06.6 | Jaul Panamaya

1.8K 163 128
                                    

06.6
Jaul Panamaya



Wonosari.
Hari terakhir libur semester ganjil. 2011.

Tak bisa tidur.

Tama terjaga sedari subuh menyingsing dan panggilan bagi umat muslim di kumandangkan dari masjid yang ia dengar di kejauhan. Tama terlentang di kasurnya, menatap langit-langit kamar tidurnya di rumah eyangnya itu dengan napas yang teratur. Pikirannya kosong, padahal semalam sebelum tidur, ada hanyak hal yang berseliweran di benaknya, tentang yang harus ia katakan kepada Surya.

Di acara tahun baru yang diadakan oleh geng kasukabe itu, Tama telah mendapatkan jawaban atas keresahan yang ia rasakan belakangan ini. Perdebatan antara kesadaran dalam dirinya dan apa yang ia rasakan. Kali ini, hatinya menang. Dan yang ia inginkan adalah bayangan bersama dengan laki-laki yang bisa membuatnya berubah rasa dalam sekejab. Dari geli karena tindakan kikuknya, marah karena keplin-planannya, hingga bahagia hanya dengan melihatnya mengulum senyum sembari menatap Tama dengan tatapan yang tak pernah ditujukan oleh siapa pun kepada Tama. Kali ini, Tama ingin mencoba untuk tidak melarikan diri dari perasaannya. Ia ingin mencoba untuk bersama.

Tama merubah posisi tidurnya dan meraih HP yang ada di atas meja samping tempat tidurnya. Lagi ia tatapi pesan terakhir dari si bule depan kamarnya.

Si Bule Depan Kamar
Malam ini saya berangkat mendaki bersama Narya.
Saya harap kau sudah mendapatkan jawaban atas hal yang ingin kau pastikan malam tadi.
Saturday, January 1, 2011. 15.39

Pesan itu masuk di sore tanggal satu dan Tama segera membalasnya malam itu. Sebenarnya Tama ingin sedikit meminta pertimbangan Yudha dalam balasannya terhadap pesan Yudha. Meski ia telah memastikan sesuatu itu masih ada dan tetap sama, ada keraguan yang selalu muncul membayangi semau keinginannya. Seperti bayang-bayang yang berkelindan di bawah temaram purnama.

Yudha, aku telah memutuskan hal ini.
Aku tidak melarikan diri lagi dari perasaan orang itu.
Baru kali ini aku menginginkan menyambut perasaanku bersama seseorang.
Saturday, January 1, 2011. 19.17

Yudha tidak membalas lagi. Pesan Tama itu tak Tama ketahui telah diterima Yudha apa belum. Ada kemungkinan Yudha sudah naik gunung hingga si bang bule tak membuka HPnya. Lagipula, Tama tahu betul niatan Yudha naik gunung adalah untuk menata pikirannya yang kacau karena hal-hal yang terjadi belakangan ini. Tama pikir, pastilan masalah mengenai keluarga Yudha itu begitu pelik, hingga mampu membuat Yudha yang emosionalnya itu begitu stabil menjadi labil dan seperti wong gendheng. Jadi, sudah pastilah itu si bang bule tidak akan sering-sering membuka HPnya.

Tapi Tama lega mengatakan niatannya itu kepada Yudha. Tama merasa Yudha tak akan memiliki pretense apapun terhadap keputusan Tama itu. Tidak juga lantas berekspektasi jauh-jauh, atau membayangkan muluk-muluk sampai entah ke masa depan apa. Dan tentu tidak seusil para teman-temannya yang pasti akan menggolok-olok Tama serta menjadikan keputusannya itu sebagai sebuah bahan obrolan yang bisa membuat Tama mati malu. Dalam hati Tama membuat janji, akan membagi cerita bahagia yang menantinya itu kepada laki-laki yang ia hormati dan percayai itu.

Hari ini aku akan bertemu dengannya.
Menuntaskan semua hal. Wish me luck.
Saturday, January 8, 2011. 09.31

Tama menghela napas. Senyumannya tiba-tiba terulas, membayangkan sore nanti, di tempat dimana semua hal itu bermula, akhir yang menjadi awal akan menyambut ia dan seseorang itu bersama-sama. Menyambut perasaannya bersama si lelaki matahari.

*

Surya mengurung diri di kamarnya sejak semalam. Ia mengelap pembicaraan panjang bersama ayah dan ibunya. Ia tidur lebih cepat dari biasanya, tetapi berusaha sekuat apapun, ia kembali terjaga selepas rumahnya tenang tanpa ada suara-suara karena ayah dan ibunya yang telah terlelap diantara derik jangkring di luar pekarangan rumah mereka. Merokok. Itulah satu-satunya hal yang ia lakukan setelah bangkit dari tempat tidurnya dan duduk di meja belajar setelah membuka jendela kamarnya. Diingatnya lagi perasaan aneh yang ia rasakan terus menerus setelah kembali dari kemah di pantai Kesirat minggu lalu.

JARAK [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang