[24] Berikan

97 16 1
                                    

"Apa kau ingin masa mudamu dihabiskan untuk mengurus seorang anak?"

●•●Sinned in February●•●

Setiap hari terasa sama bagi Hea. Ia hanya mengulang hari yang sama, hal yang dia lakukan selalu hal yang sama, ia hanya menghabiskan waktunya melakukan hal yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Perempuan itu juga jarang keluar, biasanya hanya untuk hal yang penting seperti ke toserba.

Walaupun terlihat membosankan, namun Hea selalu melakukannya dengan senang hati. Kini ia merasa bebas, apa yang perlu disesali dari itu. Ia harus bahagia dan tidak boleh merasa tertekan, perempuan itu tak mau kehidupan lain yang sedang berada diperutnya akan terpengaruh jika ia tidak bahagia.

Dari kamarnya, Hea berjalan menuju dapur, rencananya ia akan memasak siang ini. Ketika membuka kulkas, Hea cukup terkejut karena kulkas sudah tersisi oleh banyak bahan-bahan makanan. "Dia mengurusku dengan baik," gumam Hea dengan senyuman kecil.

Jaehyun sering kali berkunjung namun ketika malam hari, biasanya disaat Hea sudah tertidur. Jika laki-laki itu menginap, maka paginya sudah ada sarapan di atas meja makan. Namun sekalipun begitu, Hea jarang melihat laki-laki itu karena Jaehyun sudah pergi subuh sekali.

Awalnya, mereka canggung apalagi ketika Jaehyun meminta ijin untuk menginap dengan alasan dia tidak ingin pulang. Padahal alasan laki-laki itu jelas karena dia khawatir, Hea jelas tahu itu karena bahkan saat Hea ingin ke kamar mandi, Jaehyun yang tidur di ruang tamu langsung terbangun dan bertanya apa Hea baik-baik saja.

Bahkan dipintu kamar mandi selalu terdapat sebuah memo yang berisi pesan singkat dari Jaehyun, laki-laki itu selalu mengingatkan Hea untuk berhati-hati ketika berada dikamar mandi. Walaupun kadang Hea merasa diperhatikan seperti anak kecil, namun lama-lama ia menjadi terbiasa dan selalu mematuhi ucapan Jaehyun.

Hea sudah selesai dengan telur gulung seadaanya. Ia berjalan menuju ruang tamu dan memakan makanannya disana. Perempuan itu menyalakan televisi dan duduk dengan kaki menyilang kemudian menyantap telur gulung yang berada ditangannya itu, "November, ya.." gumamnya.

"Aku juga harus sering-sering memeriksa kandungan. Apa itu mahal?" Hea berkutat dengan pikirannya lagi, kini hanya hal-hal itulah yang selalu mengisi pikirannya. Perempuan itu kemudian termenung ketika memikirkan hal ini semakin jauh. Ada banyak hal yang harus dipersiapkannya, membuat Hea merasa gugup.

"Delapan belas tahunku yang.. berharga," gumam Hea lagi ketika menyadari bahwa ia hanya remaja berusia delapan belas tahun namun sudah memikirkan biaya-biaya yang harus disiapkannya sebelum ataupun sesudah anaknya lahir.

Hea mungkin menyadari bahwa memang sulit jika melalui hal ini hanya dengan Jaehyun. Laki-laki itu harus bekerja keras untuk mengumpulkan uang ditengah kelas akhirnya disekolah menengah atas. Hea tidak berbohong ketika menginginkan Jaehyun lebih fokus pada sekolahnya, namun perempuan itu juga tidak bisa menyangkal kalau ia memerlukan uang.

"Haruskah aku berkerja?" gumam Hea.

Perempuan itu juga sempat menanyakan Jaehyun saran tersebut namun laki-laki itu langsung menolaknya. Jaehyun benar-benar tidak ingin sesuatu buruk terjadi pada Hea, namun jika terlalu memberatkan Jaehyun perihal uang, Hea juga tidak ingin.

Ketika Jaehyun menginap, Hea secara diam-diam memperhatikan laki-laki itu. Jaehyun terlihat tertidur dengan pulas sekalipun hanya disofa yang tidak terlalu empuk untuknya. Membuat Hea bertanya-tanya seberapa lelahnya Jaehyun saat itu namun ketika ia bertanya Jaehyun bekerja apa, laki-laki hanya menjawab disebuah restoran dan ketika Hea bertanya lagi apa Jaehyun hanya bekerja disana, laki-laki itu menjawab iya.

Sinned in FebruaryWhere stories live. Discover now