21. No String Attached

85.1K 6.2K 333
                                    

What am I doing here?

Aku menatap pantulan bayanganku dari dinding kaca yang menempati satu sisi apartemen ini. Seharusnya aku tidak di sini. Alih-alih kembali ke apartemenku sepulangnya dari pesta pernikahan itu, aku malah mengangguk di hadapan Ruly.

Hingga akhirnya aku berada di sini sekarang.

Ruly mendekap pundakku sebelum mendaratkan kecupannya di pundakku yang terbuka. Dia memberikanku waktu untuk sendiri dengan berpura-pura mengganti pakaiannya. Mungkin dia berpikir aku akan kabur, seperti pagi itu.

Sekali lagi, Ruly mengecup pundakku. Dia menarikan bibirnya di sepanjang pundakku dan menuju ke leherku. Sementara itu, aku bergeming di tempat. Masih terlibat dalam dialog tanpa suara dengan bayangan yang balik menatapku di dinding kaca ini.

Perlahan, aku mendengar bunyi ritsleting dibuka. Meski tidak melihatnya, aku tahu itu ritsleting gaun yang kupakai. Masih sambil terus mengecup pundakku, Ruly menyibak gaunku dan menurunkannya.

Embusan udara dingin dari air conditioner menusuk kulitku yang kini hanya berbalut pakaian dalam. Suasana begitu hening, sampai-sampai aku bisa mendengar gemerisik bebatuan hias di gaunku saat beradu dengan lantai.

Aku memejamkan mata ketika kedua tangan Ruly menangkup payudaraku. Ruly meremasnya pelan, mengalirkan getaran ke seluruh tubuhku. Namun, aku masih bergeming.

Ruly kembali mengarahkan bibirnya ke leherku. Refleks aku menengadahkan kepala, membuat leherku terpampang dengan jelas di hadapan Ruly. Kecupan demi kecupan yang didaratkannya di sana membuat jantungku berdetak lebih kencang dibanding biasanya.

Tangan Ruly beranjak dari payudaraku dan menuju ke arah punggung. Tanpa suara, dia membuka kaitan bra tersebut dan melepaskannya. Aku mendengar Ruly terkesiap di belakangku saat bra itu lepas dari tubuhku.

"Beautiful," bisiknya.

Masih dalam keadaan memejamkan mata, aku terpaksa menggigit bibir agar tidak mengeluarkan desahan saat Ruly menyentuh payudaraku. Dengan ujung jarinya, Ruly menyentuh putingku yang sudah membengkak. Sentuhan pelan itu membuatku seperti tersengat listrik.

When he pinches my nipple, I can't help myself so I let out a soft moan.

Di belakangku, Ruly tertawa pelan. Lenguhan itu cukup menjadi tanda kalau aku menikmatinya.

Kali ini dalam keadaan sadar, tanpa setetes alkohol mengalir di dalam darahku.

"Do you want to change your mind?"

Aku membuka mata dan menoleh ke arahnya. Satu tanganku terulur dan menarik wajahnya mendekat agar aku bisa menciumnya.

This is my answer.

Do I want to change my mind?

No. I don't need alcohol as an excuse right now.

Ruly melesakkan lidahnya ke dalam mulutku hingga berpagut dengan lidahku. Walaupun sebelum ini aku berada di bawah pengaruh alkohol, tapi saat ini, ketika aku merasakan ciuman Ruly, rasanya tidak asing.

Aku terkesiap ketika Ruly memutar tubuhku hingga berhadapan dengannya. Ruly mendorongku hingga terpapar ke dinding kaca di belakangku. Tubuhnya memerangkapku, membatasi gerakanku, sehingga tidak ada celah untuk melarikan diri. Ruly kembali mencumbuku, menutup semua jalan untuk melarikan diri.

Ruly meletakkan salah satu tangannya di antara kedua kakiku, dan dengan enteng dia mengangkat sebelah kakiku. Tubuhku terasa limbung saat hanya berpijak pada satu kaki ini. Ruly juga tidak membantu sama sekali, hanya membuatku semakin sulit berpijak ketika dia menangkup payudaraku dengan bibirnya.

Partner with BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang