Sinned in February

By itstgksherly

5.3K 741 49

[NCT Jaehyun FanFiction] (SUDAH TAMAT) Setelah pesta ulang tahun dihari kasih sayang itu, Shin Hea tampaknya... More

[00] Prolog
[01] Awal
[02] Putus
[03] Jimat
[04] Fakta
[05] Garis
[06] Rasa
[07] Tersesat
[08] Magnet
[09] Solusi
[10] Panti
[11] Teman
[12] Dewasa
[13] Salah
[14] Peringai
[15] Dekat
[16] Berhenti
[17] Sakit
[18] Akui
[19] Hancur
[20] Malu
[21] Janji
[22] Sosiopat
[23] Mimpi
[24] Berikan
[25] Hampir
[26] Kenangan
[27] Pergi
[28] Tangis
[29] Kacau
[30] Tanya
[31] Ingin
[32] Kencan
[33] Pilihan
[34] Yakin
[35] Tunggu
[36] Maaf
[37] Danau
[38] Ibu
[39] Foto
[40] Duka
[41] Waktu
[43] Sentuh
[last] Lahir

[42] Damai

78 10 0
By itstgksherly

"Bahwa kehilangan adalah satu hal yang paling menyiksa."

●•●Sinned in February●•●

Apa yang terjadi beberapa hari lalu tak langsung mereda begitu saja, hal itu menjadi semakin besar. Tak ada nama Hea terdengar lagi, hanya nama Youra yang selalu menjadi topik yang tak hentinya dibicarakan. Seisi sekolah kini tak hanya mengenal Youra sebagai murid baru yang baru bersekolah beberapa bulan, namun juga sebagai seorang 'pembunuh'.

Tentu, itu bukanlah hal yang sederhana lagi karena ada bukti nyata dimana orang-orang tahu bahwa apa yang mereka katakan bukanlah sekedar bualan belaka. Dan Youra juga sama sekali tak menyangkalnya. Perempuan itu hanya terdiam karena ia tahu, orang-orang tak akan percaya dengan apa yang diucapkannya sekalipun ia berkata kebenaran.

Youra hanya dapat terkekeh tak percaya jika ia dikeluarkan dari sekolah dengan alasan yang sama seperti dulu. Padahal apa yang terjadi saat itu hanyalah bentuk perlawanan dari Youra karena dirinya yang tiba-tiba ditindas tanpa ia ketahui alasannya.

Sebuah kesalahpahaman dengan ego yang berkuasa. Youra bukanlah perebut kekasih orang, ia juga bukan perempuan murahan yang mengencani laki-laki yang sudah memiliki kekasih. Jika Doyoung tak menyembunyikan apapun darinya, Youra mungkin akan melepas laki-laki itu jika ia tahu kebenarannya.

Nyatanya, seorang perempuan datang padanya saat itu. Dengan wajah penuh amarah dan menatapnya nyalang, Youra jelas merasakan amarah yang ditunjukkan perempuan itu namun ia hanya diam dan tak memulai pembicaraan. Situasi berubah ketika Heein, perempuan yang datang padanya itu, tiba-tiba memberi satu tamparan keras dipipi Youra.

Youra tentu terkejut, ia tidak menduga alasan perempuan itu memintanya untuk bertemu disebuah gang didekat sekolah, justru hanya untuk menamparnya dan mengatainya 'perempuan gila'. Namun, Youra hanya terkekeh. Saat itu ia pikir bahwa ia telah melakukan sebuah kesalahan karena memang seperti itu biasanya.

Namun, itu tidak seperti yang ia duga. Heein mengatakan dengan lantang bahwa Youra telah merebut kekasihnya kemudian mendorong Youra hingga perempuan itu terbentur. Youra yang tak diberikan waktu untuk mencerna apa yang tengah terjadi dibuat merasa tak terima atas tindakan yang didapatnya itu.

Sehingga Youra membalas bahwa ia tidak tahu apapun dan kekasih Heein, Doyoung juga tak memberitahu kalau laki-laki itu ternyata telah memiliki kekasih namun ternyata juga menyukai Youra. Youra hanya mengetahui bahwa sosok Doyoung adalah laki-laki yang pintar dan sangat baik padanya dan Youra memerlukan orang seperti Doyoung disisinya, apalagi setelah mengetahui bahwa laki-laki itu mau menerimanya.

Heein tak mau mendengar apapun yang Youra jelaskan saat itu, perempuan itu hanya asik memukul-mukul Youra dengan tas punggung yang dibawanya sambil berteriak-teriak bahwa Youra hanyalah seorang perempuan murahan yang bisa merengut kebahagiannya. Youra jelas tahu bahwa apa yang terjadi itu karena Doyoung yang hanya memikirkan kebahagiannya sendiri dan kini, seolah Youra yang menanggung kesalahan laki-laki itu.

Sehingga Youra tanpa ragu langsung melawan balik dengan mendorong tas yang Heein gunakan untuk memukulnya itu, namun perempuan itu hanyalah perempuan lemah dan lugu yang sedang sakit hati sehingga dia tidak dapat menahan keseimbangannya dan terjatuh. Youra hanya menatap Heein yang jatuh tersungkur ditanah penuh bebatuan, kemudian ketika melihat darah muncul dari kepala Heein, Youra juga tetap terdiam.

Perempuan itu mengatur napasnya sejenak, kemudian meraih ponselnya untuk menghubungi ambulance dan dari sanalah, semua kesalahpahaman terjadi. Youra tidak menyalahkan dirinya, ia hanya menganggap bahwa dirinya hanya korban dari ketamakan Doyoung namun laki-laki itu justru malah menyalahkannya dan menuduhnya telah membuat kekasihnya itu sekarat dan pada akhirnya.. meninggal.

"Aku dibesarkan tanpa rasa sehingga aku tak dapat merasakan apapun. Namun aku tahu, bahwa kehilangan adalah satu hal yang paling menyiksa." Kata Youra, tepat dihadapan sebuah loker kaca dimana didalamnya ada abu dari mendiang Heein.

Pada saat dirumah duka, Youra tak melayat dengan semestinya dan justru hanya membuat keributan, sehingga kini ia memutuskan untuk melakukannya lagi, kali ini dengan benar dan tanpa menimbulkan keributan lagi. Youra membenarkan letak kacamata hitamnya yang senada dengan dress hitam yang dikenakannya itu, ia tidak terlalu mengenal Heein karena Youra yang juga tak memiliki teman, sehingga perempuan itu kini bingung harus mengucapkan apa lagi.

"Yang hanya aku tahu tentangmu adalah, kau perempuan lugu yang sedang jatuh cinta. Sehingga amarahmu saat itu.. merupakan hal yang wajar." Ucap Youra dengan senyuman kecil, "Namun, aku benar-benar tak bermaksud untuk merebut kebahagiaanmu itu. Maafkan aku," lanjut Youra.

"Aku memang mengatakan bahwa aku tak merasakan apapun, tapi aku tahu bahwa jatuh cinta adalah hal yang paling menyenangkan.. walau tak selamanya seperti itu." Youra akan menutup pembicaraannya, namun sebelum itu ia menarik napasnya panjang-panjang dan mengucapkan kalimat penutupnya. "Aku harap, kau dapat tenang disana. Jika kau bertemu seorang perempuan yang mirip denganku, itu adalah Eommaku, aku menitip salamku untuknya."

Setelah mengatakan itu, Youra berbalik pergi. Begitu cara ia berdamai dengan masa lalunya, sama seperti bagaimana Youra memutuskan berdamai dihadapan abu Ibunya dan melupakan apa yang dulu sempat terjadi.

Dan setiap kali berdamai dengan masa lalu itu, Youra harus memulai lagi semuanya dari awal dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan-kesahalan lama.

Laki-laki itu berusaha lari sekencang mungkin, mengerahkan seluruh tenaga yang ia punya untuk sampai dihalte sebelum bus pergi meninggalkannya.Sepertinya, keberuntungan tengah berpihak pada Jaehyun karena laki-laki itu sampai tepat waktu ketika bus sudah berhenti dihalte.

Jaehyun masuk ke dalam bus dengan napas terengah-engah dan menundukkan dirinya dibangku paling belakang. Laki-laki itu menarik dan membuang napasnya sambil menyeka keringat didahinya. Pekerjaan paruh waktu tadi ternyata menyita waktunya sehingga Jaehyun kemungkinan aku terlambat dipesta ulang tahun Ayahnya.

Jaehyun melirik jendela disebelahnya dan menatap jalanan sejenak namun ia justru melihat dari pantulan jendela, tampak seseorang yang tengah menatapnya secara diam-diam, seseorang itu kebetulan duduk disebelahnya kemudian Jaehyun menoleh dan menatap balik seorang laki-laki sekitar berusia tiga puluh tahunan. "Maaf.. ada yang bisa saya bantu?" Tanya Jaehyun ragu.

Berharap didalam hatinya bahwa ia sedang tidak berhadapan dengan laki-laki mesum atau sejenisnya, karena laki-laki itu sudah cukup berat dengan hari-hari yang dijalaninya apalagi suasana hatinya sedang tidak baik setelah mengetahui bahwa Youra dikeluarkan dari sekolah, kini siapa yang bisa menjadi temannya lagi.

"Maafkan saya, saya tidak bermaksud apa-apa. Hanya saja, anda memiliki wajah tampan yang sedang saya cari-cari." Balas laki-laki itu, mendengar itu membuat Jaehyun membuang napasnya, merasa kurang senang.

"Saya sudah sering nememui orang-orang dari agensi hiburan, namun saya benar-benar tidak tertarik untuk menjadi penyanyi. Terima kasih," kata Jaehyun, menutup pembicaraan sebelum laki-laki itu justru malah mendesaknya untuk mengikuti audisi. Percayalah, hari-hari Jaehyun sudah cukup berat sebagai seorang siswa dan ia juga memiliki sebuah tanggung jawab besar, menjadi penyanyi benar-benar tak menarik lagi buatnya.

Laki-laki itu buru-buru menyangkal, "Saya bukan dari agensi hiburan, saya bekerja disalah satu agensi model. Dan saat ini, saya sedang membutuhkan seorang model seperti anda." Ucap laki-laki itu dan bersiap-siap memberikan kartu namanya pada Jaehyun.

Jaehyun tampak berpikir sejenak, ia kemudian mengangguk-angguk mengerti namun masih menunjukkan bahwa ia sama sekali tak tertarik namun Jaehyun tahu betul, apa yang dapat membuat dirinya tertarik akan pekerjaan itu. "Kira-kira, berapa yang akan saya dapatkan jika setuju bekerja sebagai model?" Tanya Jaehyun, mendengar itu membuat laki-laki dengan setelan kemeja rapi itu menjadi bersemangat.

"Sekitar empat juta Won, namun akan mendapat penambahan bila produk tersebut laku keras." Jawab laki-laki itu yang membuat Jaehyun menutup mulutnya yang hampir terbuka lebar. "Saya bukan penipu atau memasarkan produk illegal, ini benar-benar sebuah pekerjaan dan saya sedang terdesak mencari seorang model yang sesuai dengan kriteria. Dan anda adalah satu-satunya harapan saya," kata laki-laki itu sambil memberikan kartu namanya dan Jaehyun menerimanya walau ia tidak yakin akan benar-benar mengambil pekerjaan itu.

Jaehyun tahu, ia harus menghasilkan banyak uang dan ia rasa, ia tidak perlu ragu akan pekerjaan ini.

Ketika sampai dihotel mewah dimana pesta ulang tahun Ayahnya dirayakan, Jaehyun tampak tengah mengatur napasnya lagi, itu karena lift yang penuh sehingga Jaehyun memutuskan untuk menggunakan tangga darurat agar ia sampai lebih cepat menuju lantai tempat dimana pesta ulang tahun Ayahnya berlangsung.

Dan saat laki-laki itu masuk ke sebuah ruangan amat besar dan langsung disambut oleh kemeriahan pesta Ayahnya, Jaehyun merapikan setelan jasnya dan tampak Ibunya berjalan ke arahnya dengan raut wajah marah. Jaehyun jelas tahu alasan Ibunya marah, itu jelas karena keterlambatannya. "Acara tiup lilin tak dapat ditunda lagi untuk menunggumu, Jaehyun-ah.." kata Ibunya.

Jaehyun mengangguk-anggukkan kepalanya, "Maafkan aku," balas Jaehyun. "Dimana Appa? Setidaknya aku harus mengucapkan selamat padanya," tanya Jaehyun.

Namun Ibunya langsung mengeleng-gelengkan kepalanya, "Dirumah saja, kau bergabunglah dengan Taeyong dan Chaeyoung, acara makan malam akan segera dimulai." Ucap Ibunya namun sebelum membiarkan Jaehyun melangkah pergi menuju tempatnya berada, Ibunya mengeluarkan sebuah parfum dari tas ditangannya itu dan memberikan beberapa semprotan parfum pada tubuh Jaehyun. "Kenapa kau bau seperti ini? Apa yang habis kau lakukan?" Tanya Ibunya, pertanyaan yang membuat Jaehyun memutar bola matanya kesal.

"Apa aku tidak boleh duduk ditempat lain?" Tanya Jaehyun, mengalihkan pembicaraan karena apa pentingnya tubuhnya yang bau karena pekerjaan paruh waktu itu bagi Ibunya, Jaehyun kini benar-benar tak ingin berada diantara Taeyong dan Chaeyoung.

Ibunya kembali menggeleng-geleng, "Pesta ini sudah diatur, semua orang duduk ditempat yang sudah disiapkan." Jawab Ibunya, nadanya sedikit tinggi karena suara musik yang cukup kencang.

"Tapi kenapa aku tidak duduk bersama Appa dan Eomma?" Tanya Jaehyun lagi, namun Ibunya menyuruhnya untuk diam dan menuju meja dimana sudah terdapat Taeyong dan Chaeyoung disana sedangkan Ibunya kembali menuju mejanya bersama sang suami dan teman-temannya. "Kalau begitu, aku lebih baik tak datang." Gumam Jaehyun sambil melangkahkan kakinya secara terpaksa.

Ketika sampai disebuah meja bulat yang berisikan tiga buah kursi itu, Jaehyun langsung mendudukkan dirinya disalah satu kursi yang kosong. Tampak sudah ada hidangan mewah dihadapannya serta Taeyong dan Chaeyoung juga tengah menyantap makanan mereka. Mereka hanya melirik singkat kehadiran Jaehyun sedangkan Jaehyun, melirik saja tidak.

Laki-laki itu hanya akan makan kemudian pergi, lagipula ia juga tidak diperlukan dipesta ini. "Aku pikir, kau tidak datang." Ucap Chaeyoung namun Jaehyun hanya meresponnya dengan senyuman tipis. "Kalau aku, berada diposisimu, aku pasti tidak akan datang." Ujar Chaeyoung lagi, kalimatnya berhasil membuat Jaehyun bingung.

"Chaeyoung-ah," tegur Taeyong, meminta pada Chaeyoung tak perlu melanjutkan ucapannya semakin jauh lagi.

Jaehyun meletakkan sendok dan garpunya, kemudian melirik Chaeyoung. "Apa maksudmu?" Tanya Jaehyun kemudian.

Perempuan itu tampak menunjukkan wajah ragu padahal ialah yang membuat Jaehyun memunculkan pertanyaan-pertanyaan didalam dirinya, namun Chaeyoung bertindak seolah Jaehyun lebih baik tak tahu apa yang tengah terjadi. "Hanya saja, sejak tadi orang-orang membicarakanmu." Jawab Chaeyoung.

"Kenapa mereka membicarakanku?" Tanya Jaehyun lagi sambil menarik napasnya banyak-banyak, merasa jengkel karena Chaeyoung yang bersikap bertele-tele.

"Tidak ada apapun. Chaeyoung-ah, tolong hentikan." Sela Taeyong namun Jaehyun sepertinya tidak peduli, laki-laki itu justru mendesak Chaeyoung untuk memperjelas maksud dari ucapan perempuan itu dengan tatapannya.

"Aku sebenarnya sangat penasaran tentang siapa laki-laki yang menghamili Hea sehingga aku mencari tahu.." kata Chaeyoung, menggantungkan kalimatnya namun Jaehyun tampak mengangguk-angguk, karena Chaeyoung sudah tahu lalu kenapa laki-laki itu harus menyembunyikannya lagi?

"Namun, aku memberitahu Eommaku dan kebetulan, Eommaku yang memeriksa kandungan Hea saat itu.." lanjut Chaeyoung, kalimat sukses membuat tubuh Jaehyun menegang. "Sehingga, Eommaku sepertinya tak dapat menyembunyikan ini dari teman-temannya. Dan Eommamu, selalu berusaha untuk menyangkalnya dan Appamu sepertinya, tidak peduli..?" Kata Chaeyoung lagi.

"Awalnya aku terkejut kemudian memberitahu Eommaku bahwa Jaehyun menghamili seorang perempuan sambil menunjukkan foto Hea dan siapa sangka tak lama kemudian, Hea memeriksakan kandungannya pada Eommaku," ujar Chaeyoung, sambil melirik Jaehyun yang hanya bisa terdiam.

Laki-laki itu kemudian tak berucap apapun, wajahnya yang terlihat keras perlahan mulai menunjukkan ketenangan, Jaehyun kemudian mengambil kembali sendok dan garpunya, melanjutkan lagi menikmati hidangan yang sudah mulai dingin ini. Chaeyoung yang mengira bahwa Jaehyun mungkin saja akan memaki-makinya, tentu terkejut setelah melihat respon Jaehyun.

"Tak akan ada yang berubah, sekalipun semua orang telah mengetahuinya. Fokusku bukan pada perkataan mereka, namun bagaimana aku dapat menghadapi dan melewatinya." Kata Jaehyun, sambil menatap Chaeyoung dengan datar.

Walau kini Jaehyun tahu mengapa Ibunya tak membiarkan ia duduk bersama teman-teman Ayahnya karena kini semua orang sudah tahu kebenarannya, bagi Jaehyun tak apa. Memang sampai kapan ia akan menyembunyikan kesalahannya?

Jaehyun melirik ke arah meja orang tuanya yang tak terlalu jauh itu, kemudian menatap mereka lama. Ayahnya terlihat menunjukkan wajah tak nyaman sedangkan Ibunya berusaha untuk memberikan tawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, membuat Jaehyun tahu bahwa mereka tengah berusaha mengalihkan pembicaraan dari orang-orang yang penasaran tentang dirinya, ingin memastikan tentang apa yang mereka dengar merupakan sebuah kebohongan atau tidak.

Apalagi ketika melihat Jaehyun hadir dan tak mengetahui apapun bahwa orang-orang diruangan ini tengah membicarakannya dibalik iringan musik yang membisingkan. Jaehyun menyerahkan semuanya pada mereka, ingin percaya atau tidak, namun itu tetap tidak akan merubah apapun.

Jaehyun kemudian melirik Chaeyoung dan berkata. "Aku pikir, kau harus mulai berhenti mencampuri urusanku karena itu sangat.. menyebalkan."

Terima kasih sudah membaca
Jangan lupa vote dan komennya <3

Continue Reading

You'll Also Like

934K 40.8K 97
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
6.1M 705K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...
263K 20.9K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
773K 78K 54
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...