04.2 | Tulisan-tulisan

2.9K 207 26
                                    

04.2
Tulisan-tulisan



Tempat tak diketahui.
Sekitar akhir tahun 2009 hingga awal 2010



Lembar pertama.

Karena kata adalah aksara yang dipergunakan manusia untuk mengeja rasa.

*

Lembar kedua

Sebuah gambar tangan pulau Jawa. Lalu dari ujung ke ujung dibuatkan sebuah garis berkelok-kelok dan bertemu di titik tengah. Ujung-ujung itu masing-masing bertuliskan Gambir dan Gubeng. Lalu titik tengah itu bertuliskan Tugu.

Betapa jauh, membentang Gambir dan Gubeng. Sejengkal saja jikalau kita lihat di dalam peta. Tetapi, diantara kedua stasiun itu, terbentang ratusan kilometer dari kota ke kota. Di sepanjang jarak itu, entah telah berapa banyak rindu yang beterbaran seperti biji yang di musim penghujan disemai sembarangan.

Betapa aku ingin melipat jarak ini, sebagaimana dengan mudahnya kulipat buku ini. Dan dalam lipatan itu, kita bisa leluasa bertemu.

Depok, 10 Agustus 2009

*

Lembar ketiga

Kau dan aku akan sama-sama menuju sebuah antah berantah sebentar lagi. Kereta-kereta telah bersiap pada lajur-lajur yang sudah ditentukan. Jam keberangkatan juga telah ditentukan. Karcis telah di tangan. Aku dan kau hanya saling menatap dalam kebisuan yang tak dapat dienyahkan. Harus ada yang memecahkan keheningan ini. Tapi kau dan aku mungkin terlalu larut di dalamnya. Perasaan haru yang dinanti tak juga muncul. Kau dan aku menunggu. Termangu.

Mesin dihidupkan, peluit dibunyikan. Tiada kata perpisahan. Kau dan aku masing-masing menaiki kereta yang berbeda tujuan. Sejenak, hari kemarin seakan sebuah ingatan yang berasal dari jauh, menjauh seperti stasiun yang kereta-kereta ini tinggalkan.

*

Pagi yang lengang setelah sebuah pernyataan Surya kepada Tama, bersama keluarganya, Surya diantarkan ke stasiun untuk pergi merantau ke Surabaya. Sepanjang perjalanan Surya hanya melamun menatap pemandangan yang membosankan. Di depan kemudi, ayahnya sesekali melihat anak laki-lakinya yang termenung menatap ke luar jendela mobil. Sang ibu hanya tersenyum kepada sang ayah yang memberikan kode kepadanya mengenai anak semata wayang mereka yang terlihat gundah.

Di peron, sebelum kereta diberangkatkan, Surya mengambil handphone-nya dan mengirim pesan. Ia menunggu beberapa saat tetapi tidak ada balasan. Ia menghela napas dan mengantongi kembali handphone-nya itu dan menata kedua orang tuanya yang mengobrol. Ia mendekat dan berpamitan kepada keduanya ketika pengumuman kereta menuju Surabaya masuk ke stasiun Tugu.

Tama sedang tiduran sembari membaca komik ketika pesan itu masuk. Ia meraih handphone-nya yang ada di rak buku tanpa melepaskan matanya dari komiknya. Ia membuka pesan itu dengan perasaan ogah-ogahan. Tapi setelah membacanya, ia menjadi termenung. Ada sesuatu yang menyesakkan tiba-tiba menghinggapi perasaannya.

'Hei, aku berangkat. Sampai jumpa lagi.''

Tama bangkit untuk duduk di atas tempat tidurnya. Ia meletakkan komiknya di atas tempat tidurnya. Ia masih menatap layar HPnya, pias. Ia lalu membuang pandangan menuju ke pemandangan yang terbingkai oleh jendela kamarnya. Pemandangan di luar sana biasa-biasa saja. Langit yang biru memutih di kejauhan. Awan-awan yang berarakan. Matahari yang terik. Kota yang lengang.

JARAK [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang