01.6 | Langit

4.8K 263 17
                                    

01.6
Langit



Awal musim penghujan tahun 2016


Ada sebuah tanah lapang di belakang kompleks rumah Janu dan Tama. Dari pada berputar mengitari kompleks, ada cara paling sepat menuju tempat itu, yaitu halaman belakang rumah Janu, meski harus menerobos semak-semak pagar tanaman setinggi 2 meter. Saking seringnya Janu melewati tempat itu, ada sebuah jalan kecil yang terbentuk dari semak-semak itu, meski tak begitu terlihat dari luar. Tanah lapang itu dulunya adalah lapangan basket, dengan beberapa pohon berjenis flamboyant, ploso, johar dan trembesi. Tanah lapang ini berbatasan dengan kompleks sebelah, dan menjadikan tempat ini diperebutkan oleh anak-anak antar kompleks.

Nama ketua geng anak kompleks sebenal itu adalah Wiyaga Prabanggana. Ia sering dipanggil oleh anak buahnya sebagai Gana. Ia satu tahun diatas Janu dan Tama. Memang, anak-anak kompleks sebelah kebanyakan adalah angktan satu tahun diatas mereka berdua. Beberapa seumuran dan setahun dibawah mereka. sebenarnya, Janu dan Gana itu satu SD di SD N 2 Wonosari, tak jauh dari SMA 1, SMA mereka.

"Janu, Gana datang lagi tuh!" kata salah satu teman Janu ketika anak-anak kompleks sedang bermain di tanah lapang itu. Janu yang sedang mempersiapkan petak permainan Gobag Sodor bersama Tama yang kebetulan saat itu sedang liburan dan main, menghentikan pekerjaannya dan menatap ke arah jalan. Gana dan 6 orang temannya datang dengan menggunakan sepeda. Beberapa boncengan berdiri.  

Gana masuk ke lapangan masih menggunakan sepedanya. Ketika melihat Janu ada di bawah pohon flamboyant, Gana langsung ngebut menuju ke arah Janu. Tama yang masih asyik membuat garis tiba-tiba menoleh dan melihat Gana mengitari mereka berdua, disusul oleh teman-temannya yang lain. Tama mengernyit tak suka. Seperti biasa, si anak kompleks sebelah menganggu mereka.

"Eh, ono si cah jogja! –Eh, ada anak Jogja!-" ejek Gana mencemooh ketika melihat Tama mendelik ke arahnya tak suka.

"Gana, kita udah janji kan, seminggu ini anak-anak kompleksku yang main di sini!" seru Janu agak gusar.

Gana berhenti mengitari mereka. "Hah, iyo po? Kapan ya ada perjanjian kaya gitu?" tanya Gana dengan ekspresi polos. Teman-teman Gana tertawa.

Janu maju mendekat ke arah Gana, Tama juga ikut. Dua anak kompleks Janu yang kebetulan ikut main ikut-ikutan mendekat karena kesal. Tapi mereka kalah jumlah. Empat banding enam. Itupun timpang umur.

"Gan, maumu apaan sih?" tanya Janu berusaha sabar. Padahal kalau di SD, mereka akur-akur saja. Tapi kalau sudah liburan, mereka kembali jadi musuh sepermainan.

"Ah, aku ada mainan asyik." Kata Gana. Janu mengernyit tak mengerti. Ia melihat Gana mengerling kepada di gendut yang sedari tadi diam saja sambil membawa keranjang berisi bola basket. Mata Janu membesar. Akhir-akhir ini sedang popular kartun dan komik Slam Dunk di sekolahannya.

Si gendut mengoper bola basket itu kepada Gana.

"Mau main basket?" tanya Gana sambil mengeluarkan bola itu dari keranjangnya. Kedua teman Janu yang tadi ikut emosi kini terpancing merasa takjub kepada bola itu dan mendekat seperti ngengat yang mendekati lampu. Tama yang masih kesal tak terpancing.

Gana melambungkan bola itu lalu menangkapnya berulang kali.

"Ini asli? Kamu beli di mana?" tanya Janu takjub. Gana mendengus geli melihat reaksi Janu yang berubah 180 derajat. Teman-teman Janu saling pandang sambil tersenyum menyeringai.

"Asli dong!" ujar Gana bangga. Ia lalu mendribel bola itu . Janu dan kedua temannya mundur selangkah terpukau. Suara bola nyaring diantara mereka.

"Aku juga punya!" celetuk Tama berbohong. Ia tak suka pada Gana dari awal mereka bertemu.

JARAK [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang