[23] Mimpi

98 14 1
                                    

"Perasaan bisa saja berubah dan ketika itu terjadi, maka berantakan sudah."

●•●Sinned in February●•●

Matahari cukup terik siang itu, namun tak dapat dengan mudah mematahkan semangat beberapa anak-anak sekolah dasar yang siap untuk berlomba, kali ini adalah lomba lari. Youra menyeka keringatnya, ia sudah memenangkan beberapa lomba sebelumnya, kali ini ia harus menang juga.

Anak perempuan itu melirik lawan disebelahnya, Youra tahu ia mungkin bisa saja kalah namun Youra juga punya seribu satu cara untuk menang. Ia pura-pura membenarkan tali sepatunya beberapa saat sebelum lomba dimulai dan secara diam-diam melepas tali sepatu lawannya.

Dan ia tersenyum, karena tahu apa yang akan terjadi ketika seorang Guru meneriakkan 'Mulai!' maka saat itu, lawannya kalah telak darinya. Ditengah lariannya, Youra dapat mendengar jelas suara tangisan dan ketika ia sampai di garis finish, "Aku menang lagi." Ucapnya.

Semua orang terlihat mengelilingi anak perempuan yang menangis karena menginjak tali sepatunya dan mengakibatkannya terjatuh, sedangkan Youra yang masih senang dengan kemenangannya tiba-tiba lengannya ditarik secara kasar.

Ia melirik sinis, itu Ibunya. Bagaimana perempuan dewasa seperti Ibunya bisa menyakiti anak kecil sepertinya? Membuat Youra mendengus kasar. "Kau melakukannya lagi!" kata Ibunya.

"Tapi aku menang!" balas Youra tak terima, "Harusnya Eomma senang!" ucapnya lagi.

Karena tahu Ibunya tak senang akan kemenangannya, Youra melarikan diri sejauh mungkin. Namun setelah tak melihat Ibunya lagi, Youra menjadi panik. Kini ia berada disebuah ruangan gelap, Youra merasa tak asing dengan ruangan ini.

Ketika pintu terbuka, ternyata itu Ibunya. Namun lagi dan lagi wajah Ibunya terlihat dingin, tanpa sadar tubuh Youra gemetar dan muncul keringat dingin dari dahinya. Dan setelah Ibunya memberi pukulan bertubi-tubi ditubuhnya, sepenuhnya Youra tak merasakan lagi dirinya.

"AH!" pekik Youra ketika terbangun dari mimpinya.

Seisi kelas yang masih sibuk memperhatikan pelajaran tiba-tiba menoleh ke arah Youra, termasuk Guru Park yang secara spontan menghentikan pelajarannya. "Ada apa, Youra-sshi?" tanya Guru Park yang tak mendapat jawaban

Youra menyeka keringat dinginnya, ia benci ketika bermimpi tentang masa kecilnya lagi. Itu selalu terasa nyata baginya, seolah ia kembali pada masa itu lagi. Youra dengan panik meraba seluruh bagian tubuhnya, entah kenapa ia merasakan pukulan-pukulan itu lagi. Guru Park yang melihat itu kemudian berjalan mendekat, "Kau baik-baik saja?" tanyanya.

"Kenapa aku merasakan rasa sakit itu!" kata Youra nyaring sambil memastikan bahwa ditubuhnya tak ada satupun luka, yang membuat seisi kelas bingung.

Semua dibuat tambah bingung karena Youra tiba-tiba menangis dan terus mengucapkan sakit. Youra juga menutup teliganya karena ia mendengar bahwa teman-teman kelasnya tampak mencibirnya dan mengatakan bahwa apa yang sedang dilakukannya adalah akting belaka.

"Dia akting lagi, padahal jika tidak ingin belajar tinggal keluar saja."

"Iya, kau lihat waktu itu dia akting ketika bertengkar dengan Jiyeon."

"Dia aktris yang baik, lihatlah."

"Jujur, aku masih merinding ketika dia bilang akan membuat Jiyeon muntah-muntah."

Guru Park yang panik kemudian menuntun Youra untuk dibawa ke unit kesehatan. Selama perjalanan menuju unit kesehatan, tatapan Youra kosong. Ia masih merasakan rasa sakit itu, tubuhnya seolah dipukul-pukul padahal tak ada seseorang pun yang memukulnya. "Istirahatlah dulu." Kata Guru Park sebelum meninggalkan Youra yang sudah terbaring.

Sinned in FebruaryWhere stories live. Discover now