[32] Kencan

86 11 2
                                    

"Tapi kau benar-benar cantik, kau harus mengetahui hal itu."

●•●Sinned in February●•●

12 bulan yang lalu, 2 Mei..

Walaupun terasa canggung namun tampak dengan jelas dari wajah kedua orang ini bahwa mereka terlihat bahagia sekarang. Taeyong masih ragu sehingga ia hanya dapat melirik diam-diam perempuan yang berjalan disebelahnya itu. Entah kenapa, menggenggam tangan Hea terasa sulit sekali bagi Taeyong, padahal ia sangat ingin melakukannya.

Taeyong sebenarnya benci karena kencan pertama mereka dimalam dengan bulan yang bersinar ini terasa begitu canggung. Laki-laki itu berusaha memecah suasana namun ketika mata Hea menatapnya lama, fokus Taeyong langsung buyar begitu saja. Mereka berniat menyaksikan film dibioskop dan perjalanan mereka masih cukup panjang.

Hea meminta untuk bertemu dihalte dan mereka berangkat bersama dengan bus. Kini mereka tinggal berjalan beberapa ratus meter lagi untuk sampai ke bioskop dan bahkan sampai saat ini keduanya masih dilanda keheningan. Ketika Hea menangkap basah Taeyong yang tengah meliriknya, perempuan itu tersenyum dan bertanya, "Kenapa? Apa ada sesuatu diwajahku?"

Taeyong awalnya terkejut karena Hea yang menangkap basah dirinya namun laki-laki itu tak ingin pembicaraan mereka berakhir begitu cepat dan suasana yang kembali canggung. "Ada." Jawab Taeyong.

"Benarkah?" tanya Hea sambil mengusap-usap pelan wajahnya kemudian menatap Taeyong, "Masih ada?" ucap Hea lagi dengan menunjukkan wajahnya yang ia rasa sudah tidak ada sesuatu seperti yang Taeyong ucapkan tadi.

Bukannya menjawab, Taeyong justru terdiam dan menggumamkan, "Tidak jadi." Yang membuat Hea bingung.

"Apanya yang tidak jadi? Sudah tidak ada apa-apa diwajahku?" tanya Hea, merasa gemas akan sikap Taeyong. Laki-laki itu jelas mengatakan bahwa ada sesuatu diwajahnya namun tak beberapa lama kemudian Taeyong justru berkata hal lain.

Akhirnya, Hea memutuskan untuk memeriksanya sendiri. Perempuan itu meraih ponsel pada tas selempangnya dan membuka fitur kamera kemudian memperhatikan wajahnya yang tampak bersih-bersih saja, ia juga mengecek giginya karena berpikir ada makanan yang menyangkut namun nyatanya tak ada apa-apa.

"Tidak ada apa-apa." Gumam Hea sambil melirik Taeyong singkat dengan bibirnya yang maju dua senti. "Apa kau bermaksud untuk menggodaku?" tanya Hea pada Taeyong, laki-laki itu tampak terkejut namun kemudian ia tertawa.

Tindakan awal yang ingin Taeyong lakukan adalah menggoda Hea dengan mengatakan bahwa diwajah perempuan itu terdapat sesuatu dan kini Hea dapat menebaknya namun bukannya merasa tambah canggung, Taeyong justru menyukai sikap Hea yang tanpa ragu bertanya padanya. "Iya.." balas Taeyong disela tawanya. "Aku sebenarnya ingin bergombal namun aku ragu untuk melakukannya," jelas Taeyong dengan tawa gugup.

Hea tak dapat menahan senyumnya, akan lebih menyenangkan bila ia mendengar gombalan yang Taeyong maksud. Lagipula, Taeyong tak pernah melakukan itu untuknya sehingga Hea tidak tahu seberapa memalukannya hal itu. "Lakukan saja, aku ingin mendengarnya." Pinta Hea sambil tersenyum lebar, ia menginginkan tidak ada lagi rasa canggung diantara dirinya dengan Taeyong.

Taeyong mengusap leher belakangnya, "Gombalan itu bualan.." ucap Taeyong, terdengar menggantung sehingga Hea menunjukkan ekspresi penuh tanya, "Namun yang ingin aku katakan padamu bukan sebuah omong kosong," lanjut Taeyong.

Sedangkan Hea hanya menatap Taeyong dengan wajah yang masih menunggu gombalan yang akan laki-laki itu ucapkan padanya, "Entah itu omong kosong atau tidak, aku tetap ingin mendengarnya," pinta Hea lagi. Hea jelas tahu, gombalan itu adalah sebuah bualan yang kadang memalukan namun ia sangat penasaran sekalipun Taeyong mengatakan bahwa gombalan yang ingin dikatakannya bukan sebuah bualan.

Sinned in FebruaryWhere stories live. Discover now