[21] Janji

105 16 3
                                    

"Karena kita tidak memiliki hubungan apa-apa, Jaehyun-sshi."

●•●Sinned in February●•●

Malam mungkin terasa dingin untuk Jaehyun namun berbeda bagi Hea. Perempuan itu masih sibuk dengan air matanya, ia masih menangisi perpisahan itu. Jaehyun merutuki karena tak ada taksi yang lewat, sehingga membuat langkah mereka tak berhenti. Hea yang tidak mau menunggu taksi memutuskan untuk berjalan sampai halte bus, mau tak mau Jaehyun mengikutinya.

Hea melirik ke arah Jaehyun yang berjalan disebelahnya itu, laki-laki itu memaksa untuk membawa dua tas Hea yang berisi barang-barang perempuan itu. "Biarkan aku membawa satu," pinta Hea. Jaehyun yang sedang melihat-lihat jalanan kalau saja ada taksi yang lewat langsung melarang.

"Tidak boleh." Jawab Jaehyun, jawabannya masih sama padahal Hea sudah meminta beberapa kali tadi.

Hea tidak mau memaksa, ia tidak punya tenaga untuk itu. Perempuan itu menghapus sisa-sisa air matanya dan membuang napas berat. Hari ini benar-benar membuat tenaganya terkuras habis, bukan hanya untuk berbohong namun juga untuk menangis. Sepanjang hidupnya Hea tidak pernah menjalani hari seberat ini.

"Barang-barangmu hanya ini saja?" tanya Jaehyun. Untuk ukuran perempuan, biasanya memiliki barang yang banyak namun Hea hanya membawa dua tas berukuran tidak terlalu besar.

"Aku tidak membawa semuanya. Sisanya aku tinggalkan di panti karena aku bilang akan kembali." Jawab Hea, mendengar itu Jaehyun mengangguk singkat.

"Kau tahu.. pantimu belum terlalu jauh, kita bisa saja kembali jika kau tidak ingin pergi." Kata Jaehyun sambil menatap Hea singkat.

Perempuan itu kemudian terkekeh, "Aku merasa malu, itu membuatku tidak nyaman. Namun berada jauh dari mereka justru malah menyiksaku," jawab Hea. "Karena ini sudah menyiksaku sejak awal, makanya aku memilih pergi. Setidaknya, rencanaku tidak terlihat begitu berantakan 'kan?" sambung Hea.

Jaehyun menundukkan kepalanya, entah kenapa ia merasa bahwa kegagalan dari rencana Hea disebabkan olehnya. Entah kenapa, bukannya membuang alat test kehamilan itu, Jaehyun malah menyimpannya dan Ibunya yang sering merapikan kamarnya, tentu dapat dengan mudah menemukan benda itu. "Mianhaeyo, rencanamu berantakan karenaku." Ucap Jaehyun.

"Benar, kenapa kau malah menyimpan alat test itu alih-alih membuangnya?" jawab Hea membenarkan, membuat Jaehyun cukup terkejut karena ia kira Hea tidak akan merespon seperti itu. "Dan kenapa pula Park Ssaem datang ke panti? Dia sepertinya tidak terima murid kesayangannya berhenti," sambung Hea dengan kekehan.

Mendengar itu membuat Jaehyun terkekeh, perempuan itu berusaha untuk membuat suasana berubah, bodohnya Jaehyun justru tidak berusaha melakukan itu sejak awal, ia hanya membiarkan keduanya berada didalam keheningan. "Orangtuaku tadi.. aku minta maaf," ucap Jaehyun.

"Tidak apa. Mereka sepertinya sangat menyayangimu. Aku tidak yakin apa mereka akan melepasmu begitu saja, mereka pasti masih peduli namun memerlukan waktu," balas Hea dengan senyuman tipis.

Jaehyun merutuki dirinya karena membuat suasana diantara mereka kembali menjadi hening. Laki-laki itu menggigit bibir bawahnya, berusaha untuk membangun suasana yang berbeda namun itu tidak semudah yang ia pikirkan. "Boleh aku menginap?" tanya Jaehyun yang sontak membuat langkah Hea berhenti.

"Apa..?" tanya perempuan itu. "Aku minta maaf, mungkin reaksiku berlebihan." Sambung Hea sambil berdehem kemudian melanjutkan langkahnya, diikuti Jaehyun.

Sialnya, kini suasana justru menjadi canggung. Jaehyun kira Hea akan merespon ucapannya dengan candaan namun ia justru salah kira. "Aku belum mau kembali ke rumah tapi tak apa, aku akan menginap dirumah Taeyong saja." Jelas Jaehyun sambil tertawa canggung.

Sinned in FebruaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang