02.5 | Round

3.2K 187 24
                                    

02.5
Round



Jogja.
Di suatu pertengahan Februari 2008


Waktu berjalan. Hari-hari terlewati, minggu-minggu berlalu, hingga sebulan. Semua masih sama, masing-masing masih bergolak dengan masalah di masa muda. Yang satu masih saja tak akur dengan ayahnya, yang satu masih terobsesi pada satu pencapaian, yang satu membenci yang satunya – meski diam-diam ada hal lain yang tumbuh di sana, yang satu bertepuk sebelah tangan terhadap seseorang yang ia dambakan, yang satu mungkin tak akan sanggup membuat sebuah pengakuan terhadap perasaannya –ah, dia terlalu perasa dan penjaga-, yang satu selalu memperhatikan yang satunya, yang diperhatikan malah memikirkan sosok lain di masa lalu, dan yang terakhir, ia terlalu khawatir dengan rahasia yang ia sembunyikan. Masing-masing menyimpan hal-hal itu jauh dari jangkauan tiap individu. Tapi yang ebberapa yang mengetahuinya, hanya tinggal diam tak berani mengusik usaha yang satunya untuk tak bercerita.

*

Diantara semua olahraga yang paling mereka sukai adalah bola basket. Alasannya hanya satu, karena permainan basket sangat menyenangkan. Dan beberapa diantaranya, memiliki kenangan tersendiri dengan permainan basket.

Sebut saja Tama. Ia begitu sangat menggemari basket sejak teman berkelahi teman kecilnya itu mengajari mereka permainan mini basket di lapangan belakang rumah teman kecilnya di kompleks rumah Eyangnya. Tama, jadi sedikit terobsesi permainan itu sejak saat itu. Obsesinya itu terbawa sampai ke SMP. Selain bermain street basket bersama teman-teman SMPnya, ia juga sempat masuk tim basket. Beberapa kali ia ikut kejuaraan daerah. Tapi pada suatu titik, ia berhenti dari tim basket karena merasa tidak nyaman dengan semua aturan tetek bengek yang ada dalam tim. Ah, iya, lagipula, basket mengingatkannya pada sesosok orang yang telah mengenalkannya basket untuk pertama kali.

Pasukan Kasukabe mulai menghentikan latihan basket di belakang rumah Janu karena Jay dan Surya yang harus mengikuti latihan intensif untuk turnamen basket se DIY. Alhasil memang hanya kadang-kadang Janu, Anggit, dan Tama saja yang sesekali bermain shooting di lapangan basket. Pram ikut sesekali kalau ia sempat, ia sibuk kegiatan di Gereja kahir-akhir ini.

Hari itu adalah hari dimana tim SMA 1 Wonosari akan melakukan pertandingan semifinal yang akan menentukan tim mana yang akan melaju ke pertandingan final. Pertandingan basket ini dilakukan di Gedung Olahraga milik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Tim SMA 1 bermain sangat baik di babak-babak sebelumnya hingga mengejutkan tim lain. Karena selama ini tim basket SMA 1 belum pernah melaju ke babak semifinal. Semua siswa larut dalam euphoria ini, sekaligus merasa berdebar-debar menantikan pertandingan semifinal.

Tama datang ke kelasnya seperti biasa, 15 menit sebelum bel berbunyi, masih setia menaiki sepedanya meski telah memiliki motor. Ketika masuk ke kelasnya, ia berbarengan dengan Surya yang juga baru datang.

"Hei." Sapa Tama.

Surya mengangguk sambil tersenyum. Sejak saat Tama punya handphone dan tak mengabari Surya padahal yang lain dikabari oleh Tama, Surya masih agak ngambek. Dan Tama yang kurang peka itu sepertinya tak menyadari hal itu. Keduanya menuju kursi mereka yang berjauhan karena duduk yang diacak. Setelah meletakkan tasnya, ia menghampiri temen-temannya yang duduk di dekat bangku Surya. Teman-temannya itu sedang asyik membicarakan sesuatu. Tama mendekat ke Kikan.

"Lagi ngomongin apa?"

"Pertandingan basket ntar."

Tama mengangguk-angguk sambil mencoba mengikuti alur pembicaraan teman-temannya itu.

"Kalian nanti berangkat jam berapa Jay?" tanya Lintang kepada Jay yang duduk di atas meja.

"Pelatih bilang habis istirahat kedua di suruh kumpul ke ruang olahraga sih. Paling juga jam satu. Soalnya pemain harus setengah jam sampai di lapangan sebelum pertandingan di mulai. Kita kan dapat pertandingan pertama. Jadi ya memang harus cepet-cepet." Jawab Jay.

JARAK [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang