[34] Yakin

65 13 7
                                    

"Dan kau bisa mendapatkan semuanya, kau harus yakin atas hal itu."

●•●Sinned in February●•●

Sedari tadi, laki-laki itu hanya menatap diam makanan dihadapannya. Suara bising kantin bahkan sama sekali tak mengganggu pikirannya. Jaehyun membuang napasnya lagi, sudah berkali-kali ia melakukannya. Ia tak tahu apa sifatnya terlihat egois semalam, namun Jaehyun jelas tak setuju atas keputusan Hea itu walau sebenarnya ia juga mengerti keinginan sesungguhnya perempuan itu.

Jaehyun memijat pelipisnya, ia bahkan tak berselera untuk makan sekarang. Bukannya Jaehyun ingin terus hidup seperti ini, mencari uang untuk menghidupi anaknya kelak jelas bukanlah hal yang mudah apalagi pekerjaannya hanya bekerja paruh waktu, namun menyerahkan anaknya juga bukan jalan yang diinginkannya.

Laki-laki itu merasa bahwa apa yang telah ia lakukan hingga sejauh ini adalah untuk anaknya, sehingga keputusan Hea jelas membuatnya terkejut. Jaehyun benar-benar mengerti bahwa Hea ingin mendapatkan masa depannya, bukan hanya mengurus seorang anak. Namun disisi lain, Jaehyun seolah tak menginginkan itu, ia berpikir, Hea mungkin bisa mendapat keduanya.

Jaehyun kembali termenung, Hea sudah mengorbankan dirinya sehingga mencari masa depan adalah hal yang sangat perempuan itu inginkan sedangkan Jaehyun? Laki-laki itu berpikir ia belum melakukan apapun sehingga mungkin inilah saat baginya untuk berkorban seperti apa yang Hea lakukan.

Jaehyun kembali membuang napasnya sambil mengangguk-angguk, ia merasa bahwa ia sudah menemukan salah satu cara namun masih belum tahu bagaimana cara membicarakannya dengan Hea, emosinya sangat tersulut malam itu sehingga Jaehyun tak dapat lagi menggunakan akal sehatnya, laki-laki itu benar-benar berharap bahwa ia seharusnya memahami dulu sebelum malah menghakimi Hea.

Karena tak mau terlalu terlarut lagi, Jaehyun memutuskan untuk menyantap makananya sekalipun ia tidak berselera. Ketika sudah menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya, mata laki-laki itu langsung bertemu dengan mata seorang yang sangat tak asing namun tak beberapa lama kemudian orang itu membuang pandangannya.

Tak jauh dari hadapan Jaehyun, ada Taeyong bersama Chaeyoung yang tengah mencari tempat untuk menyantap makan siangnya. Ketika tatapan laki-laki itu bertemu dengan Jaehyun, Taeyong tanpa ragu langsung mengalihkan pandangannya sedangkan Chaeyoung yang terus berusaha membuat perhatian Taeyong tertuju padanya justru hanya terus diabaikan.

Jaehyun memperhatikan Chaeyoung yang terus meminta Taeyong untuk duduk bersamanya saja karena hanya meja Jaehyun yang kosong namun Taeyong tak mempedulikannya dan lebih memilih untuk mencari tempat lain. Chaeyoung sepertinya mulai cukup lelah karena sikap Taeyong yang tak pernah menganggapnya ada sehingga perempuan itu lebih memilih untuk menghampiri Jaehyun dan makan bersama laki-laki itu saja.

"Apa Taeyong tak melihatmu ada disini? Kenapa dia malah mencari meja lain?" ucap Chaeyoung sambil duduk dihadapan Jaehyun, sedangkan Jaehyun hanya meresponnya dengan senyuman kecil. Taeyong bertingkah sama sepertinya dulu ketika Jaehyun mengetahui bahwa sahabatnya itu berkencan dengan perempuan yang kini duduk dihadapannya ini.

Jaehyun ingat seberapa besar rasa marahnya dulu namun mengingat kembali masa itu bukanlah hal yang menyenangkan lagi padahal ia dan Taeyong selalu mengingat kejadian itu sebagai lelucon. Dan apa yang terjadi antara dirinya dan Taeyong sekarang, jelas berbeda. Memikirkan perasaan bersalahnya hanya membuat Jaehyun kembali menyesali perbuatannya dan itu tak lagi berguna untuk dirasakan.

"Jaehyun-ah," panggil Chaeyoung sambil melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Jaehyun yang membuat laki-laki itu tersadar dari lamunannya. "Tidak tertidur namun malah melamun? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Chaeyoung.

Sinned in FebruaryWo Geschichten leben. Entdecke jetzt