Sinned in February

By itstgksherly

5.3K 741 49

[NCT Jaehyun FanFiction] (SUDAH TAMAT) Setelah pesta ulang tahun dihari kasih sayang itu, Shin Hea tampaknya... More

[00] Prolog
[01] Awal
[02] Putus
[03] Jimat
[04] Fakta
[05] Garis
[06] Rasa
[07] Tersesat
[08] Magnet
[09] Solusi
[10] Panti
[11] Teman
[12] Dewasa
[13] Salah
[14] Peringai
[15] Dekat
[16] Berhenti
[17] Sakit
[18] Akui
[19] Hancur
[20] Malu
[21] Janji
[22] Sosiopat
[23] Mimpi
[24] Berikan
[25] Hampir
[27] Pergi
[28] Tangis
[29] Kacau
[30] Tanya
[31] Ingin
[32] Kencan
[33] Pilihan
[34] Yakin
[35] Tunggu
[36] Maaf
[37] Danau
[38] Ibu
[39] Foto
[40] Duka
[41] Waktu
[42] Damai
[43] Sentuh
[last] Lahir

[26] Kenangan

90 15 1
By itstgksherly

"Cinta yang tak terbatas untuk Hea.."

●•●Sinned in February●•●

9 bulan yang lalu, 1 Juli...

Dengan perlengkapan piknik yang dibawanya, Hea melangkah riang menuju taman sambil melihat sekeliling, mencari tempat yang sekiranya tepat untuk membuka tikarnya. Mata perempuan itu berbinar ketika ia akhirnya menemukan bagian dari taman dengan rumput hijau yang menyejukkan mata, Hea tanpa ragu langsung membuka tikarnya dan menaruh keranjang khas piknik diatas tikar.

Matahari tidak terlalu terik, itu sebabnya Hea memilih untuk pergi piknik disore hari. Perempuan itu mengeluarkan sebuah kue ulang tahun yang dibuatnya bersama keluarga panti kemudian menaruh lilin diatas kue itu. Kini ia hanya tinggal menunggu seseorang yang tengah berulang tahun hari ini.

Taman tidak terlalu ramai, membuat Hea dapat menenangkan dirinya sejenak. Hari ini adalah hari yang menyenangkan buatnya, Hea harap ia bisa merasakan hari ini disetiap harinya. Hea tidak menyiapkan hadiah yang mewah, ia hanya akan memberikan sepasang sepatu sederhana yang tidak terlalu mahal.

Hea melihat jam dipergelangan tangannya, hari semakin sore dan akan berganti malam namun seseorang yang ditunggunya tak kunjung datang. "Apa dia tidak dapat menemukanku?" gumam Hea sambil meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang itu. "Lee Taeyong.. laki-laki yang paling sulit dihubungi," gumam Hea sambil menutup kembali ponselnya.

Matahari yang mulai turun, membuat Hea perlahan mengeratkan jaket yang dikenakannya. Angin akan semakin dingin seiring berjalannya malam, taman memang terlihat lebih indah dimalam hari namun akan terasa lebih menyenangkan jika Hea tidak melihat ini sendirian. "Setidaknya dia memberitahu kalau akan datang telat.." gumam Hea, menatap kue ulang tahun itu dengan lesu.

Taman yang berkelap-kelip oleh lampu-lampu cantik mungkin dapat membuat suasana hati Hea membaik namun perempuan itu masih merasakan perasaan kesal karena ia harus menunggu begitu lama dimalam yang semakin dingin ini. Hea memeluk kedua kakinya dengan dagunya yang berada diatas lutut, mulai merasa bosan apalagi ketika melihat orang-orang yang tampak menikmati malam ini.

Ketika mendengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa ke arahnya, Hea langsung menoleh ke belakang kemudian tersenyum lebar ketika melihat Taeyong sudah mendekat ke tempatnya. "Mianhae.." ucap laki-laki itu dengan napas tak beraturan.

Hea menggeleng dan memberi isyarat untuk Taeyong duduk disebelahnya. "Kau yang membuat kue itu?" tanya Taeyong ketika sudah mendudukkan dirinya disebelah Hea dan melihat sebuah kue yang berada didekat perempuan itu.

"Iya," jawab Hea dengan senyuman, membuat Taeyong tak dapat menahan ekspresi gembiranya. Laki-laki itu yang meminta Hea untuk membuat sendiri kue ulang tahun untuknya karena Taeyong bingung ketika Hea menanyakan hadiah apa yang laki-laki itu inginkan.

"Aku tidak percaya kalau kau akan benar-benar membuatkannya untukku." Kata Taeyong sambik mencolek-colek dagu Hea karena ingin menggoda perempuan itu.

Hea yang tengah menghidupkan lilin-lilin yang berada diatas kue itu dengan korek api yang dibawanya hanya bisa menahan senyum, "Ini pertama kalinya aku membuat kue, kau harus maklum bila rasanya tidak enak." Ucap Hea dengan kue yang sudah berada ditangannya dan siap membuat Taeyong meniup lilin-lilin tersebut.

"Ya.." Taeyong berucap lemas, "Tapi mana mungkin, kau pasti membuatnya penuh kasih sayang." Ucap laki-laki itu lagi dengan kekehan. "Kau mau apa?" tanya Taeyong yang sudah siap mengucapkan harapannya sebelum meniup lilin ulang tahunnya.

"Kenapa tanya aku? Kau yang berulang tahun," jawab Hea dengan alis yang terangkat, bingung.

Taeyong tak bertanya lagi, laki-laki itu menutup matanya beberapa detik kemudian meniup lilin pada kue ulang tahunnya. "Selamat ulang tahun, Lee Taeyong-sshi." Ucap Hea penuh hormat yang dibuat-buat.

"Ne, kamsahamnida.." balas Taeyong dengan mengikuti cara bicara Hea.

Hea yang menyadari kalau ini adalah saat yang tepat untuknya memberikan hadiah yang sudah dibawanya akhirnya meraih sebuah kotak yang berada dikeranjang pikniknya dan memberikannya pada Taeyong, "Kau memberiku banyak sekali hadiah." Ucap Taeyong yang belum menerima sebuah kotak yang Hea berikan.

"Aku tidak memberimu apa-apa," balas Hea sambil memaksa Taeyong mengambil hadiah yang diberikannya itu lewat tatapannya.

"Kau merayakankan ulang tahunku ditaman, membuatkanku kue ulang tahun. Itu banyak, kau tahu." Ujar Taeyong kemudian menerima hadiah yang Hea berikan, ketika melihat sepasang sepatu berwarna putih bersih, laki-laki itu tak dapat menahan senyumnya lagi. Taeyong tak mengerti kenapa, ia bukan mendapat hadiah mewah namun ia sangat merasa senang saat ini.

Hea tahu dari ekspresi Taeyong kalau laki-laki itu sepertinya sangat menyukai hadiah yang diberikannya, "Hanya sepatu biasa, kenapa kau senang sekali?" tanya Hea dengan kekehan. "Karena terlalu sederhana, bagaimana kalau kita hias sepatunya..?" ucap Hea membuat Taeyong menatapnya bingung.

Perempuan itu mengeluarkan spidol warna-warni dari tas selimpang yang dibawanya, Taeyong yang akhirnya mengerti kemudian mengangguk senang. Hea maupun Taeyong tampak senang ketika memberi gambar-gambar menggemaskan pada sepatu itu, Hea menggambar banyak hati dengan tinta merah sedangkan Taeyong menggambar banyak simbol infinity dengan tinta biru.

Kini pada seluruh bagian sepasang sepatu tersebut bergambarkan hati dan simbol infinity, membuat sepatu yang sebelumnya terlihat sederhana menjadi begitu cantik. "Aku tidak menduga hasilnya menjadi seperti ini.." ucap Taeyong tak percaya.

"Aku juga," balas Hea sama tak percayanya. "Tidak ada yang menjual sepatu seperti ini, hanya kau yang memilikinya." Kata Hea yang membuat Taeyong mengangguk.

"Ada yang kurang," ucap Taeyong kemudian mengambil sebuah spidol berwarna hitam dan menuliskan sesuatu dibagian kanan dan kiri sepasang sepatu tersebut. Ketika Hea melihat apa yang Taeyong tuliskan pada sepatu itu, perempuan itu tak dapat menahan senyumnya lagi.

Taeyong menuliskan 'H' pada bagian kanan dan kiri sepatu itu. Hea yang tahu bahwa itu merupakan inisial dari namanya tentu merasa senang, apalagi setelah Taeyong mengatakan arti dari seluruh gambar yang berada disepatunya itu, "Cinta yang tak terbatas untuk Hea.."

Taeyong tampak begitu senang dan tak sabar untuk memakai sepatu itu sesegara mungkin. "Orang-orang mungkin akan tahu kalau aku memakai sepatu ini ke sekolah," ucap Taeyong, secara tak langsung meminta ijin Hea, apa boleh laki-laki itu memakai sepatu ini untuk pergi ke sekolah.

"Mana mungkin ada yang menyadarinya, pakai saja." Jawab Hea karena perempuan itu juga sangat ingin melihat Taeyong sering-sering memakai sepatu itu.

"Kalau ada yang menyadarinya, akan kubilang kalau kau itu kekasihku. Sudah dua bulan. Aku tidak akan menyembunyikannya lagi," kata Taeyong. Mereka memang menjalin hubungan secara diam-diam atas keinginan Hea dan Taeyong tidak mempermasalahkan itu, lagipula laki-laki itu hanya perlu pengakuan Hea, ia tidak perlu pengakuan orang lain.

Hea hanya mengangguk-angguk dengan kekehan, "Sudah 'kan, sekarang potong kuenya." Ucap Hea, Taeyong kemudian mengangguk dan ia memberi potongan pertama untuk Hea kemudian potongan kedua untuk dirinya sendiri.

"Aku suka pesta ulang tahunku, mari terus rayakan seperti ini ditahun-tahun berikutnya." Ucap Taeyong sambil menyuapkan kue pada mulutnya kemudian beberapa detik kemudian laki-laki itu langsung memberikan dua jempolnya pada Hea, "Ini enak sekali," puji laki-laki itu dan kembali menyantap kue ulang tahunnya.

"Kalau seperti ini terus, memangnya kau tidak bosan?" tanya Hea.

"Kalau bersamamu, aku tidak akan pernah bosan." Jawab Taeyong, mampu membuat Hea mengigit bibir bawahnya untuk menahan senyum.

Hea tidak marah lagi karena keterlambatan Taeyong tadi, perempuan itu sudah merasa senang karena ia benar-benar menikmati malam ulang tahun laki-laki itu dengan penuh riang. Taeyong bilang kalau ia tidak mau mengadakan pesta yang besar, laki-laki itu hanya ingin merayakannya dengan Hea dan Hea merasa senang karena Taeyong menyukai setiap hal yang ia lakukan untuk laki-laki itu.

Ketika keheningan mulai menyelimuti keduanya, ponsel Taeyong tiba-tiba berbunyi namun laki-laki itu tampak mengabaikannya dan masih asik dengan kue ditangannya. "Angkat saja," ucap Hea yang merasa kalau itu mungkin saja panggilan penting dan Taeyong tak seharusnya mengabaikan panggilan tersebut.

"Tidak apa?" tanya Taeyong dan Hea mengangguk. Laki-laki itu kemudian meraih saku celananya dan mengangkat telepon itu, namun ekspresi laki-laki itu terlihat tak senang. "Apa? Kenapa kau ada disini?" ucap Taeyong pada seseorang yang meneleponnya, laki-laki itu terlihat melihat sekeliling taman.

Hea yag menyadari dengan siapa Taeyong tengah bicara kemudian tersenyum kecil. "Chaeyoung disini?" tanya Hea ragu.

"Iya. Ketika aku akan berangkat kemari, dia tiba-tiba memberiku kejutan bersama teman-teman yang lainnya. Jadi aku harus merayakannya sebentar dengan mereka dan buru-buru kemari." Jelas Taeyong dengan tampang bersalahnya, "Mianhae," ucap laki-laki itu kemudian.

Hea mengangguk mengerti, "Sudah malam, susul Chaeyoung saja. Dia mungkin tersesat," ucap Hea dengan berat hati.

"Lalu bagaimana denganmu?" tanya Taeyong. "Aku akan mencari Chaeyoung dan memesankan taksi untuknya pulang, kau tunggu disini sebentar." Saran Taeyong, laki-laki itu masih ingin bersama Hea namun karena Chaeyoung yang sepertinya mengikutinya hingga kemari, membuat Taeyong mau tak mau membawa perempuan itu pulang terlebih dahulu.

"Tidak, sudah malam. Aku akan pulang," ucap Hea sambil bangkit dan mulai membereskan kue-kue yang baru ia dan Taeyong makan setengah. Perempuan itu kemudian memberikan Taeyong sepatu yang sudah kembali berada ditempatnya itu, "Pergilah," ucap Hea lagi, perempuan itu sudah mendengar suara Chaeyoung yang memanggil Taeyong lewat telepon.

Taeyong mengambil kotak sepatu itu dan menatap Hea lama, memberitahu lewat tatapannya kalau laki-laki itu belum ingin piknik mereka selesai secepat ini. Namun Hea sudah mengisyaratkan Taeyong untuk pergi dan menyakinkan laki-laki itu bahwa ia akan baik-baik saja.

Taeyong tak tahu lagi bagaimana cara membujuk Hea, laki-laki itu kemudian mengangguk dan berbalik pergi. "Baiklah, aku datang." Ucap Taeyong pada Chaeyoung yang sedari tadi memanggil-manggil namanya dari telepon, seolah mendesak Taeyong agar segera pergi dari Hea.

Hea menatap lama punggung Taeyong yang perlahan menjauh. Ia tidak menyalahkan Chaeyoung, lagipula hubungan diam-diam ini memang atas keinginannya, jadi Chaeyoung yang tak tahu apa-apa justru wajar jika masih mengejar-ngejar Taeyong sekalipun laki-laki itu kini menjadi kekasih Hea.

Namun perempuan itu sadar, kalau menyembunyikan sebuah hubungan yang baru berjalan dua bulan ini ternyata begitu sulit. Hea tidak bisa menunjukkan kecemburuannya didepan semua orang ketika melihat Chaeyoung yang selalu menempel pada Taeyong. Perempuan itu kemudian menatap langit malam untuk membuat air matanya tak terjatuh.

Hea meraih ponselnya dan mengetikkan pesan untuk Taeyong.

To Taeyong-ie: Maaf karena harus mengatakan ini dihari ulang tahunmu, namun sepertinya kita harus menyerah pada hubungan ini.

Hea sudah menahannya cukup lama dan ia memilih untuk mengakhiri hubungannya dengan Taeyong tepat dihari ulang tahun laki-laki itu.

Terima kasih sudah membaca!
Jangan lupa vote dan komen <3

Continue Reading

You'll Also Like

121K 12.1K 34
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
1.4K 226 16
Andaikan saja, Reina bertindak lebih cepat. Situasi tidak akan serumit ini. "Aku adalah letak masalahnya, Je." Andaikan saja, Jeno duluan sadar deng...
214K 20K 73
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...