[38] Ibu

76 14 2
                                    

"Kita semua punya kenangan yang buruk dan hal itu yang membuat kita pada akhirnya, menemukan sesuatu hal baru yang kita inginkan."

●•●Sinned in February●•●

1 bulan kemudian, 12 Juni..

Perempuan itu tampak menatap lama sebuah benda digenggaman tangannya, matanya tak dapat berhenti menatap sesuatu hal yang terasa menakjubkan itu. Dengan perlahan, Hea mengelus lagi perutnya yang mulai membesar sambil menatap hasil USG yang baru didapatkannya tadi. Usia kehamilannya sudah empat bulan, sehingga wajah anaknya mulai dapat dilihatnya dari hasil USG.

Hea sedang menunggu Ibu panti yang sedang ke toilet, ia mulai mengecek kandungannya atas keinginan Ibu panti. Hea awalnya ingin melakukan itu sendiri, namun ia tak tahu harus bagaimana. Beruntungnya, Ibu panti berhasil membujuk Hea untuk tidak perlu mengecek kandungannya sendiri sehingga perempuan itu menemani Hea sekarang.

Hea mendekatkan hasil USG yang berbentuk seperti sebuah foto itu untuk melihatnya lebih jelas. "Jadi, kau terlihat seperti ini.." gumam Hea. Memang, Hea kerap kali bertanya-tanya seperti apa rupa dan bentuk anak didalam kandungannya ini dan ia dapat melihatnya sekarang.

Ketika tengah sibuk melihat hasil USG itu, Ibu panti tiba-tiba sudah mendudukkan dirinya disebelah Hea. "Aigoo," ucap Ibu panti pada Hea, Hea yang awalnya tak menyadari bahwa Ibu panti sudah duduk disebelahnya tentu merasa terkejut. Perempuan itu kemudian terkekeh dan menyimpan hasil USGnya pada tas selempangnya.

"Harusnya kau sudah mengecek kandunganmu jauh-jauh hari, kenapa baru sekarang?" ucap Ibu panti, menegur Hea yang tak memeriksa rutin kandungannya itu dan pemeriksaan kandungan ini adalah pemeriksaan pertama sejak Hea mengandung. Hea tak menjawab dan hanya tersenyum kecil, "Tapi untunglah, kau sudah berhasil menjaganya hingga sejauh ini, itu hebat." Kata Ibu panti, memberikan senyuman terbaiknya pada Hea.

Karena pemeriksaan kandungannya sudah selesai, Hea dan Ibu panti akhirnya beranjak dari ruang tunggu rumah sakit dan berniat untuk pergi. Ibu panti tampak menggandeng tangan Hea sambil sesekali mengelus perut perempuan itu. "Apa dia sudah mulai bergerak?" tanya Ibu panti, merasa sangat penasaran akan hal itu.

Hea terlihat menahan senyumnya, membuat Ibu panti dapat menebak jawabannya. "Benarkah? Sudah bergerak?" tanya Ibu panti penuh antusias dan Hea hanya mengangguk-angguk. "Kapan?" mengetahui Ibu panti sepertinya sangat senang ketika mengetahui hal itu, membuat Hea akhirnya tanpa ragu untuk memberitahunya.

"Aku sering mengajaknya mengobrol dan saat itu, ia seperti menendang..?" ucap Hea, mulai mengingat saat-saat itu walau hal tersebut tak sering terjadi dan ketika terjadi pun hanya berlangsung beberapa saat, namun perempuan itu jelas tak dapat melupakan momen ketika ia merasakannya.

Ibu panti yang mendengar itu tampak tersenyum lebar, benar-benar merasa senang ketika mengetahui hal itu. Namun, senyum itu tak berlangsung lama. Senyum Ibu panti tampak mulai memudar, Hea yang menyadari hal itu kemudian menatap Ibu panti lama. "Ada apa?" tanya Hea sedangkan Ibu panti kemudian kembali tersenyum seolah tidak ada hal yang sempat mengganggu pikirannya.

Namun Hea tak dapat membiarkannya begitu saja, pasti ada sesuatu yang Ibu panti rasakan tadi sehingga membuat senyuman perempuan itu memudar. "Eomma..?" panggil Hea namun Ibu panti tak menoleh, ia justru hanya menatap diam ke depan dengan senyuman kecil. "Katakan padaku," pinta Hea, merasa bahwa Ibu panti menyembunyikan sesuatu hal darinya.

Hea jelas merasa berhak tahu apapun mengenai perempuan yang sudah membesarkannya itu, perempuan yang sudah ia anggap sebagai Ibunya bukan hanya sekedar perempuan yang mengasuhnya dipanti asuhan. "Mendengar ceritamu membuat Eomma mengingat kembali masa-masa dulu," jawab Ibu panti pada akhirnya.

Sinned in FebruaryWhere stories live. Discover now