[43] Sentuh

96 8 1
                                    

"Aku tak menangis, karena aku seolah sudah menghabiskan air mataku. Namun aku dapat merasa bahagia, karena dulu aku hampir tak merasakannya."

●•●Sinned in February●•●

Malam ini terasa begitu dingin sehingga Hea mengeratkan mantel yang dikenakannya. Perempuan itu diminta Youra untuk bertemu disebuah restoran mie yang berada tak jauh dari tempat tinggal Hea namun entah kenapa, pikiran Hea justru teralih pada Jaehyun.

Ia selalu memperhatikan laki-laki itu dan Jaehyun akhir-akhir ini memang terlihat sangat lelah, laki-laki itu jelas memikirkan banyak hal untuk ia lakukan seperti belajar dan menghasilkan uang. Hea tak mau terlalu membenani laki-laki itu sehingga ia berusaha untuk tidak meminta bantuan Jaehyun.

Namun itu tentu bukan hal yang mudah baginya karena Jaehyun sangat peduli padanya, membuat Hea merasa apa ia membenani laki-laki itu atau tidak? Jaehyun juga berhenti dari beberapa pekerjaan paruh waktunya agar bisa pulang lebih awal untuk menjaga Hea.

Karena Jaehyun sedang menghadari pesta ulang tahun Ayahnya itu, Hea harus berangkat sendiri ditengah malam. Jika Jaehyun mengetahuinya, laki-laki itu mungkin tak akan mengijinkannya untuk pergi namun Hea juga tak dapat menolak ajakan Youra, entah kenapa perempuan itu memilih bertemu di sebuah restoran alih-alih diapartemen saja.

"Apa kau kedinginan?" Gumam Hea, kembali mengeratkan mantelnya karena bukan hanya ia yang merasakan dinginnya malam ini, namun seseorang didalam perutnya mungkin merasakannya juga sehingga Hea tak mau membiarkannya kedinginan.

Saat sampai disebuah restoran mie tersebut dan melangkah masuk ke dalam, Hea tampak kebingungan mencari dimana keberadaan Youra. Ia melihat ke sekeliling isi restoran yang tak terlalu besar tersebut namun pandangannya justru terhenti kepada seorang perempuan yang tampak berbeda dengan pelanggan-pelanggan lain direstoran ini.

Perempuan tersebut mengenakan pakaian serba hitam, tak lupa dengan kacamata yang senada dan memasang wajah datar. Hea berjalan mendekat dengan perlahan-lahan, merasa agak waspada kalau ternyata perempuan itu bukan Youra karena Hea juga tak pernah melihat Youra mengenakan pakaian serba hitam yang sangat rapi.

"Apa kau tahu, berapa lama aku telah menunggu disini?" Kata Youra. Hea yang awalnya ragu kini percaya setelah mendengar suara yang sangat ia tahu jelas siapa pemiliknya.

Hea kemudian duduk dihadapan Youra yang masih menunjukkan wajah datarnya itu, "Aku pikir kalau aku sampai sekitar sepuluh menit setelah kau memberitahuku untuk bertemu. Apa sepuluh menit terasa sangat lama untukmu?" Tanya Hea. Youra berkata seolah perempuan itu telah menunggu selama berjam-jam padahal Hea sampai dengan cepat dan itu tentu membuatnya bingung.

Youra tak menjawab, perempuan itu kemudian melepas kacamata hitamnya dan meletakkan pada tas selempang yang dibawanya. Ia kemudian menatap Hea dengan senyuman kecil, "Aku hanya muak terus menunggu, aku berharap tak pernah melakukannya." Balas Youra kemudian. "Oh iya, aku sudah memesankan jjajangmyeon." beritahu Youra dan setelah itu ia tampak terdiam.

Sedangkan Hea hanya mengangguk-angguk dan menatap Youra lama. Ia pikir perempuan itu ingin mengatakan atau menceritakan sesuatu namun sepertinya Youra hanya memintanya untuk menemani perempuan itu menikmati semangkuk jjajangmyeon.

"Apa kau tahu yang sedang terjadi belakangan ini?" Tanya Youra tiba-tiba, pertanyaannya itu hanya mendapat tatapan penuh tanya dari Hea yang menandakan bahwa perempuan itu sepertinya tak mengetahui apapun. "Haruskah aku memberitahunya..?" gumam Youra sambil bernada, perempuan itu kemudian menggumamkan terima kasih kepada pegawai yang membawakan pesanannya.

Hea menatap bergantian semangkuk jjajangmyeon dan Youra yang berada dihadapannya. Menunggu perempuan itu untuk kembali berbicara namun Youra justru tampak tengah lahap memakan makanannya. "Memangnya apa yang terjadi?" Tanya Hea pada akhirnya, merasa bahwa ia perlu mengetahui maksud dari ucapan Youra itu.

Sinned in FebruaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang