"Yang," ucap Hyunjin terdengar manja. Semalam mereka langsung tertidur setelah acara pernikahan setibanya di rumah baru. "Sayang, bangun. Sarapan dulu," lanjut Hyunjin lagi dengan memainkan hidung mungil Aeri gemas.
Aeri mendengkus, tetapi tidak bangun. Seolah gangguan dari Hyunjin tidak mempan untuk membangunkannya.
"Halo! Halo! Ada orang?" Hyunjin kembali bawel. Karena sedari tadi dirinya membangunkan sang istri, dia tidak bangun sama sekali.
"Halo... Sayang...bang—"
"Hentikan!" Perkataan Hyunjin terhenti saat orang yang dari tadi diganggungnya bangkit lalu bagai flash, Aeri menempelkan bibirnya pada bibir milik Hyunjin.
Tentu dengan sikap tiba-tiba Aeri membuat Hyunjin terkejut. Bahkan matanya membulat sangking terkejutnya.
"Berisik! Berisik! Berisik!" kesal Aeri dengan suara serak khas bangun tidur. Aeri mengecupnya sebanyak tiga kali, seiring dengan menyebut tiga kata di atas.
Hyunjin tidak percaya dengan perlakuan Aeri yang mendadak. Setelah melakukan gerakan yang mengejutkan itu, Aeri kembali tertidur. Seolah tidak terjadi apa-apa.
Hyunjin mengerjapkan mata dan menatap Aeri tidak percaya. "Yang! Kamu tadi cium aku?!" tanyanya dengan mengelus kedua pipi Aeri. Merasa gemas.
"Ish! Kak Hyunjin, jangan ganggu tidur aku!" rengek Aeri dengan mata terpejam. Sungguh, Aeri kesal saat tidur nyenyak nya diganggu.
Hyunjin tidak mendengarkan ucapan Aeri. Ia tetap mengganggu Aeri hingga Aeri bangun dari tidurnya dan mengubah posisinya menjadi duduk bersila di atas kasur sambil memegangi kepalanya. Pusing, Aeri kurang tidur dan Hyunjin sudah mengganggu tidurnya.
"Tadi itu apa? Morning kiss, hm?" tanya Hyunjin yang ikut duduk bersila dihadapan Aeri dengan mata berbinar. Masih pagi sudah dapat kecupan. Beruntung sekali.
Aeri membuka matanya dan menatap Hyunjin datar. "Bukan! Kamu bawel banget. Aku kaya gitu supaya kamu diam. Tapi nyatanya nggak mempan, malah tetap ganggu tidur aku!" keluhnya dengan memanyunkan bibir. Ia kesal tidurnya terusik.
Hyunjin gemas melihatnya.
Chup!
Hyunjin mengecup bibir Aeri sekilas. Ia memberikan morning kiss pada gadisnya. "Maaf, tapi sekarang udah jam delapan pagi loh! Kamu harus sarapan," ucapnya membuat Aeri membuka seluruh matanya, ia kira masih jam enam.
"Kenapa nggak bilang? Yang harusnya buat sarapan aku. Kenapa jadi kakak?" balas Aeri tidak enak, harusnya ia yang menyiapkan kebutuhan suaminya di pagi hari.
Hyunjin menata rambut Aeri yang berantakan dengan hati-hati. "Nggak apa-apa. Kamu lelah habis acara pernikahan. Jadinya untuk hari ini aku aja yang masak sarapan," ucapnya yang tidak ingin melihat Aeri bersedih.
Aeri menghela napas. "Maaf ya kak, aku bukan istri yang baik buat kakak," ucapnya berubah sendu. "Harusnya aku yang menyiapkan semuanya."
Hyunjin meringis, ia tidak suka melihat raut wajah Aeri yang satu ini. "Kamu nggak perlu minta maaf sayang. Bukan sepenuhnya tanggung jawab istri untuk memenuhi kebutuhan suami. Tetapi tanggung jawab keduanya. Kita bekerja sama untuk membangun rumah tangga yang baik agar bertahan untuk selamanya. Kalau aku nganggur, aku bakal bantu kamu," ucap Hyunjin yang ingin Aeri mengerti tentang posisinya sebagai seorang istri. Hyunjin harus mengarahkan Aeri agar gadis itu bisa menjalani semua ini. Ia tahu, umur Aeri memang belum cukup matang untuk menikah. Tetapi, karena memang kedua orang tua mereka yang mengharuskan menikah, Hyunjin terima saja. Toh ia menikah dengan gadis yang dicintainya.
"Ayo, sekarang cuci muka dulu," ajak Hyunjin menarik pelan tangan Aeri agar turun dari kasur.
"Gendong," manja Aeri.
Hyunjin tersenyum, tentu ia akan mengabulkan. "Ayo, sini," ujarnya sambil merentangkan tangan.
Aeri mendekat dan Hyunjin menggendong Aeri seperti koala. Pria itu membawa Aeri menuju kamar mandi.
Di turunnya perlahan Aeri di atas closet yang tertutup. "Nih, sikat gigi dulu," ujar Hyunjin memberikan sikat gigi yang sudah diberikan pasta gigi.
"Terima kasih, kak," balas Aeri dan langsung menyikat giginya sambil menatap Hyunjin di depannya.
Hyunjin memperhatikan kegiatan Aeri. "Udah," ucap Aeri memberikan sikat giginya pada Hyunjin.
Hyunjin mengangguk. "Sekarang cuci muka. Sini aku yang bersihkan wajah kamu," pintanya.
"Nggak usah, aku " ucapan Aeri terhenti saat Hyunjin sudah mengusap wajahnya lembut dengan air. Aeri menghela napas, ia pasrah saja.
Selama Hyunjin mengusap wajah Aeri, gadis itu hanya terdiam. Dia menikmati perlakukan Hyunjin. Jujur saja, Aeri menyukai sikap Hyunjin yang memanjakan dirinya.
"Udah, sekarang kita makan," ajak Hyunjin kembali menggendong Aeri seperti koala untuk keluar kamar menuju ke lantai bawah.
"Kak," panggil Aeri dengan memainkan tali hoodie milik Hyunjin.
"Hmm," balas Hyunjin tidak menatap Aeri, ia fokus menatap depan karena sedang menuruni anak tangga.
"Tiket yang di kasih ayah...," ucap Aeri ragu membuat Hyunjin menghentikan langkahnya dan menatap Aeri. "Kenapa?" tanya Hyunjin.
"Eum, turun aja dulu deh. Kakak pasti berat gendong aku," pinta Aeri merasa tidak enak.
Hyunjin menggeleng. "Nggak berat kok. Enteng malahan," tolaknya semakin memeluk erat tubuh Aeri dalam gendongannya agar Aeri tidak turun.
Aeri menghela napas pelan dan kembali memainkan tali hoodie.
"Kenapa?" tanya Hyunjin lagi.
"Tiket yang dikasih ayah ke maldives di terima nggak?" tanya Aeri pelan.
Hyunjin tersenyum, ia begitu gemas dengan istri kecilnya ini. Hyunjin kembali melangkah menuruni anak tangga. "Terima, dua hari lagi kita berangkat," jawabnya yang sontak membuat Aeri senang.
"Serius?!"
"Hmm, serius sayang. Tadinya mau besok. Tapi aku nggak bisa. Ada pasien anak kecil yang harus aku cek up dan kamu juga butuh istirahat untuk beberapa hari," balas Hyunjin.
Aeri sangat senang. "Nggak apa-apa kak. Kapan aja aku mau. Asalkan pergi ke maldives jadi!" seru Aeri yang langsung memeluk Hyunjin. Meletakan wajahnya diantara ceruk leher sang suami.
Tibanya di ruang makan, Hyunjin menurunkan Aeri di kursi. Hyunjin menarik kursi di sebelah Aeri.
"Wah! Enak keliatannya nih!" seru Aeri dengan mata berbinar.
Hyunjin tersenyum, ia menopang dagunya dan menatap Aeri lekat. "Makan yang banyak. Aku suka pipi chubby kamu," ucapnya santai namun, berbeda dengan Aeri yang langsung menatap Hyunjin dengan mata memicing.
"Nggak! Nggak mau. Aku nggak suka gendut. Nanti apa kata orang kalau aku gendut," tolak Aeri tegas. "Nanti ada yang bilang, masa istrinya dokter Hyunjin gendut sih," lanjut Aeri, ia menirukan ucapan orang lain yang mungkin saja akan mengomentari dirinya.
Hyunjin kembali tersenyum, entah kenapa dirinya senang sekali melihat dan mendengar semua yang Aeri lakukan. "Siapa yang bilang kamu gendut? Sini berhadapan sama aku. Aku kasih peringatan," serunya.
"Ya nggak tau sih. Tapi bisa aja mereka ngomongin aku dari belakang kaya gitu," ucap Aeri yang mulai makan makanan yang di masak Hyunjin.
"Nggak akan ada yang berani. Kalau ada, mereka langsung berurusan sama aku," seru Hyunjin.
S E L E S A I
Finally, end juga akhirnya...
Terima kasih, sama kalian yang udah mau menghabiskan waktu buat baca book ini sampai selesai dan menunggu update ❤
Maaf juga kalau buku ini banyak kekurangannya.
©Dita_Sr
2019
Vote, share and comments
Thanks