[35] Tunggu

65 11 1
                                    

"Dan disaat itu, perasaanku hanya untukmu dan tanpa bayang-bayang darinya lagi."

●•●Sinned in February●•●

Diakhir pekan ini, Jaehyun biasanya menghabiskan waktunya dengan bekerja. Namun sekarang berbeda, laki-laki itu mengajukan libur ditempatnya bekerja karena permintaan Chaeyoung yang mengajaknya berkencan. Jaehyun sebenarnya tak mau menyebut acaranya bersama Chaeyoung sebagai 'kencan' karena itu terdengar kurang nyaman baginya.

Laki-laki itu memandang dirinya pada pantulan cermin, memperhatikan lagi penampilannya. Celana hitam, kemeja hitam bergaris-garis putih dan sepatu converse berwarna putih tapi Jaehyun merasa bahwa ada kekurangan pada penampilannya ini, laki-laki itu kemudian melangkah menuju lemari dan mulai mencari.

"Mantel kesayanganku.. sepertinya diapartemen," ucap Jaehyun setelah mengetahui bahwa apa yang dicarinya dilemari tak dapat ditemukannya. Karena mungkin ia akan pergi sampai malam, Jaehyun memutuskan untuk membawa salah satu mantel berwarna hitam yang kebetulan ada dilemarinya dan akan memakainya jika cuaca mulai dingin nanti.

Jaehyun kembali bercermin, ia menggulung lengan kemejanya hingga siku dan mulai merapikan rambutnya. Mereka akan pergi disiang hari, sehingga cuaca akan cukup panas dan itu membuat Jaehyun harus merasa nyaman dengan penampilannya. Setelah merasa cukup, Jaehyun melirik salah satu botol parfum yang berada didekatnya itu.

Ia memandang lama parfum tersebut dan kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya, "Tidak perlu memakai parfum 'kan hanya pergi dengan Chaeyoung." Gumam Jaehyun. Laki-laki itu memang tak sembarangan dalam memakai parfum, apalagi ketika pergi dengan seorang perempuan.

Jaehyun hanya akan memakai parfum ketika ia akan bertemu seseorang yang penting, sehingga Jaehyun akan merasa membuat orang itu nyaman. Namun karena sekarang ia hanya bertemu dan pergi bersama Chaeyoung, laki-laki itu tidak perlu menggunakan parfumnya karena Jaehyun merasa bahwa ia tak perlu membuat Chaeyoung nyaman berada didekatnya.

Laki-laki itu kemudian beranjak menuju nakas disamping tempat tidurnya, disana terdapat fotonya bersama Ayah dan Ibunya. Jaehyun memandang foto itu lama sambil tersenyum tipis, laki-laki itu jarang pulang ke rumah karena memutuskan untuk menginap di apartemen sekaligus untuk menjaga Hea siapa tahu terjadi sesuatu pada perempuan itu.

Karena hal itu, membuat Jaehyun merindukan rumah dan keluarganya. Laki-laki itu mungkin akan sering atau hanya akan pulang ke rumahnya saja, ia mungkin akan mulai jarang menghubungi atau menghampiri Hea seperti waktu itu. Jaehyun memang sempat menghindar dari Hea karena perasaan bersalahnya pada Taeyong namun ia tetap memutuskan untuk mampir atau menginap, hanya tak mau bertatap muka dengan Hea.

Namun sekarang menjadi berbeda, laki-laki itu memutuskan untuk menghindar kembali. Jaehyun memutuskan untuk menjauh karena hanya itu yang bisa dilakukannya kini, sekalipun ia perlu berbicara pada Hea, laki-laki itu hanya bingung harus memulai dari mana. Menjauh adalah satu-satu cara cupunya untuk melewati ini.

Ketika ponselnya berdering dan Jaehyun melihat siapa yang menghubunginya itu, laki-laki itu langsung menaruh kembali foto tersebut dan mengambil mantel kemudian melangkah keluar dari kamar. Saat menuruni tangga, Jaehyun dapat melihat Ibunya sedang berada diruang keluarga dan Jaehyun memutuskan untuk berpamit terlebih dahulu.

"Pergi kemana?" tanya Ibu Jaehyun setelah Jaehyun membungkuk dalam padanya.

"Jalan-jalan," jawab Jaehyun singkat. Ketika berniat untuk berbalik pergi, Jaehyun tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Oh, iya. Aku ingin bertanya sesuatu," ucap Jaehyun yang membuat Ibunya kembali menoleh ke arahnya. "Kepada siapa, Eomma akan menyerahkan anakku?" tanya Jaehyun, pertanyaan itu selalu menghantuinya dan Jaehyun tak ingin terlalu lama membuat pikirannya hanya berfokus pada pertanyaan itu.

Sinned in FebruaryWhere stories live. Discover now