HUJAN: Sebait Kenangan Kusam

By Wahyudiekwa

181K 10.5K 583

Meraih peringkat 20 Besar di kategori puisi, 2018. - Pada tetesan air itu, tercipta sebuah rasa yang memecah... More

- Peron Selamat Tinggal
- Hanya Dirimu
- Mawar
- Adalah Kau yang Harus Menjalani
- Kamu dan Kanopi Pohon
- Perihal Kehilangan
- Pasir
- Takut
- Memori
- Hujan: Sebait Kenangan Kusam
- Kau
- Hati
- Arti Dari Melepaskan
- Sebuah Catatan
- Andai
- Sebuah Awal yang Baru
- Untuk Pembaca
- Apakah Kau Akan Tetap Sama?
- Aku dan Diriku
- Manusia Paling Cantik
- Alkisah
- Seorang Pria
- Dari Rasa Kecewa
- Paling Baik
- Hujan di Hari Sabtu
- Kisah Penuh Debu
- Surat Dari Jauh
- Asa dan Air Mata
- Adalah Aku
- Masa yang Jenuh
- Lelah
- Aliran Perasaan
Mati
Dirimu yang Lain.
Ikhlas
Kangean
Pergi
Kedai Kopi
Satu November
Kosong
Tengah Malam
Jatuh Cinta
Debaran Satu
Debaran Dua
Semesta
Sang Masa
Falaise d'Etretat
Arus
Malang
Ketika Saatnya
Waktu
Perihal Berubah
Assumption(s)
Lepaskan
Pelukan
Cukup
Tinta
Ego dan Luka
Bicara dan Kata
Menjadi Dua Puluh
Doa
Aksara
Politik
Pamit
November
Cerita
Tanya
Bayang
Kita dan Tiada
Moonlight
Pena
Bagaimana Jika?
Aku Ingin Pulang
Pesan Suara
Diri Sendiri
Mengenangmu
Doa dan Dia
Tak Apa
Firasat
Pilihan
Dancing
Peluk
Kala
Pinta
Bahagia
Melankolia
Hiraeth
Être
Saturn
Menjadi Dua Puluh Tiga

Kopi dan Ragu

871 37 5
By Wahyudiekwa

Hampir tiga ratus enam puluh hari, kita membagibicarakan mimpi. Menertawakan kekonyolan-kekonyolan diri dan meneriakkan luka-luka yang saling kita beri. Kau tau aku ini apa: seorang anak laki-laki yang terlambat memakai kacamata dan suka aroma kopi.

Rasanya, baru musim penghujan lalu kita berteduh pada kanopi sebuah kedai kopi kecil. Katamu, kau ingin berbicara tentang apa makna puisi-puisi yang aku tulis, tentang apa yang aku takuti dari masa depan, tentang orang-orang yang aku temui, tentang bagaimana kita telah banyak berubah.
"Apa yang kau cari belakangan?" ujarmu.

Bahkan ketika retina coklatmu mencoba menelisik jawaban diantara hamparan cahaya hangat yang aku pantulkan dari netraku, kau tak akan menemukannya. Atau kau mungkin menemukannya, tapi kau tak menyadarinya.

Yang aku lakukan waktu itu hanya tersenyum simpul, melihat banyak ragu yang menjalar ditubuhmu, juga menjalar di tubuhku.
"Entahlah, mungkin, aku sedang mencari diriku sendiri." ucapku. Sebuah jawaban yang membuatmu frustasi karena mungkin kamu belum mengerti. Bahkan saat kau mencoba mengalihkan pembicaraan menjadi sesuatu yang lebih ringan, kau tak bisa.
Kau selalu kehabisan kata ketika mencoba menelisik tentangku, dan aku suka itu. Yang selalu terjadi diantara kita berdua adalah obrolan tentang sesuatu yang sangat abstrak, lebih abstrak dari abstrak.

Yang tak kau tau adalah aku juga sama bingungnya. Tak mengerti apa yang sedang aku hadapi: sebuah ketakutan nyata namun menuntut dipuaskan. Bahkan ketika aku tau ini akan berakhir seperti apa, diriku yang lain mencoba meyakinkanku untuk terbuka saja padamu. Tentang aku, atau tentang bagaimana kamu di mataku.

Jika mungkin terbersit di pikiranmu bahwa kau sesuatu yang baru untukku, tidak. Kau sangat familiar. Sangat-sangat aku kenal. Bahkan ketika aku memelukmu dan merasakan hangat kita masing-masing, tubuhku mengenali itu. Seakan-akan kita pernah bertemu berabad-abad lalu di sebuah dinasti, lalu dilahirkan kembali untuk kemudian saling mempertanyakan satu sama lain lagi.

Bahkan ketika kau tersenyum simpul sambil berucap 'sampai jumpa lagi' di suatu sore, aku sungguh mengaminkan itu. Mari berjumpa lagi. Dan lagi. Dan lagi.

Lebih dari sekali aku membenci pikiranku. Kadangkala ia membisikkan tentangmu. Tentang sebuah kemungkinan bahwa mungkin, kau hanyalah sebentuk kekecewaan-kekecewaan lain yang nantinya akan membuatku berdarah lagi. Entah. Ada bagian dari diriku yang tak setuju, dan ingin lari menjauh. Sementara sebagian lagi menyuruhku menetap sebentar, katanya; bukannya aku sudah terbiasa?
Ah tidak. Terbiasa bukan berarti aku baik-baik saja.

Akhirnya, begini saja: anggap aku egois. Ketika hujan turun dimatamu, aku ingin jadi raga pertama tempatmu berteduh.

Akhirnya, seperti ini saja: semoga Semesta senantiasa melindungimu. Kemudian ia jauhkan kau dari makhkuk jahat yang bernama ragu. Sehatlah, dan bahagialah selalu. Ada seseorang yang akan senantiasa mendoakanmu. Jika bukan aku, mungkin seseorang yang lain.

---
Surabaya, 22 Desember 2019.
Ekwa.

Continue Reading

You'll Also Like

417 19 13
"Selamat datang, para penjelajah sajak dari jauh. Kalian telah berlayar panjang di antara lautan kata hingga kini, sang waktu mempertemukan kita. Sel...
1.4K 68 21
Kumpulan Puisi hasil karya member Curhatan Anak Wattpad
3.3K 74 66
Kalo gue tidak di kasih bahagia, itu artinya tuhan maunya gue yang bahagiain orang orang. Itu udah adil, kan ?
225K 13.4K 41
Judul sebelumnya: mengejar cinta-Nya Sudah terbit di penerbit Teori Kata cerita ini murni pikiran saya sendiri,biasakan follow sebelum membaca ** seb...