[04] Fakta

145 19 0
                                    

"Iya, aku bersenang-senang."

●•●Sinned in February●•●

1 bulan yang lalu, 18 Februari...

Hari ini, Hea merasa tak enak badan sehingga ia harus ijin dari sekolah dan dari pekerjaan paruh waktunya. Seharian ini, ia hanya berbaring sambil melamun. Tubuh Hea tidak biasanya lemah seperti ini, ia memiliki fisik yang kuat karena sejak kecil ia selalu membantu Ibu mengurus panti, ia selalu mengurus adik-adiknya, ia membantu mengerjakan pekerjaan rumah, namun hari ini, semua tenaganya seolah diambil, hingga ia hanya bisa berbaring diatas kasur.

Pintu kamarnya terbuka, itu Soojin, adik kecilnya yang masih berusia enam tahun, rambut panjangnya diikat dua dengan rapi dan dia datang sambil membawa semangkuk bubur untuk Hea. "Soojin-nie, kenapa kau tidak sekolah?" tanya Hea, ketika Soojin tengah meletakkan semangkuk bubur itu dimeja kecil didekat kasur Hea.

"Bagaimana aku bisa bersekolah jika disekolah nanti aku hanya memikirkan Eonnie yang sedang sakit ini," jawab Soojin. Hea menatap Soojin sambil tersenyum kecil, adik kecilnya ini sudah dewasa terlalu cepat, Hea sudah mengatakan untuk bersikaplah seperti anak seusianya namun Soojin selalu menolak, katanya dia ingin menjadi dirinya sendiri, yang dewasa seperti ini.

Ketika Hea hendak mengatakan sesuatu, Soojin buru-buru menghentikannya. "Jangan bicara apapun dan istiharatlah," ujar Soojin kemudian tersenyum. Ia berjalan menuju tangga pada kasur tingkat itu. Dipanti, memang menggunakan kasur tingkat sehingga setiap kamar dapat diisi dengan empat orang anak. Sedangkan Hea, kasur favoritnya adalah kasur dibagian atas, namun karena sedang sakit maka ia tertidur dikasur bagian bawah.

Soojin sudah membaringkan dirinya dikasur bagian atas sedangkan Hea ada dibagian bawah, "Kalau Eonnie membutuhkan aku, panggil saja. Aku akan menjaga Eonnie dua puluh empat jam tanpa tidur!" ucap Soojin, Hea yang mendengarnya hanya terkekeh.

"Tidak lama lagi, kau juga akan tertidur." Balas Hea dengan kekehan kecil

Mendengar itu membuat Soojin menengok ke bawah, memandang Hea dengan bibirnya yang maju dua senti, "Mana aku bisa tidur ketika Eonnie sakit," ucap Soojin kemudian menjulurkan lidahnya dan kembali ke posisi awal lagi.

Hea hanya merespon lewat tawa kecil. Ia melirik bubur yang sebelumnya dibawa Soojin, kemudian bangkit dan duduk ditepi ranjang. "Kalau tidak sembuh, maka aku akan terbaring disini saja. Lama-lama aku bisa menjadi babi jika hanya makan dan tidur," gumam Hea sambil meraih mangkuk berisi bubur itu, kemudian memakannya secara perlahan.

"Soojin-nie, bantu aku menghabiskan bubur ini. Kau 'kan suka makan, aku tidak dapat menghabiskannya. Sayang kalau dibuang 'kan?" ucap Hea sambil memakan sedikit demi sedikit bubur itu karena ia memang tak berselera untuk makan.

Hea diam, menunggu Soojin menjawab namun ketika mendengar suara dengkuran dari kasur bagian atas membuat Hea berusaha menahan tawanya. "Cepat sekali dia tertidur, sedangkan aku kenapa susah sekali agar bisa tertidur," gumam Hea.

Perempuan itu beranjak bangun untuk membawa mangkuk ini ke dapur, ia melihat ke arah Soojin yang sudah tertidur itu kemudian sedikit menjinjit untuk mengelus rambut sang adik dan memakaikannya selimut. Hea melangkah keluar dari kamar dengan perlahan agar tidak membangunkan Soojin, panti sedang sepi karena adik-adiknya tengah bersekolah.

Hea merupakan anak panti yang tertua, karena ia satu-satunya yang sudah berada di sekolah menengah atas. Ia punya enam adik dipanti ini, empat perempuan dan dua laki-laki. Tiga adiknya masih disekolah dasar dan tiga lainnya sudah di menengah pertama. Hea merasa beruntung karena donatur selalu siap membantu pantinya, sehingga ia dan adik-adiknya dapat bersekolah.

Sinned in FebruaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang