disatu tempat yang berbeda, tampak orang tua Nauna sedang cekikikan senang. Melihat putrinya di mabuk asmara.

En———

.

End gak yaa~
komennn!

Wkwkwk.

.

Jangan lupa VOMENT-nya Zeyenk~

Trouble Hacked ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang