[03] Jimat

168 22 0
                                    

"Jangan memberi keduanya, bahaya. Hatinya bisa tertutup rapat-rapat karena ia memiliki gembok dan kuncinya sendiri."

●•●Sinned in February●•●

1 bulan yang lalu, 10 Februari...

Keringat menetes didahinya, namum perempuan itu tetap dapat tersenyum dan mengatakan, "Kkamsahamnida!" dengan penuh semangat serta senyum lebarnya. Setelah pelanggan itu pergi, Hea membuang napasnya kemudian menghapus keringat didahinya. Ia hampir telat datang tadi, hingga membuatnya harus berlari sekuat tenaga agar sampai tepat waktu.

Ia bekerja paruh waktu disebuah café, tugasnya adalah menjaga kasir sekaligus membuat minuman. Hea senang ketika ia belajar membuat berbagai macam minuman yang ada dimenu café ini, mungkin hampir semua jenis minuman dapat Hea buat. Perempuan itu tetap berdiri, menunggu pelanggan lain datang sekalipun kakinya sudah mulai keram. "Aigoo, kakiku." Gumamnya.

Hea berlari marathon dari sekolah menuju café karena waktunya benar-benar tipis, ketika sampai ia buru-buru mengganti pakaian karena waktu shift temannya akan habis dan kebetulan saat itu antrian panjang dari pelanggan yang membuat Hea tak dapat menghirup udara sejenak.

Ketika mendengar lonceng dari pintu utama café, seketika Hea menunjukkan senyuman lebar kepada pelanggan yang akan berjalan ke arahnya itu. Namun, disela senyumannya, dahi Hea tampak berkerut bingung. Pelanggan laki-laki itu tampak tak asing dimatanya hingga ketika Hea benar-benar melihat laki-laki itu dihadapannya, dia adalah Jung Jaehyun, si pangeran populer itu.

Hea terdiam menatap Jaehyun, laki-laki itu tak bereaksi apa-apa namun malah balik menatap Hea yang membuat perempuan itu buru-buru membuang pandangan. "Selamat datang, mau pesan apa?" tanya Hea sambil tersenyum kikuk. Bagaimana tidak, ini dia si pangeran populer yang selalu menjadi perbincangan murid-murid perempuan disekolahnya.

Jaehyun membenarkan kacamata minus yang dikenakannya sebelum menjawab ia akan memesan apa, "Ice americano dan.." ucap laki-laki itu sambil menatap menu kemudian kembali menatap Hea, "Strawberry milkshake." Lanjutnya.

"Ice americano dan strawberry milkshake, mohon ditunggu." Ujar Hea gugup kemudian mulai membuat pesanan. Sesekali perempuan itu melirik ke belakang, ditempat Jaehyun berada. Laki-laki itu sedang sibuk dengan ponselnya dan kacamata minus yang dikenakannya juga perlahan melorot membuat Jaehyun harus membenarkan posisi kacamatanya beberapa kali.

Sekitar lima menit, kedua tangan Hea sudah dipenuhi oleh dua macam minuman. Ia berjalan perlahan menuju kasir dan mentotalkan pesanan Jaehyun. "Totalnya tujuh ribu won," ucap Hea tanpa melirik Jaehyun yang tengah mengeluarkan dompet dari saku celananya itu.

"Kkamsahamnida!" ucap Hea setelah memberi Jaehyun kembalian.

Laki-laki itu tak merespon apa-apa, namun ia tak langsung pergi setelah selesai memesan. Jaehyun mengeluarkan sesuatu dari dalam saku mantel coklat mudanya kemudian menaruh benda itu disamping strawberry milkshake yang ia pesan. "Aku mengadakan pesta, datanglah." Ucap Jaehyun sambil mengambil ice Americano miliknya namun meninggalkan strawberry milkshake itu.

Hea dibuat bingung, benda yang Jaehyun taruh disamping minuman merah muda itu rupanya sebuah undangan. "Jaehyun-sshi, bagaimana dengan minuman ini?" Hea berucap gugup sambil menatap punggung Jaehyun yang mulai menjauh.

Laki-laki itu berbalik sambil meminum minumannya, "Kau tidak menolak minuman itu 'kan? Kalau begitu datanglah ke pestaku." Jawab Jaehyun dengan senyuman yang memperlihatkan lesung pipinya, kemudian melangkah pergi dari café.

Sinned in FebruaryWhere stories live. Discover now