Pencerahan

68 5 2
                                    


Ray merasa bersyukur Ayi memilih laki-laki yang tepat untuk dijadikan seorang kekasih dibanding terus mengagumi sosok Bagas yang kehadirannya tidak pernah disukai Ray terlepas dari fakta yang mereka temukan. Menurut Ray, selain jago bela diri dan bisa melindungi Ayi, Aiden merupakan tipe calon adik ipar yang telah dia sepakati bersama almarhum adiknya dulu, Ozy.

"Thanks ya udah jagain Ayi sampe semalam ini." Ucap Ray saat kendaraannya berhenti di depan sebuah rumah minimalis namun elegan itu. Jam telah menunjukkan pukul sembilan malam dan Aiden baru pulang ke rumah.

Seorang ibu paruh baya berpenampilan anggun keluar dari rumah sesaat setelah decitan pagar memekakkan telinga mengaung. Senyum cerah menyapa kedatangan anaknya dan beralih pada pemuda yang mengantarkan anaknya.

"Masuk dulu, nak!!" Sambut sang wanita paruh baya penuh keramahan.

"Gak usah tante, makasih. Kasian adek Ray di rumah sendirian, tante. Oh iya, maaf ya tante baru pulangin Aidennya semalam ini."

"Oh iya gak apa-apa, salam buat adek kamu ya, cepat sembuh."

Ray mengangguk dan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Ada perasaan sedikit tidak enak pada ibunya Aiden karena telah berbohong. Ayi tidak benar-benar sendirian di rumah, masih ada Cakka dan Obiet yang menemani meski mereka mendekam di kamar masing-masing. Sedangkan, tiga sekawan itu pergi ke supermarket untuk membeli cemilan.

Mata Ray tidak sengaja melihat penjual kebab di pinggir jalan. Dia menghampiri penjual tersebut dan membeli dua kebab untuknya dan adiknya. Ayi memang menyukai kebab terutama dengan ekstra daging. Adiknya sangat susah disuruh makan daging kecuali jika bercampur makanan kesukaannya dan itu pun hanya makanan tertentu.

"Dua ya bang, ekstra daging."

Penjual kebab dengan gesit membuatkan pesanan Ray. Hanya butuh kurang dari sepuluh menit untuk menyelesaikan permintaan pelanggannya dan Ray bergegas membayar. Dia telah mendapatkan pesan dari adiknya untuk segera pulang sebab mereka ingin segera berdiskusi perihal benang kusut yang belum bisa mereka renggangkan.

*****

Ayi yang mengambil posisi tiduran di sofa membuka buku kecil tempat dia menuliskan segala informasi yang di dapat, membacanya berulang kali dan menuliskan informasi baru pada lembaran lain.

Cakka dan Gabriel memilih membuka kembali setiap video yang mereka dapatkan dan meneliti dengan cermat hal ganjil yang sama sekali belum mereka temukan. Masih merasa bingung mengapa tidak mereka dapatkan keganjilan itu sedikit pun, padahal kedua target. Kefan dan Alvin. Selalu berada di kantin.

Rio dan Deva menelusuri lebih dalam lagi data siswa yang berhasil mereka dapatkan. Menambahkan beberapa informasi sesuai pengetahuan mereka tentang siswa yang mereka kenal dan mereka anggap cukup dekat, menggaris bawahi hal aneh dan sukar dipercaya.

Obiet memilih untuk duduk diam sembari menunggu kedatangan Ray yang memang kehadirannya menjadi kunci dimulainya rapat dadakan—atau memang selalu mendadak—yang di perintahkan Ayi.

Deru kendaraan di luar rumah menjadi pertanda kemunculan Ray dan akan dimulainya rapat. Sejujurnya, Obiet mulai muak dengan setiap rapat yang mereka lakukan. Tidak pernah menemukan ujung dan selalu berakhir kebuntuan, begitulah penyebab Obiet sangat malas hadir dalam rapat ini.

"Assalamu'alaikum. Dek, nih kesukaan lo." Ray langsung menghampiri adiknya tanpa memperhatikan tatapan teman-temannya.

Rio berdeham kecil. "Buat kita-kita gak ada?"

Secret EnemyWhere stories live. Discover now