02.6 | The Melancholic Generation

3.1K 208 35
                                    

02.6
The Melancholic Generation



Wonosari, Gunungkidul
Di awal Maret 2008


Sudah seminggu berlalu sejak SMA 1 berhasil menjadi juara 3 Liga Basket SMA se Jogja. Juara satunya, tentu saja dari SMA Colese John de Brito. Dan SMA 8 menempati peringkat ke-2. Meski SMA 8 mati-matian menyerang, tapi tetap saja, seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, pemain de Brito menang telak. Meski hanya menjadi juara ke tiga, tapi euphoria paska pertandingan tersebut ada dimana-mana. Di sekolah, para pemain basket SMA 1 sempat menjadi selebritis dalam beberapa hari. Tapi kemudian, lama-lama keadaan kembali menjadi seperti biasa.

Istirahat kedua itu, Tama berpisah jalan dengan Kikan yang hendak ke Perpustakaan. Tama mau mengumpulkan tugas kliping ke ruang BP dan nantinya ia menyusul Kikan ke perpustakaan. Di perjalanan menuju ruang BP, ia melewati kelas-kelas lainnya. Beberapa orang menyapanya. Tama harus berhenti sebentar untuk ngobrol lalu melanjutkan perjalanannya menuju ruang BP.

Di dekat ruang BP, ada kelas IPS 3 dan disanalah Janu dan Pram sedang bersendau gurau bersama teman-temannya anak SMP 1. Ada Anggit di sana yang sedang menyimak dan sesekali tertawa bersama mereka. Di sana juga ada Lintang yang sedang berdiri sambil bersandar di dinding yang bersebelahan dengan jendela. Di ujung jendela itu, ada Kuncoro yang sedang bermain gitar. Mereka berkerumun di pojokan kelas dan entah asyik sedang membicarakan apa.

Ketika lewat, tatapan mata Tama bertemu dengan Lintang yang nyengir seolah sednag tertangkap basah melakukan sesuatu yang tidak seharusnya ia lakukan. Tama berhenti sejenak di ambang pintu sambil tersenyum menyeringai sambil menaikkan alis kirinya. Lintang menggerakkan tangannya dan membentuk simbol minta ampun kepada Tama. Tama langsung tertawa lalu melambai dan meneruskan perjalananya menuju ke BP sambil terus mengintai dari jendela yang ada di sepanjang lorong.

Saat itu tatapan mata Tama bertemu dengan Anggit yang mengekor sosoknya. Tama jadi teringat dengan apa yang ia lakukan dan rekasi Lintang. Tama mengerling ke arah Lintang dan menatap Anggit yang tersenyum lembut kepadanya.Tatapannya menyiratkan pengampunan dan kelapangan hati. Tama mengalihkan pandangannya dari dalam kelas itu dan menatap ke depan. Dalam hati, ia menyesali semua hal yang ia lihat barusan.

Sementara itu di kelas, Janu dan Pram melihat Lintang yang entah ngobrol dengan siapa langsung saling tatap tak mengerti.

"Kamu ngomong sama siapa, Tang?"

Lintang yang masih tersenyum-senyum sendiri merasa kaget ditanya oleh Pram.

"Oh, itu ada Tama tadi lewat." Jawab Lintang.

Pram dan Janu langsung menoleh melemparkan pandangan ke luar jendela kelas menuju ke arah koridor yang berbatasan dengan taman dan tak menemukan sosok Tama lagi.

Di ruang BP, Tama menemukan Surya yang sedang berkutat dengan klipingnya. Ia tengah berusaha untuk menjilidnya sendiri. Tama diam saja memperhatikan ekspresi Surya yang sedang serius memotong ujung-ujung kertas dengan cutter di atas meja BP yang beralas kaca.

"Serius amat?" tanya Tama tiba-tiba membuat Surya kaget mendengar suara Tama. Potongannya melenceng dan cutter di tangannya pun menggores ibu jari Surya dengan sukses. Tama yang senyum-senyum geli langsung kaget karena perbuatannya barusan membuat Surya terkena cutter.

Surya langsung melepaskan cutternya dan melihat bekas luka itu lekat-lekat. Tidak begitu dalam memang, tapi cukup membuat darah menetes keluar.

"Sorry, sorry! Duh, dalam nggak? Ayo deh ke UKS buat ngobatin luka itu." Kata Tama agak panik karena merasa bersalah.

JARAK [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang