Sinned in February

By itstgksherly

5.3K 741 49

[NCT Jaehyun FanFiction] (SUDAH TAMAT) Setelah pesta ulang tahun dihari kasih sayang itu, Shin Hea tampaknya... More

[00] Prolog
[01] Awal
[02] Putus
[03] Jimat
[04] Fakta
[05] Garis
[06] Rasa
[07] Tersesat
[08] Magnet
[09] Solusi
[10] Panti
[11] Teman
[12] Dewasa
[13] Salah
[14] Peringai
[15] Dekat
[16] Berhenti
[17] Sakit
[18] Akui
[19] Hancur
[20] Malu
[21] Janji
[22] Sosiopat
[23] Mimpi
[24] Berikan
[25] Hampir
[26] Kenangan
[27] Pergi
[28] Tangis
[29] Kacau
[30] Tanya
[31] Ingin
[33] Pilihan
[34] Yakin
[35] Tunggu
[36] Maaf
[37] Danau
[38] Ibu
[39] Foto
[40] Duka
[41] Waktu
[42] Damai
[43] Sentuh
[last] Lahir

[32] Kencan

86 11 2
By itstgksherly

"Tapi kau benar-benar cantik, kau harus mengetahui hal itu."

●•●Sinned in February●•●

12 bulan yang lalu, 2 Mei..

Walaupun terasa canggung namun tampak dengan jelas dari wajah kedua orang ini bahwa mereka terlihat bahagia sekarang. Taeyong masih ragu sehingga ia hanya dapat melirik diam-diam perempuan yang berjalan disebelahnya itu. Entah kenapa, menggenggam tangan Hea terasa sulit sekali bagi Taeyong, padahal ia sangat ingin melakukannya.

Taeyong sebenarnya benci karena kencan pertama mereka dimalam dengan bulan yang bersinar ini terasa begitu canggung. Laki-laki itu berusaha memecah suasana namun ketika mata Hea menatapnya lama, fokus Taeyong langsung buyar begitu saja. Mereka berniat menyaksikan film dibioskop dan perjalanan mereka masih cukup panjang.

Hea meminta untuk bertemu dihalte dan mereka berangkat bersama dengan bus. Kini mereka tinggal berjalan beberapa ratus meter lagi untuk sampai ke bioskop dan bahkan sampai saat ini keduanya masih dilanda keheningan. Ketika Hea menangkap basah Taeyong yang tengah meliriknya, perempuan itu tersenyum dan bertanya, "Kenapa? Apa ada sesuatu diwajahku?"

Taeyong awalnya terkejut karena Hea yang menangkap basah dirinya namun laki-laki itu tak ingin pembicaraan mereka berakhir begitu cepat dan suasana yang kembali canggung. "Ada." Jawab Taeyong.

"Benarkah?" tanya Hea sambil mengusap-usap pelan wajahnya kemudian menatap Taeyong, "Masih ada?" ucap Hea lagi dengan menunjukkan wajahnya yang ia rasa sudah tidak ada sesuatu seperti yang Taeyong ucapkan tadi.

Bukannya menjawab, Taeyong justru terdiam dan menggumamkan, "Tidak jadi." Yang membuat Hea bingung.

"Apanya yang tidak jadi? Sudah tidak ada apa-apa diwajahku?" tanya Hea, merasa gemas akan sikap Taeyong. Laki-laki itu jelas mengatakan bahwa ada sesuatu diwajahnya namun tak beberapa lama kemudian Taeyong justru berkata hal lain.

Akhirnya, Hea memutuskan untuk memeriksanya sendiri. Perempuan itu meraih ponsel pada tas selempangnya dan membuka fitur kamera kemudian memperhatikan wajahnya yang tampak bersih-bersih saja, ia juga mengecek giginya karena berpikir ada makanan yang menyangkut namun nyatanya tak ada apa-apa.

"Tidak ada apa-apa." Gumam Hea sambil melirik Taeyong singkat dengan bibirnya yang maju dua senti. "Apa kau bermaksud untuk menggodaku?" tanya Hea pada Taeyong, laki-laki itu tampak terkejut namun kemudian ia tertawa.

Tindakan awal yang ingin Taeyong lakukan adalah menggoda Hea dengan mengatakan bahwa diwajah perempuan itu terdapat sesuatu dan kini Hea dapat menebaknya namun bukannya merasa tambah canggung, Taeyong justru menyukai sikap Hea yang tanpa ragu bertanya padanya. "Iya.." balas Taeyong disela tawanya. "Aku sebenarnya ingin bergombal namun aku ragu untuk melakukannya," jelas Taeyong dengan tawa gugup.

