Ayi's Day

65 6 2
                                    


Bel berbunyi saat kedua insan bersaudara keluar dari ruang konseling, mereka segera menuju kantin, bergabung bersama para musuh mereka yang mungkin akan berganti status menjadi teman.

Terlihat di salah satu meja yang sudah disepakati, tiga orang teman mereka sedang memasang wajah serius duduk sambil menyeruput minuman. Empat gelas jus lain berbeda rasa tersuguh di atas meja tanpa ada pemiliknya.

Cakka menyapa keduanya lebih dulu. "Hai, cepat duduk, gua udah mesenin minuman buat kalian." Pemuda itu menepuk-nepukkan kursi panjang disampingnya.

"Jadi, fakta apa yang kalian temuin?" Ray bertanya.

"Banyak, sampahnya maksud gua. Gak ada petunjuk. Tapi, mungkin lo bisa nemuin fakta tersembunyi ditemuan kami." Gabriel menyodorkan laptopnya pada dua temannya yang baru datang. Tampilan yang sudah berganti menjadi anime berkat kemampuan mengedit Cakka membuat siapa saja yang melihatnya tidak akan menaruh curiga. Kecuali kedekatan mereka yang terbilang mendadak.

Tidak ada komentar sebelum film palsu itu habis.

Namun, konsentrasi mereka terpecah kedatangan Aiden.

"Maaf kak, gua ganggu kalian. Boleh minjem Ayinya bentar gak?" Matanya lebih berfokus pada Ray yang merupakan pemilik utuh gadis itu.

Sebuah senyum yang tak pernah dilihat Aiden menyapa. "Silahkan, tapi dijaga, dia berlian dan mutiara yang gak akan bisa dibeli." Aiden mengangguk semangat mendengar kalimat persetujuan itu.

Sebelum pergi, Ayi menaruh sebuah buku di depan seniornya. "Ini teori gua. Coret di halaman lain kalo ada yang ganjel, catatan gua dilarang di utak-atik."

Lantas, mereka pergi mencoba menjauhi kerumunan. Berjalan berdua membelah manusia yang lapar makanan dan haus kebebasan. Tak jarang tubuh mereka bertabrakan dengan pengunjung kantin yang terbilang sepi untuk ukuran kantin seluas tiga kali lapangan indoor. Tapi, tangan mereka tidak pernah putus.

Aiden memimpin di depan, memberikan arahan kemana mereka akan pergi. Senyum diam-diam terukir di wajahnya. Tidak menyangka hari yang di nantinya datang, hari dia bisa menghabiskan satu masa di sekolah bersama gadis pujannya. Meski dia tahu, dia tidak lebih hanya sebagai pengagum Ayi yang mungkin tidak akan bisa berganti status. Dia tahu bahwa hati Ayi telah terisi sosok lain. Teman kelasnya sekaligus rival berbagai bidang di sekolahnya.

Kaki-kaki Aiden berhenti di sebuah taman bunga milik anak IPA. Taman yang menjadi tempat mereka bereksperimen dan berobservasi. Bunga-bunga dengan spesies yang sedang dikembangkan dan variannya yang banyak. Harum wangi menyebar di sekitar taman, menyenangkan hati duka dan melebarkan kebahagiaan bagi hati yang merekah, seperti Aiden.

Mereka berdiri di sebuah jembatan kecil dengan ikan bermain riang dibawahnya. Air mancur yang berada di depan mereka, cipratannya menyentuh kedua insan yang tengah di landa kasmaran, mungkin hanya sang pria saja. Keheningan tercipta beberapa saat sebelum Aiden memberanikan diri berbicara.

"Hmm... Ayi, soal janji lo, gimana?" Gadis itu tidak merespon, hanya ketenangan dan seulas senyum yang sangat disukai Aiden menghiasi wajahnya. Laki-laki itu melanjutkan pembicarannya, "Gua tau nilai lo turun, dan seperti yang dulu lo bilang, kalo nilai lo nurun lo bakal ngasih jawabannya."

Ayi mengangguk, gadis itu, sampai kapan pun tidak akan pernah melupakan janji yang diucapkannya. "Kasih gua satu alasan kenapa gua harus milih lo sedangkan Bagas lebih baik dari lo." Kesakitan yang luar biasa dirasakan Aiden mendengar permintaan itu.

Secret EnemyWhere stories live. Discover now