04.1 | Pertemuan

3.9K 200 43
                                    

04.1
Pertemuan



Wonosari, Gunungkidul & Depok
Bergantian
Sekitar Juli hingga November 2009


Betapa jauh, membentang Gambir dan Gubeng. Sejengkal saja jikalau kita lihat di dalam peta. Tetapi, diantara kedua stasiun itu, terbentang ratusan kilometer dari kota ke kota. Di sepanjang jarak itu, entah telah berapa banyak rindu yang beterbaran seperti biji yang di musim penghujan disemai sembarangan.

*

Pertemuan sepihak itu dimulai pada suatu hari di akhir bulan agustus yang panas dan gerah di dekat perbatasan Jakarta Selatan dan Depok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertemuan sepihak itu dimulai pada suatu hari di akhir bulan agustus yang panas dan gerah di dekat perbatasan Jakarta Selatan dan Depok. Seorang laki-laki berperawakan tinggi tetapi kurus berambut gondrong ikal tak terurus menggendong sebuah backpack lumayan besar terburu-buru menaiki tangga lantai dua kos-kosannya. Ia bergegas menuju kamar yang paling ujung sembari melewati selasar yang langsung menghadap ke taman kecil di area kos-kosan campuran itu. Taman kecil itu memisahkan deretan kamar-kamar kos laki-laki dan perempuan yang  lebarnya sekitar 10 meter saja, tetapi memanjang ke belakang sekitar 20 meter. Taman itu ditumbuhi beberapa pohon mangga yang cukup rimbun, halamannya ditumbuhi rumput gajah yang terurus beserta beberapa jenis tanaman bebungaan yang mekar pada bulan-bulan tertentu.

Laki-laki gondrong itu sengaja tak langsung masuk ke kamarnya dan langsung berdiri di ambang pintu kamar paling ujung yang berhadapan dengan jalan raya. Ia mendapati temannya sedang duduk di lantai sambil berselonjor di lantai keramik dan bersandar di dinding kamar. Jendela besar yang menghadap jalan raya dibiarkan terbuka dan tirainya disibakkan penuh, membiarkan ruangan berukuran 3,5 x 5 meter itu terang benderang oleh matahari bulan agustus.

Ruangan itu lengang dengan perabotan yang simple, membuatnya terlihat lebih luas daripada aselinya. Tetapi meski begitu, banyak sekali buku yang sudah dibaca maupun yang belum terbaca dibiarkan bertumpuk di tempat-tempat yang mudah di jangkau. Meja belajar sederhana dengan computer berlayar datar diletakkan di pojok ruangan di samping jendela. Ada beberapa jenis kardus berisi berbagai jenis kertas yang digulung tak rapi. Di atas gulungan-gulungan kertas itu terbentang peta Indonesia yang temannya itu dapatkan dari hasil berlangganan National Geographic setiap bulannya. Di peta itu terdapat beberapa coretan dan bulatan, berisi tempat tempat yang telah dan yang ingin didatangi.

Di sisi yang paling jauh dari jendela terdapat almari pakaian dan di sampingnya terdapat beberapa jenis tas gunung dan jajaran sepatu. Hanya ada 3 jenis saja, sepatu kets, sepatu tracking dan sandal gunung. Lalu disampingnya lagi pintu menuju kamar mandi seukuran 1,5x1,5 dengan shower dan WC duduk di dalamnya. Kipas angin duduk seukuran koper di letakkan di ujung tempat tidur yang mepet ke dinding, di arahkan menuju jendela. Si pemilik kamar dengan tenang merokok sementara laki-laki berambut gondrong itu masuk dengan mata berbinar.

"Hei, Yudha, kawan baikku! Sudah pulang kau rupanya dari Bali!" seru laki-laki gondrong itu dengan logat batak yang kental.

Laki-laki yang dipanggil Yudha itu menyeringai.

JARAK [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang