Jeda - Gagat Rahina

2.3K 186 183
                                    


Surprise, surprise! Enjoy.


--------

Jeda - Gagat Rahina


Wonosari. Gunungkidul.
Hari reuni pasukan Kasukabe dan yang lainnya. Juni 2017.


Adakah orang yang mampu mencintai satu orang saja dalam waktu yang sangat lama?

Mungkin tidak ada seorang pun. Tetapi, kita tidak pernah tahu bagaimana cinta itu bekerja, apalagi jika sudah dipercampurkan dengan waktu dan ingatan.


*


Semuanya terasa sama di mata Surya di siang menjelang sore itu. Sinar matahari terasa hangat dan langit terliaht teduh oleh gumulan awan yang seperti tak bergerak. Halaman belakang rumah Janu terlihat seperti dulu ketika ia sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya di tempat itu. Hanya untuk sekedar duduk-duduk di teras belakang sambil bersenda gurau diantara jajanan dan gelas-gelas yang terisi oleh es kelapa muda.

Pram sangat antusias mengobrol bersama Surya. Laki-laki itu benar-benar telah berubah. Aura gelap dan menakutkan yang dulu selalu melingkupinya berganti menjadi sesuatu yang menyenangkan. Pram yang dulu paling malas berbicara itulah yang kali ini banyak bertanya dan bercerita. Setelah lulus dari DKV ISI yang memakan waktu lima setengah tahun, Pram dan beberapa orang temannya membuat sebuah kelompok kolektif dan kini mereka cukup terkenal sebagai kelompok seniman muda berdasar seni grafis di Jogja. Surya tahu itu lewat Anggit yang kadang-kadang menghubunginya. Ada banyak hal yang berubah semenjak ia pergi ke Singapore. Tetapi satu hal yang pasti tidak berubah dari Pram adalah, senyum jahil dan kalimat-kalimatnya yang membuat hati Surya teremas mengingat masa-masa mereka tumbuh bersama.

Mereka berdua masuk ke halaman belakang rumah Janu lewat jalan pintas yang dulu sering mereka gunakan ketika jaman-jaman mereka masih sering main basket di lapangan kompleks belakang rumah Janu. Surya membiarkan mobilnya terparkir di samping lapangan basket setelah mengunci dan memasang alarm. Pintu kayu yang didorong oleh Pram dan sepedanya telah lapuk di sana sini, dirambati tanaman dolar dari balik tembok pagar rumah Janu. Surya heran bagaimana bisa pintu itu masih saja menggantung di engselnya yang sudah berkarat.

Surya berpikir, semuanya akan terasa canggung ketika ia bertemu teman-teman yang telah lama ia tinggalkan. Lebih dari lima tahun sejak Surya akhirnya jarang berkumpul dengan pasukan kasukabe. Lebih dari tiga tahun setelah Surya memutuskan untuk bertolak ke Singapore, meninggalkan segalanya yang ia punya di Indonesia, untuk memulai hidupnya yang baru. Tetapi ketakutannya itu sirna manakala ia disambut oleh teman-temannya dengan gempita. Beberapa teman-teman perempuannya mengerubunginya, mendesak Pram untuk memutar kedua matanya karena jengah melihat bahwa Surya masih memberikan efek yang sama terhadap para anak-anak perempuan di kelasnya.

Pram memarkir sepedanya di bawah pohon mangga di samping teras dan menghampiri Janu dan Anggit yang sedang berdiri di depan meja panggangan. Kedua duo yang hampir tak pernah terpisahkan semasa SMA itu memandang Surya dengan tatapan geli bercampur jahil. Keduanya melihat kernyitan Pram yang dalam ketika menghampiri sahabat-sahabatnya, menggenapi trio pembuat onar yang kini menyeringai jahil ketika bersitatap dengan Surya yang mengulum senyum. Ah, semuanya terasa seperti dulu, seperti ketika mereka masih begitu polos untuk mengenal dunia.

Pertama kali dalam tiga tahun belakangan ini Surya benar-benar bisa tertawa lepas melihat teman-temannya yang asyik mengobrol. Teman-temannya menyapa. Kecanggungan yang ia rasakan karena tak pernah muncul di reuni mereka selama beberapa tahun belakangan ini tak lagi ia rasakan. Ia lega karena meski obrolan yang sedang ia lakukan bersama teman-temannya hanyalah basa-basi karena tak tahu lagi apa yang harus diobrolkan, tetapi ia tahu, teman-temannya sedang berusaha untuk mengenal kembali Surya yang lama sekali meninggalkan mereka. Surya pun demikian. Itulah mengapa pada akhirnya tahun ini ia memilih untuk pulang dan menemui teman-temannya.

JARAK [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang