Sinned in February

By itstgksherly

5.3K 741 49

[NCT Jaehyun FanFiction] (SUDAH TAMAT) Setelah pesta ulang tahun dihari kasih sayang itu, Shin Hea tampaknya... More

[00] Prolog
[01] Awal
[02] Putus
[03] Jimat
[04] Fakta
[05] Garis
[06] Rasa
[07] Tersesat
[08] Magnet
[09] Solusi
[10] Panti
[11] Teman
[12] Dewasa
[13] Salah
[14] Peringai
[15] Dekat
[16] Berhenti
[17] Sakit
[18] Akui
[19] Hancur
[20] Malu
[21] Janji
[22] Sosiopat
[23] Mimpi
[24] Berikan
[25] Hampir
[26] Kenangan
[28] Tangis
[29] Kacau
[30] Tanya
[31] Ingin
[32] Kencan
[33] Pilihan
[34] Yakin
[35] Tunggu
[36] Maaf
[37] Danau
[38] Ibu
[39] Foto
[40] Duka
[41] Waktu
[42] Damai
[43] Sentuh
[last] Lahir

[27] Pergi

83 17 1
By itstgksherly

Masa indah disaat itu.
Waktu mungkin memudarkannya,
namun ingatan akan kembali mengungkitnya.
Jika kau bertanya, itulah alasanku
mengapa kehilanganmu adalah hal tersulit buatku.

●•●Sinned in February●•●

Hari ini, 6 April...

Perempuan itu sudah menyiapkan sebuah kertas dan satu buah pena sedangkan dirinya masih sibuk menatap layar ponsel. Pada meja belajar yang terasa dingin itu, Hea membuang napasnya kasar namun pada akhirnya ia menulis sesuatu pada kertas tersebut sambil sesekali melihat ponselnya. Setelah menulis beberapa kalimat, Hea memainkan pena dengan jarinya, mulai memikirkan banyak hal.

"Sesuai dugaanku," gumam perempuan itu kemudian kembali menuliskan beberapa kalimat. Hea menutup ponselnya dan menatap lama sebuah kertas yang sebelumnya kosong kini sudah terisi. Perempuan itu menarik napas berat.

Hea sulit tidur beberapa hari belakangan dan entah kenapa, hari ini ia memikirkan sekiranya berapa biaya yang diperlukannya sejak persalinan sampai mengurus kebutuhan bayi. Hea sudah menduga bahwa hal itu akan mengeluarkan banyak biaya dan setelah memastikannya melalui internet, perempuan itu kini yakin.

Hea masih menatap kertas itu lama, disana tertulis sekiranya total yang perlu dihabiskannya untuk mengurus bayi. "Seharusnya, aku sudah menduga sejak awal. Angka itu, membuatku terkejut." Gumam Hea dengan senyuman tipis. Hea tahu, membesarkan anak pastinya memerlukan biaya yang tidak sedikit namun apa yang bisa dilakukannya? Ia tidak tahu.

Perempuan itu melipat kertas tersebut kemudian menaruhnya asal pada meja belajar. "Apa yang bisa aku berikan untuknya.." gumam Hea. Hea sebenarnya tak seratus persen ingin menyerahkan anaknya, namun beberapa hal kadang membuatnya goyah. Hea ingin anaknya hidup dengan baik namun disisi lain hal itu akan sulit untuk ia lakukan karena Hea tidak memiliki apa-apa.

Hea tidak mau anaknya hidup menderita jika bersamanya. Dan seharusnya, Hea tahu bahwa menyerahkan anaknya adalah pilihan yang tepat. Setidaknya, anaknya nanti tidak akan pernah merasakan sulitnya hidup ketika ia lahir. "Mian." Ucap Hea.

Ketika mendengar pintu kamarnya diketuk beberapa kali, Hea menarik napas banyak-banyak sebelum melangkah menuju pintu dan membukanya. Perempuan itu cukup terkejut ketika melihat Jaehyun sudah berdiri dihadapannya, laki-laki itu biasanya pulang sangat larut.

"Kau belum tidur, ya.." gumam laki-laki itu sambil mengusap leher belakangnya.

Hea mengangguk singkat, "Bukannya aku melarang, namun sebaiknya kau istirahat dirumahmu saja." Ucap Hea. Jika perempuan itu terlihat seolah mengusir Jaehyun, anggap saja itu benar. Jaehyun selalu pulang kemari padahal laki-laki itu sudah meninggalkan banyak makanan, bukannya Hea tidak suka akan keberadaan Jaehyun namun kejadian beberapa waktu lalu masih mengganggu pikirannya.

"Restoran tutup lebih awal, itu sebabnya aku disini." Jawab Jaehyun. "Aku akan pulang sebentar lagi tapi aku ingin bertanya sesuatu," ucapnya lagi. Hea mengangguk, mempersilahkan Jaehyun untuk bertanya, "Apa kau ingin sesuatu..? Seperti makanan?" tanya Jaehyun.

Hea menatap Jaehyun bingung. Apa barusan laki-laki itu bertanya apa yang diinginkannya? Apa Jaehyun akan memberikan apapun yang diinginkannya? Namun, Hea merasa bahwa Jaehyun tak perlu melakukannya, perempuan itu akan melakukannya sendiri. "Tidak perlu, aku bisa membelinya sendiri." Jawab Hea.

"Tapi aku ingin melakukannya untukmu, apa kau tidak ingin sesuatu?" Jaehyun tak langsung mengiyakan. Alasan Jaehyun berbohong dengan mengatakan bahwa restoran tempatnya bekerja tutup lebih awal adalah untuk memberi sedikit waktunya pada Hea sehingga jawaban Hea tadi, bukanlah jawaban yang Jaehyun inginkan.

"Kau pikir aku mengidamkan sesuatu..?" tanya Hea ragu, jawaban itu sukses membuat Jaehyun terkejut namun sesaat kemudian laki-laki itu tersenyum kaku. "Tak apa, aku bisa menahannya." Sambung Hea, setelah tahu alasan Jaehyun bertanya demikian.

"Untuk apa kau tahan, katakan saja. Aku akan belikan," Jaehyun tetap bersikeras. Laki-laki itu merasa bahwa hanya ini yang bisa dilakukannya untuk Hea, Jaehyun tidak hanya akan memberinya uang namun akan memberi setengah perhatian dan waktunya untuk Hea sehingga perempuan itu tidak akan merasa terbebani dengan apa yang tengah dialaminya.

Hea tampak tersenyum, merasa terkejut ketika mengetahui Jaehyun menaruh perhatian padanya. "Odeng, bungeopang, jipangi ice cream, dakkochi, hweori gamja." Hea menyebut nama-nama makanan yang dijual dijalanan itu dengan lancar membuat Jaehyun menatapnya bingung dan tak lama kemudian mengangguk-angguk.

"Aku pikir kau ingin sesuatu yang sulit aku temukan," ucap Jaehyun dengan kekehan. "Baiklah, tapi aku ingin mengganti pakaianku dulu." Ucap Jaehyun lagi sambil memperlihatkan dirinya yang masih mengenakan seragam sekolah lengkap.

Hea mengangguk, "Pakaianmu ada dilemari, dibagian bawah." Balas Hea. Jaehyun memang sering meninggalkan beberapa pakaiannya karena laki-laki itu juga sering menginap. Jaehyun mengangguk dan masuk ke dalam kamar sedangkan Hea masih terdiam dipintu.

Perempuan itu berbalik dan menatap Jaehyun yang tengah mencari pakaian, memastikan bahwa Jaehyun dapat menemukan pakaian milik laki-laki itu karena Hea menaruh pakaian Jaehyun dilemari yang sama dengan pakaian miliknya. "Dimana..?" Jaehyun tampak bergumam, ia kelihatan kesulitan menemukan pakaiannya.

Hea dibuat panik ketika laki-laki itu hampir membuka laci yang berisi pakaian dalamnya, Hea buru-buru berlari kecil dan menghentikan Jaehyun. "Biar aku saja," ucap Hea gugup. Perempuan itu kemudian mengeluarkan sebuah hoodie dan celana jeans panjang lalu memberikannya pada Jaehyun.

"Ah.. ada disana," gumam Jaehyun. Mengumamkan terima kasih pada Hea yang dapat menemukan pakaiannya dengan mudah. Jaehyun kemudian langsung membuka satu persatu kancing seragamnya seolah lupa bahwa Hea masih berada dihadapannya.

Hea yang menyadari bahwa Jaehyun akan berganti pakaian tanpa memintanya keluar kemudian melangkahkan kakinya pergi, "Seharusnya dia memintaku untuk keluar, bagaimana kalau aku masih ada disana? Apa dia akan tetap membuka bajunya?" gumam Hea setelah menutup pintu dan mempersilahkan Jaehyun berganti pakaian dikamarnya.

Perempuan itu beranjak menuju ruang tamu dan menunggu Jaehyun disana, belum lama Hea mendudukkan dirinya disofa, Jaehyun sudah keluar dari kamar dan menatapnya bingung. "Aku pikir, aku juga meninggalkan mantelku. Ada dimana?" tanya Jaehyun.

Hea bangkit dan berjalan kembali menuju kamarnya. Tak terlalu sulit menemukan mantel karena ditaruh ditempat yang berbeda dengan pakaian-pakaian lainnya. Perempuan itu memberikan Jaehyun mantel milik laki-laki itu dan Jaehyun kembali mengumamkan terima kasih. "Ah.. ada disana. Aku takut kalau aku membuka lemari yang salah, jadinya aku bertanya." Ucap Jaehyun.

Laki-laki itu sepertinya menyadari bahwa ia hampir membuka bagian pada lemari yang salah sehingga ia tidak mau mengulangi hal itu. "Odeng, bungeopang, jipangi ice cream, dakkochi, hweori gamja." Jaehyun mengulangi permintaan Hea tadi setelah selesai memakai mantelnya.

"Kau punya ingatakan yang bagus," puji Hea sambil mengikuti langkah Jaehyun yang akan segera melangkah pergi dari apartemen.

"Aku mengulanginya terus dalam hati." Balas Jaehyun dengan kekehan sambil memakai sepatunya. "Tunggu aku, ya. Tidak akan lama," ucap Jaehyun sebelum membuka pintu dan melangkah keluar, Hea hanya mengangguk-angguk dengan senyuman kecil.

Setelah Jaehyun benar-benar sudah hilang dari hadapannya, Hea membuang napas lega. "Kenapa dia manis sekali.." gumam Hea. Perempuan itu tidak akan bohong bila ia selalu menahan napas dan senyumnya ketika Jaehyun bersamanya. Laki-laki itu hanya terlalu menggemaskan untuknya, Hea harus berusaha menahan diri sebelum pipi Jaehyun memerah karena cubitannya.

Sejenak, Jaehyun memang sukses membuat Hea melupakan hal-hal yang selalu menganggu pikirannya. Laki-laki itu seolah membuang segala kekhawatiran Hea kemudian mengisi pikiran Hea dengan segala hal yang Jaehyun lakukan untuknya. Jaehyun berhasil membuat Hea merasa bahwa apa yang tengah dilakukannya ini, tidak akan sulit untuknya.

Ketika Hea berniat menuju ruang tamu setelah melamun cukup lama didepan pintu, tiba-tiba bel berbunyi. Seseorang datang, namun jelas bukan Jaehyun karena laki-laki itu pasti akan langsung masuk. Hea melihat dari lubang kecil pada pintu, ingin mengetahui siapa yang berkunjung agar ia dapat memutuskan untuk membukakan pintu atau tidak.

Namun, mata perempuan itu dibuat terbuka lebar ketika mengetahui siapa yang berkunjung. Hea menelan ludahnya susah payah, tak tahu apa yang harus dilakukannya. "Kenapa dia disini?" gumam Hea, berusaha menenangkan dirinya.

Ketika bel kembali berbunyi membuat Hea semakin gugup. Ia tidak mengira hal ini akan terjadi sehingga perempuan itu tidak menyiapkan apapun untuk menghadapinya. "Pergi.." gumam Hea berkali-kali seolah itu mampu membuat seseorang itu melangkah pergi.

Bel kembali dibunyikan membuat Hea menyadari bahwa seseorang itu tidak akan pergi begitu saja. Hea menarik napasnya banyak-banyak, mempersiapkan dirinya matang-matang kemudian memutuskan untuk membukakan pintu. Dan ketika tatapan mereka bertemu, Hea langsung membuang pandangannya.

Taeyong yang awalnya tak berharap banyak, dibuat terkejut ketika pintu akhirnya terbuka untuknya. Namun dirinya dibuat tambah terkejut ketika kini, dihadapannya berdiri seorang perempuan yang selalu mengisi pikirannya. Taeyong hanya tak percaya, dugaannya selama ini kini benar-benar terbukti.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Hea, terdengar gugup namun perempuan itu berusaha mati-matian untuk tidak menunjukkannya.

Taeyong yang tampak masih cukup terkejut, tak langsung menjawab. Ia membuang pandangannya sejenak untuk menenangkan dirinya, menatap Hea hanya akan membuatnya goyah. Taeyong mengambil napas banyak-banyak kemudian tersenyum tipis, "Boleh aku masuk?" tanyanya.

Hea terlihat ragu sejenak, ia menatap Taeyong cukup lama dan setelah itu baru membiarkan laki-laki itu masuk. Hea dibuat membuang pandangannya ketika melihat Taeyong masih memakai sepatu itu, laki-laki itu tidak seharusnya memakainya setelah apa yang Hea lakukan dulu padanya.

Hea langsung mendudukkan dirinya pada sofa diruang tamu dan Taeyong duduk disebelahnya. "Kenapa kau.. disini?" tanya Hea lagi.

Taeyong tersenyum tipis, "Kemarin aku mengikuti Jaehyun sejak pulang dari sekolah, hari ini juga." Jelas Taeyong. Hea mengangguk mengerti, itulah alasan mengapa Taeyong masih mengenakan seragam sekolahnya. "Aku bertanya-tanya, apa yang Jaehyun lakukan dan kenapa dia tidak pulang ke rumahnya." Ucap Taeyong lagi.

"Dan aku juga bertanya-tanya kenapa dia berkerja kesana dan kemari, aku pikir untuk apa dia melakukannya." Ujar Taeyong, membuat Hea merasa bahwa kalimat itu terasa asing baginya. Jaehyun bekerja kesana kemari? Laki-laki itu mengatakan bahwa dia hanya bekerja direstoran. "Sepertinya aku tahu mengapa, namun masih kurang jelas buatku." Sambung Taeyong.

Taeyong menoleh ke arah Hea, melihat perempuan itu lama dan seolah dapat membaca pikiran Hea. "Jaehyun bekerja.. sekitar di empat tempat. Namun hari ini, dia hanya pergi bekerja di dua tempat." Ungkap Taeyong lagi, seolah mengetahui bahwa kalimat itulah yang ingin Hea dengar.

Kemudian keduanya sama-sama terdiam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Taeyong kembali menatap Hea lama, "Aku mencarimu dan aku tidak menduga bahwa Jaehyun adalah jalan yang membuatku berhasil menemukanmu." Ujar Taeyong kemudian tersenyum tipis.

"Apa yang terjadi diantara kalian?" tanya Taeyong.

Hea tak mau menjawab pertanyaan itu, "Kenapa kau melakukan ini?" tanya Hea, Taeyong seharusnya tak perlu mencari apalagi menemukannya. Kini Hea tak tahu apa yang harus dilakukannya.

"Apa aku terlihat gila jika mengatakan bahwa melupakanmu adalah hal tersulit buatku?" tanya Taeyong. "Aku sudah menaruh curiga dan masih tak percaya, kalau itu benar adanya." Ucap laki-laki itu lagi. "Apa yang terjadi diantara kau dan Jaehyun?" tanya Taeyong lagi.

Hea tak menjawab lagi, membuat Taeyong kembali membuka suaranya. "Bukan seperti ini yang aku inginkan.." Taeyong berucap tak percaya ketika menyadari bahwa semua ini bermula karena idenya untuk membuat Jaehyun mengundang Hea pada pesta ulang tahun laki-laki itu.

"Aku sudah memikirkan ini cukup lama. Kini aku menyadari semuanya. Aku yang meminta Jaehyun mengundangmu, mengatakan bahwa aku menyukaimu agar dia mau melakukannya. Aku pikir, aku bisa mengembalikan hubungan itu lagi namun entah kenapa itu justru menjadi berbeda." Jelas Taeyong, "Apa ini semua salahku..?" gumam Taeyong.

Hea masih dalam keheningan, ia tidak tahu harus bagaimana. Taeyong mengucapkan sebuah kalimat yang sukses membuat Hea mengetahui bahwa ia telah menyakiti laki-laki itu terlalu dalam.

"Apa kau hamil karena Jaehyun..?"

Terima kasih sudah membaca!
Jangan lupa vote dan komennya <3

Continue Reading

You'll Also Like

189K 29.4K 54
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
99.7K 8.4K 83
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
721K 34.3K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
928K 40.7K 97
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...