Hea tak dapat menahan senyumnya, akan lebih menyenangkan bila ia mendengar gombalan yang Taeyong maksud. Lagipula, Taeyong tak pernah melakukan itu untuknya sehingga Hea tidak tahu seberapa memalukannya hal itu. "Lakukan saja, aku ingin mendengarnya." Pinta Hea sambil tersenyum lebar, ia menginginkan tidak ada lagi rasa canggung diantara dirinya dengan Taeyong.

Taeyong mengusap leher belakangnya, "Gombalan itu bualan.." ucap Taeyong, terdengar menggantung sehingga Hea menunjukkan ekspresi penuh tanya, "Namun yang ingin aku katakan padamu bukan sebuah omong kosong," lanjut Taeyong.

Sedangkan Hea hanya menatap Taeyong dengan wajah yang masih menunggu gombalan yang akan laki-laki itu ucapkan padanya, "Entah itu omong kosong atau tidak, aku tetap ingin mendengarnya," pinta Hea lagi. Hea jelas tahu, gombalan itu adalah sebuah bualan yang kadang memalukan namun ia sangat penasaran sekalipun Taeyong mengatakan bahwa gombalan yang ingin dikatakannya bukan sebuah bualan.

"Kau cantik." Ucap Taeyong, "Itu bukan bualan. Kau benar-benar cantik, aku serius." Ucap Taeyong lagi, "Seharusnya aku tidak mengatakan ada sesuatu diwajahmu dan langsung mengatakan bahwa kau cantik, sehingga kau tidak akan berpikir itu gombalan." Jelas Taeyong lagi sedangkan Hea berusaha memahami maksud laki-laki itu.

"Ketika aku bertanya apa diwajahku ada sesuatu, kau mengatakan ada." Kata Hea, Taeyong mengangguk. "Kau mengatakan itu karena awalnya bermaksud untuk menggodaku dengan gombalan." Kata Hea lagi dan Taeyong kembali mengangguk, "Namun kau ragu melakukannya karena tak ingin aku mengira bahwa ucapanmu adalah omong kosong," ucap Hea yang kembali mendapat anggukan.

"Pikiranmu rumit sekali, Lee Taeyong-sshi. Padahal kau hanya tinggal mengatakannya, urusan omong kosong atau tidak itu akan terlihat dari matamu." Ujar Hea, bibirnya maju dua senti karena merasa sebal, seharusnya Taeyong mengatakannya saja, Hea mungkin tak akan menganggap itu bualan.

"Kita ulangi saja," saran Taeyong dengan kekehan, bermaksud mengulang kejadian beberapa waktu tadi agar ia tetap bisa menggoda Hea. Laki-laki itu merutuki sikapnya yang terlalu kaku namun ia memang tidak ingin Hea menganggap ucapannya hanya omong kosong, lagipula perempuan itu memang cantik, mana mungkin Taeyong berbual tentang hal itu.

"Setuju!" balas Hea semangat, akan lebih menyenangkan jika Taeyong benar-benar memberikannya gombalan sehingga mereka akan terlihat seperti pasangan remaja pada umumnya, dipenuhi kalimat manis yang kadang memalukan.

Taeyong mengangguk, laki-laki itu kemudian berdehem dan mulai melakukan aksinya, seolah memutar kembali waktu ke beberapa menit lalu. "Ada sesuatu diwajahmu," ucap Taeyong sambil menatap Hea, laki-laki itu terlihat berusaha menahan tawanya.

"Benarkah?" tanya Hea, sambil mengusap-usap wajahnya, kali ini ia melakukannya dengan sedikit berlebihan seolah mereka tengah melakukan syuting untuk drama remaja.

"Iya, wajahmu yang cantik itu. Aku menyukainya." Jawab Taeyong masih berusaha menahan tawanya karena ia dan Hea seolah tengah berakting sekarang.

Sedangkan Hea, memukul pelan dada Taeyong sambil tersipu malu namun tak lama kemudian tawanya pecah. Hea bahkan menutup wajahnya yang memerah akibat tertawa dan Taeyong juga melakukan hal yang serupa. "Kenapa tadi, terlihat sangat memalukan." Ucap Hea disela tawanya.

Taeyong juga merasakan hal yang sama, apa yang dilakukannya tadi terasa sangat memalukan sekalipun laki-laki itu mengatakan hal yang sebenarnya namun itu terlihat berlebihan. Mungkin jika Taeyong hanya mengatakan bahwa Hea cantik tanpa kalimat ada sesuatu diwajah perempuan itu, mereka mungkin tak akan tertawa seperti ini.

Laki-laki itu berusaha meredakan tawanya dan menatap Hea yang tampak masih tertawa, "Tapi kau benar-benar cantik, kau harus mengetahui hal itu." Ucap Taeyong sedangkan Hea yang perlahan tawanya mulai mereda kemudian mengangguk.

"Kau tidak perlu mengatakan hal itu terus, aku percaya dengan ucapanmu." Balas Hea sambil tersenyum. Kekehan dari Taeyong dan Hea menemani perjalan mereka, langkah mereka melambat agar waktu terasa semakin lama sehingga mereka bisa berjalan beriringan.

"Sepertinya, kau kedinginan." Ucap Taeyong kemudian meraih tangan Hea dan mengenggamnya. Jika tadi, Taeyong ragu untuk menggengam tangan kekasihnya namun sekarang tidak.

"Kenapa baru sekarang kau paham? Aku sudah memberimu isyarat dari tadi." Balas Hea sambil menggenggam balik tangan Taeyong.

"Isyarat apa?" tanya Taeyong bingung, merasa tak paham akan ucapan Hea.

Hea kemudian menghembuskan napasnya sambil mengelengkan kepalanya, "Dasar laki-laki. Aku sengaja tidak memasukkan tanganku dimantel agar kau bisa menggenggamnya." Jelas Hea, "Tapi tak apa, aku memaafkanmu." Lanjut Hea.

"Bagaimana aku bisa paham soal itu," gumam Taeyong.

"Laki-laki memang seperti itu, menyebalkan. Namun karena kau menggemaskan, aku memaafkanmu dengan mudah." Kata Hea dengan kekehan membuat Taeyong mengerti bahwa menyenangkan Hea cukup dengan memahami apa keinginannya, walaupun itu tentu sulit, memang siapa yang dapat memahami perempuan sepenuhnya?

Kini mereka sudah sampai dibioskop dan Hea tampak melihat-lihat poster-poster film disekitarnya, memutuskan untuk memilih film yang akan ditonton kemudian setelah itu mengantre untuk membeli tiket, "Jangan film yang seram, sudah malam." Pesan Taeyong yang membiarkan Hea menentukan film yang akan mereka saksikan.

Mendengar itu, membuat Hea terkekeh. "Laki-laki biasanya memilih film yang seram agar bisa mengambil kesempatan dalam kesempitan." Cibir Hea yang Taeyong respon dengan kekehan.

Setelah memutuskan film yang ingin mereka saksikan, Taeyong berniat mengantre untuk membeli tiket sedangkan Hea mengantre untuk membeli popcorn dan soda. Awalnya Taeyong meminta agar Hea duduk saja ditempat yang sudah disediakan dan dirinya yang akan membeli tiket dan cemilan, namun Hea menolaknya dengan keras sehingga Taeyong tak dapat lagi membantah perempuan itu.

Namun, bahkan sebelum mereka melangkahkan kaki menuju tempat yang akan mereka tuju, langkah Taeyong dan Hea sudah terhenti. Disana tampak seorang yang tak asing bagi Taeyong maupun Hea yang kini tengah menatap mereka tak percaya. "Kalian berkencan?" tanya Jeno, salah satu adik kelas paling terkenal disekolahnya yang kebetulan kenal baik dengan Taeyong.

Laki-laki itu sendirian karena kekasihnya masih mengantre untuk memesan cemilan. Taeyong yang mencolok, membuat Jeno tanpa ragu melangkah mendekat dan dirinya dibuat terkejut ketika mengetahui bahwa Taeyong tengah bersama Shin Hea. Jeno kembali menatap Taeyong dan Hea secara bergantian dengan tatapan yang meminta pertanyaannya untuk dijawab.

Taeyong melirik Hea, perempuan itu terlihat sedang menunduk dalam. Mereka baru resmi menjadi kekasih tepat kemarin sehingga Taeyong berpikir bahwa wajar belum ada yang mengetahui tentang hubungannya dengan Hea. "Iya," jawab Taeyong tanpa ragu.

Jeno yang terkejut tidak dapat menyembunyikan ekspresi tidak percayanya. Laki-laki itu kemudian maju beberapa langkah untuk membisikkan beberapa kalimat ditelinga Taeyong, "Hyung, seiisi sekolah akan heboh kalau mereka tahu kau berkencan dengan si anak panti." Bisik Jeno.

"Lalu? Apa itu masalah yang besar?" tanya Taeyong yang sepertinya tak paham akan maksud ucapan Jeno.

"Tentu saja." Jawab Jeno. "Mereka akan mengejek seleramu dan mengatakan bahwa si anak panti hanya menginginkan uangmu." Ucap Jeno seolah tahu apa yang akan terjadi, membuat Taeyong menatap tajam ke arahnya.

Bagaimana bisa orang-orang berpikir demikian tentang hubungannya, mereka bahkan tidak tahu apa-apa. "Kenapa kau sangat yakin dengan ucapanmu?" tanya Taeyong, "Kenapa mereka akan mengejek seleraku ketika tahu bahwa aku berkencan dengan Hea?" tanya Taeyong lagi, perlahan suaranya mulai meninggi.

Hea bisa menebak apa yang dikatakan Jeno pada Taeyong, perempuan itu mungkin terlihat tidak tahu diri sekarang padahal sudah jelas-jelas mengetahui bahwa dirinya tidak pantas untuk Taeyong namun tetap memilih untuk bersama laki-laki itu.

"Hyung, kau tak mengerti juga?" tanya balik Jeno. "Kau berkencan dengan si anak panti." Jelas Jeno penuh penekanan. "Kalian berbeda." Ucap Jeno lagi.

Taeyong membuang napasnya, merasa tak percaya dengan apa yang didengarnya. "Siapa yang peduli tentang hal itu." Balas Taeyong, menatap mata Jeno lama karena ingin laki-laki itu tahu bahwa ia serius mengatakan bahwa dirinya tak peduli dengan ucapan orang terhadap hubungannya.

"Kau akan mempermalukan dirimu karena berkencan dengannya, Hyung." Ucap Jeno lagi, memberitahu Taeyong bahwa keputusan laki-laki itu untuk berkencan dengan Hea adalah sebuah keputusan yang salah.

Namun Taeyong tak lagi peduli akan ucapan Jeno, laki-laki itu tanpa ragu langsung melayangkan satu pukulan tepat di pipi Jeno yang sukses membuat perhatian menuju ke arah mereka. "Memangnya tinggal dipanti asuhan adalah hal yang memalukan?" ucap Taeyong yang kembali melayangkan pukulan pada Jeno yang sudah jatuh tersungkur.

"Hyung, kenapa kau tidak paham juga?" ucap Jeno yang memilih untuk tidak membalas pukulan Taeyong namun Taeyong justru kembali melayangkan pukulan untuknya.

Hea yang sedari tadi diam memutuskan untuk menghentikan Taeyong. Perempuan itu menarik Taeyong menjauh dari Jeno dan mengatakan, "Dia memang benar."

Kalimat Hea tentu membuat Taeyong terkejut, "Lalu? Aku harus menerimanya begitu saja?" tanya Taeyong.

"Iya!" jawab Hea, "Jika kita tetap ingin bersama, maka jangan biarkan seorangpun tahu tentang hubungan ini." Ucap Hea penuh penekanan.

Disana, Taeyong tahu bahwa untuk membuat Hea tetap ingin bersamanya adalah dengan menyembunyikan hal paling berharganya dari dunia, yaitu perasaannya terhadap perempuan itu.

Namun, laki-laki itu sangat benci karena pengaruh sosial dapat mempengaruhi hubungannya dengan Hea. Ia mungkin tak peduli dengan apa yang orang katakan, namun Hea sangat peduli. Dan Taeyong tahu kenapa, itu karena Hea tidak mau orang-orang semakin berpandang buruk terhadapnya sekalipun perempuan itu tidak melakukan satupun kesalahan.

Taeyong tak mau Hea terbebani dengan ucapan orang-orang nanti, sehingga laki-laki itu mengangguk namun apa yang sebenarnya Hea khawatirkan adalah, ia tidak mau membuat Taeyong malu karena menyukai perempuan sepertinya.

Dan, akhirnya. Mereka memutuskan untuk menyembunyikan hubungan dan perasaan mereka dari dunia.

Terima kasih sudah membaca!
Jangan lupa vote dan komennya <3

Continue Reading

You'll Also Like

6.1M 705K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...
6.2M 481K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
54.5M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...