[41] Waktu

84 11 0
                                    

"Perlukah aku, memberikanmu waktu lagi?"

●•●Sinned in February●•●

Hari ini, 13 Juni..

Saat Jaehyun telah sampai diapartemen, hal pertama yang ia lihat adalah Hea yang tengah memasak. Laki-laki itu mengatur napasnya sejenak, apa yang terjadi hari ini membuatnya terus memikirkan Hea. Jaehyun tak tahu apa ia harus memberitahu hal ini kepada perempuan itu. Namun pikirannya teralih sejenak karena pandangannya terfokus hanya pada Hea.

Sedangkan Hea yang sudah menyadari kehadiran Jaehyun kemudian menatap balik laki-laki yang tengah terdiam menatapnya itu. "Ada apa?" tanya Hea, merasa cukup bingung karena Jaehyun yang tak kunjung berhenti menatapnya. Jaehyun tak menjawab dan hanya memalingkan pandang.

Laki-laki itu berdehem sejenak sebelum memutuskan untuk memberitahu apa yang sedang terjadi disekolah tadi kepada Hea, "Aku ingin memberitahumu sesuatu.. aku tidak yakin namun aku rasa.." ucap Jaehyun dengan suara kecil, hal itu membuat Hea menghentikan aktifitas memasaknya dan berjalan mendekat ke arah Jaehyun.

"Apa?" tanya Hea lagi, meminta Jaehyun mengulang kalimatnya barusan namun laki-laki itu tak menjawab dan justru hanya memandangi perut Hea yang sudah mulai membesar itu. Karena tak mendapat jawaban, Hea yang teringat akan sesuatu kemudian berlari kecil menuju kamarnya dan kembali ke hadapan Jaehyun dengan sesuatu digenggaman tangannya.

Perempuan itu menyodorkan benda yang mirip dengan sebuah foto kepada Jaehyun, itu adalah hasil USG yang sangat ingin Hea tunjukkan. Laki-laki itu tidak berucap apapun dan hanya meraih hasil USG tersebut dan menatapnya lama. Hea mengusap pelan leher belakangnya sambil tersenyum kaku. "Terima kasih," kata Jaehyun, kalimatnya sukses membuat Hea menatapnya bingung.

"Iya, kau boleh menyimpannya." Balas Hea ragu, berpikir bahwa ucapan terima kasih Jaehyun karena laki-laki itu berpikir bahwa Hea memberikan hasil USG itu walau sebenarnya niat Hea hanya menunjukkannya dan ia yang akan menyimpannya, namun tak apa bila Jaehyun menginginkannya.

"Terima kasih, karena sudah mau melahirkannya." Kata Jaehyun lagi yang membuat Hea tahu bahwa dugaannya ternyata salah. Laki-laki itu berterima kasih bukan karena hal yang Hea duga melainkan karena hal yang tak pernah Hea sangka akan keluar dari mulut Jaehyun.

Hea hanya tersenyum tanpa mengucapkan sepatahpun kata. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Jaehyun tiba-tiba dan Hea mengangguk, tak terjadi apapun padanya belakangan ini, semuanya berjalan seperti biasa. "Apa kau tak apa jika seandainya, orang-orang yang mengenalmu tahu tentang semua ini?" tanya Jaehyun lagi, laki-laki itu merasa bahwa Hea perlu tahu tentang apa yang terjadi disekolah tadi, walau laki-laki itu ragu mengatakannya.

Perempuan itu terlihat menunduk sambil membuang napasnya, membuat Jaehyun berpikir bahwa tak seharusnya ia memberitahu tentang hal ini. "Aku hanya sekedar berta-" ucapan Jaehyun terpotong karena tak lama kemudian, Hea tersenyum ke arahnya.

"Jika itu yang terjadi, apa yang bisa aku lakukan?" tanya balik Hea. "Aku tidak mempermasalahkan tentang mereka yang membicarakanku karena perutku ini, namun yang membuatku merasa mempersalahkan hal ini adalah tindakan yang aku dan kau lakukan dulu, sehingga hal ini terjadi." Kata Hea dengan senyuman tipis.

"Mereka tak salah karena membicarakanku yang dulu telah berbuat salah. Lagipula, itu adalah salah satu hal yang akan aku dapatkan. Tak usah mengkhawatirkanku," ucap Hea lagi kemudian menatap Jaehyun yang tampak tengah menunduk dalam itu, laki-laki itu terlihat mengangguk-angguk karena menyetujui apa yang Hea ucapkan.

Jaehyun tahu, bahwa ternyata Hea sudah dewasa tanpanya dan ia merutuki dirinya sendiri yang tertinggal dari perempuan itu. Seharusnya, Jaehyun tak pernah berpikir tentang apa yang terjadi padanya jika semua orang tahu bahwa dirinya adalah awal mula semua hal ini terjadi karena laki-laki itu seharusnya sadar, bahwa yang harus ia lakukan hanya menanggungnya.

Sinned in FebruaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang