[13] Salah

119 16 0
                                    

"Aku hanya ingin setiap orang berjalan dijalannya. Kita bersaing untuk mendapatkan Taeyong, sedangkan Jaehyun dan Hea berada dijalan mereka. Jangan berusaha untuk membuatnya menjadi berantakan."

●•●Sinned in February●•●

Mata laki-laki itu meneliti setiap sudut ruangan. Walaupun tidak terlalu besar namun apartemen ini setidaknya cukup untuk ditinggali oleh satu orang. Hanya memiliki satu kamar, dapur, toilet, ruang tamu dan balkon, Jaehyun rasa ini cukup. Ia juga tidak bisa menggunakan seluruh tabungannya untuk membeli apartemen yang lebih besar lagi, ia juga mungkin harus bekerja paruh waktu untuk kebutuhan lainnya.

Jaehyun menganggukkan kepalanya pada pemilik apartemen, pertanda bahwa ia akan membeli apartemen ini. Pemilik apartemen balas mengangguk dan Jaehyun akan mengirim uangnya malam nanti. "Apa kau tidak lagi tinggal dengan orang tuamu?" tanya laki-laki setengah baya itu, si pemilik apartemen pada Jaehyun.

Jaehyun yang bingung harus membalas seperti apa kemudian hanya menganggukan kepalanya sambil tersenyum kikuk. "Atau kau pengantin baru? Apartemen ini mungkin cukup untuk kau tinggali sementara dengan istrimu nanti," lanjut si pemilik apartemen itu sambil terkekeh.

"Ah, bukan begitu. Temanku yang akan tinggal disini, aku hanya akan berkunjung beberapa kali." Balas Jaehyun, menyangkal dugaan si pemilik apartemen terhadapnya.

"Teman, ya..?" gumam si pemilik apartemen, tampak ragu namun kemudian ia pamit untuk pergi.

Jaehyun menghembuskan napasnya lega karena si pemilik apartemen telah melangkah pergi sehingga ia tidak perlu meladeni lagi ucapan laki-laki setengah baya itu. Jaehyun kembali melihat sekeliling apartemen yang tak terlalu besar ini, ini baru langkah awalnya. Yaitu, mencari tempat persembunyian dan kini ia telah menemukannya.

Karena memilih untuk tidak melarikan diri, maka Jaehyun harus menyiapkan banyak hal yang akan merepotkannya nanti. Namun ia telah memutuskan dan akan menerima apapun yang akan terjadi dimasa depan. Ketika tengah sibuk dengan lamunannya, ponsel disaku celana Jaehyun berdering lama, rupanya ada telepon masuk.

"Yeoboseyo?" ucap Jaehyun ketika telah menerima panggilan tersebut.

"Kau dimana? Aku ada dikafe, datanglah."

"Baiklah." Jaehyun menutup begitu saja panggilan dari Taeyong sebelum laki-laki itu bertanya lebih banyak.

Jaehyun melangkah keluar dari gedung apartemen dan pergi menggunakan bus. Selama perjalanan menuju kafe, laki-laki itu tampak termenung. Kini, ia tengah menyimpan rahasia besar dari orang-orang terdekatnya, memikirkan ketika orang tuanya dan Taeyong tahu apalagi seluruh isi sekolah, membuat Jaehyun membuang napasnya kasar.

Dirinya yang bahkan tidak pernah bertegur sapa dengan Hea sebelumnya, kini malah terjebak bersama. Membuat Jaehyun harus menyadarkan dirinya beberapa kali bahwa ini bukanlah mimpi. Tidak ada yang salah dengan perempuan itu walaupun selalu dipanggil dengan sebutan 'Si anak panti' dan Hea tidak mempermasalahkannya, perempuan itu terlihat berbeda hanya karena tidak memiliki orang tua saja, selebihnya dia tetaplah sama.

Ketika bus sampai, Jaehyun tersadar dan buru-buru untuk turun. Ia hanya tinggal berjalan sedikit lagi untuk menuju kafe. "Jika Taeyong mengajakku bertemu untuk menyuruhku mendekati Chaeyoung, aku benar-benar tidak ada waktu untuk itu," gumam Jaehyun sambil membuka pintu kafe dan masuk ke dalamnya.

Ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kafe, namun bukan Taeyong yang ditemukannya melainkan seorang perempuan yang juga telah melihatnya berdiri didepan pintu masuk. Karena pandangan mereka bertemu, mau tak mau Jaehyun memutuskan untuk melangkah menuju perempuan itu.

Sinned in FebruaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang