Ternyata

103 5 0
                                    


"Kak, gue mohon anterin gue ketemu para masker itu, please kak." Ayi memohon pada Dayat 2 jam setelah dia mendapatkan perawatan.

Gadis itu cerdas, dia memanipulasi letak penyayatan tangannya. Bukan di nadi namun dekat dengan nadi dan bisa mengeluarkan banyak darah nyaris setara ketika nadi di sayat. Ayi hanya menerima beberapa jahitan dan dokter mengizinkannya pulang. Sedangkan Ray terpaksa di rawat sebab kapasitas oksigennya yang sangat jauh di bawah rata-rata keperluan manusia terhadap oksigen. Jika tidak segera ditangani, hanya ada dua kemungkinan. Kematian atau cacat permanen. Keadaan Ray kritis.

"Kak, lo gak mau nolongin gue? Lo gak kasian sama Ray, lo udah gak sayang lagi sama adek-adek lo?" Ayi terus mendesak membuat Dayat sulit mengambil keputusan. Janjinya pada The L Maskman cukup menyiksanya. Satu sisi dia ingin membantu sepupunya, sisi lain resiko yang akan dia terima sangat menyakitkan. "Oke, tapi cuma lo doang. Yang lainnya jagain Ray." The choicer mengangguk paham, kecuali Cakka. "Gak bisa kak, gua harus ikut. Gua udah janji sama Ray untuk selalu jagain Ayi. Gua gak mau ngelanggar janji gua." Ayi tahu itu bohong. Ray tidak pernah menitipkan dirinya ke orang lain. Kemana pun Ray pergi, Ayi selalu dibawa, termasuk urusan sekolah. Ayi tersenyum samar melihat wajah frustasi kak Dayat dan tingkah Cakka yang sok dewasa. "Iya.. Iya udah lo ikut."

*****

Gelap, pengap, berantakan, beberapa ruang terlihat hancur, batu-bata dan pecahan kaca bertebaran dimana-mana, lumut menempel hampir di setiap dinding, rumput-rumput liar berdiri menguasai lantai-lantai yang tak lagi bersih dan beberapa bercak darah terlukis di beberapa bagian. Tidak layak untuk dijadikan markas. Kecuali, anggotanya berisi para pembunuh yang berkamuflase agar tidak di ketahui para aparat.

Cakka, Ayi dan Dayat memasuki kawasan luas itu hanya untuk bertemu orang yang telah merekrut mereka secara sepihak. Lorong-lorong yang terbentang luas, beberapa persimpangan yang ada di dalam, telah mereka lalui. Semakin ke dalam, keadaan justru berbanding terbalik. Semuanya serba teknologi, setidaknya ada 4 meja dengan blue print di masing-masing ruangan dan di balik meja itu, sosok bertopeng seperti boneka dalam film SAW sibuk mengerjakan tugas mereka.

Jari-jari para topeng SAW mengudara menggeser setiap tools yang terdapat di layar transparan itu. Sepertinya mereka sedang memetakan sebuah bangunan, ada juga yang sedang merancang sebuah alat. Ayi dan Cakka terkagum melihat pemandangan ini. Seumur-umur, mereka hanya bisa melihatnya di televisi, dalam film Hollywood dengan bintang favorit mereka yang gagah.

Sebuah pintu ganda terbuat dari besi menghentikan langkah dan kekaguman mereka. Dayat mengeluarkan sebuah kartu dan menempelkannya pada palka yang terletak di sisi pintu. Warna merah berganti hijau, pintu terbuka dan terlihatlah puluhan manusia bekerja dalam kostum yang seragam, mereka lebih sibuk dari yang sebelumnya. Segerombolan manusia yang telah menculik mereka, memperhatikan dari bawah sana dengan khidmat. Dua orang diantara mereka sedang memberikan perintah pada para pekerja itu.

"Gua tunggu disini." Dayat menghentikan langkahnya di samping meja penuh dengan kertas warna-warni.

Keduanya menuruti perintah Dayat. Dengan kekaguman yang masih melekat di mata dan pikiran mereka, langkah demi langkah yang tak mereka sadari, mereka telah sampai tepat dihadapan para The L Maskman.

"Lama tak berjumpa dengan kalian." Ramah seorang dari mereka yang duduk di kursi kerajaan. Seperti yang sudah di bahas, dialah ketua dari organisasi asing ini.

Ayi menatap mereka intens, bayangan kakaknya yang terbujur kritis kembali terlintas dan jahitan yang tertera jelas di tangannya, menambah kebencian dalam lubuk hatinya. "Gak usah basa-basi. Gua yakin kalian pasti tau dari mana asalnya luka ini. Kasih tau gua profil pelakunya." Ayi menyerahkan tangannya yang diperban pada orang-orang di depannya.

Secret EnemyWhere stories live. Discover now