01.3 | Pasukan Kasukabe

9.6K 337 5
                                    

01

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

01.3
Pasukan Kasukabe




Wonosari, Gunungkidul.

Sekitar Agustus 2006


Di kelas itu, ada sekelompok siswa yang terlihat sebagai biang keonaran. Janu adalah ketuanya. Tama menyebut kelompok itu sebagai pasukan kasukabe, dengan Janu sebagai sinchan. Di kelas itu memang ada banyak kelompok-kelompok kecil karena masih belum begitu mengenal masing-masing. Kelas itu didominasi oleh anak-anak dari SMP 1 Wonosari. Ya, Janu dan 3 orang temannya yang berasal dari SMP 1 Wonosari berkumpul menjadi penguasa kelas. Beberapa kelompok lain Tama sebut sebagai kelompok kutu buku karena selama pelajaran terus mencatat dan ketika istirahat mereka pergi ke perpustakaan. Ada kelompok anak-anak cantik asal SMP 1 Wonosari berisi 2 orang siswi yang sering kali tak terlihat selama jam istirahat, mereka berkumpul bersama geng SMPnya yang kebetulan adalah siswi kelas sebelah. Ada sekelompok anak laki-laki yang tak masuk dalam kelopok manapun dan berkumpul menjadi satu. Ada pula anak-anak perempuan yang demikian. Dan Kikan, teman sebangkunya sepertinya adalah ketua kelompok anak-anak cewek pintar di kelas.

Mengenai kelompok Janu, Tama telah mengenal salah satu diantaranya. Anggita Atur Anindita. Namanya memang seperti anak perempuan, tetapi ia anak laki-laki yang sedikit aneh. Ia biasa dipanggil Anggit. Anggit adalah salah satu murid eyang kakungnya. Suatu saat ketika liburan kelas 1 SMP, Tama bertemu Anggit yang sedang berlatih ndalang di tempat eyang kakungnya. Anggit waktu itu datang bersama seseorang teman SMPnya yaitu Gumilang Kuncara. Yang beberapa bulan setelahnya baru Tama ketahui bahwa kedua murid eyang kakungnya itu satu sekolahan dengan Janu, yang pada akhirnya di akhir masa SMP mereka bertiga berteman baik.

Anggit anak yang cukup kurus untuk anak seusianya. Tingginya hanya selisih 3 cm dengan Tama, lebih tinggi Anggit tentunya. Baju seragamnya terlihat kebesaran di tubuhnya yang kurus. Rambutnya selalu dipotong pendek cepak, mengelabui rambutnya yang agak kaku dan ikal. Warna kulitnya kecoklatan khas orang jawa. Kalau tersenyum, Anggit manis sekali. Anggit adalah gambaran laki-laki jawa yang ketika dewasa terlihat mempesona.

Diam-diam meski berbadan kecil, Anggit itu pintar. Ia pernah memenangkan olimpiade fisika nasional tingkat SMP dan kudengar dari eyang, ketika lulus, ia menjadi juara umum nomor 2. Yang nomor satu adalah anak perempuan. Kata eyang kakung, Anggit memiliki kekuatan gaib yang diturunkan oleh kakeknya. Memang di beberapa keluarga jawa di daerah Gunungkidul masih banyak yang memiliki kekuatan gaib yang diturunkan turun temurun. Tama menyebut Anggit sebagai anak setengah indigo. Anggit bisa membaca aura, merasakan firasat baik atau buruk, membaca pertanda lewat mimpi, dan juga merasakan keberadaan makhluk halus. Meski demikian, Anggit mengakui kepada Tama, kalau ia tak bisa membaca aura yang dimiliki Tama. Entah mengapa. Aura keluarga eyang kakung tak terbaca, padahal eyang kakung tak memiliki ilmu kejawen apapun.

JARAK [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang