ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔

By Dita_sr

1M 101K 5.3K

Hwang Hyunjin adalah lulusan dari universitas Oxford jurusan kedokteran. Dengan usia yang masih muda, dia sek... More

Cast
PROLOG
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
81
82
83
84
85
EPILOG
cast
Promosi ⚠️

80

9.3K 881 57
By Dita_sr

Karena sudah sore, hujannya juga tambah deras. Hyunjin dan Aeri memilih pulang.

"Kak," ucap Aeri.

"Hm?" balas Hyunjin sedikit melirik Aeri di sebelahnya. Ia sedang fokus mengemudi.

"Eum, beli barang-barang yang lain lanjutin besok aja deh," jawab Aeri melihat cuaca sedang hujan membuatnya malas untuk pergi kemana-mana.

"Ya sudah, terserah kamu. Aku ikut aja," balas Hyunjin. "Berarti kita pulang?"

Aeri mengangguk. "Aku ngantuk."

Beberapa menit berlalu. Akhirnya, Aeri dan Hyunjin tiba di rumah.

"Mau mampir dulu nggak?" tanya Aeri melepaskan sabuk pengaman.

Hyunjin menggeleng. "Kapan-kapan aja. Aku mau kamu istirahat. Ganti baju, ya, setelah di kamar. Baju kamu basah, takutnya sakit," ujarnya dengan mengelus surai hitam Aeri.

"Siap captain!" balas Aeri semangat dengan gerakan tangan hormat.

Hyunjin tersenyum lebar dengan menggeleng kepala saat melihat tingkah kekasihnya ini. "Aku antar ke dalamnya?" tanya Hyunjin.

"Ehh, nggak usah. Aku minjam payung kakak aja," tolak Aeri, ia tak ingin merepotkan Hyunjin.

Hyunjin menghela napas pelan. "Ya sudah, pelan-pelan jalannya licin nanti kamu jatuh," pesannya dan mengambilkan payung yang berada di kursi belakang untuk Aeri.

"Iyaa kak, sudah, ya, aku keluar nih," balas Aeri dan ingin keluar namun, Hyunjin menahannya.

"Hm?" tanya Aeri heran.

Hyunjin tersenyum dan setelahnya mencium kening Aeri. "Good night, baby," ucapnya dengan senyuman manisnya.

Aeri mengerjapkan matanya terkejut, bahkan jantungnya berdetak kencang. Karena Aeri tidak ingin Hyunjin mengetahui suara detak jantungnya, segera Aeri keluar mobil Hyunjin.

"Ka-kakak juga, aku keluar, ya. Hati-hati bawa mobilnya," balas Aeri berusaha untuk tidak gugup.

Hyunjin mengangguk dan menatap kepergian Aeri yang semakin melangkah masuk ke dalam perkarangan rumahnya.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Pagi hari, suara kicauan burung membangunkan tidur panjang Aeri.

Aeri bangun dari tidurnya dan mengubah posisinya menjadi terduduk.

Hari ini hari libur dan sekarang adalah jadwalnya membeli barang-barang untuk pernikahan mereka.

Aeri turun dari kasurnya menuju kamar mandi, ia sudah tidak sabar untuk pergi bersama Hyunjin lagi.

Beberapa menit berlalu. Aeri sudah siap dan karena tidak ada kabar dari Hyunjin. Aeri mendatangi rumah pria itu. Kata pembantu keluarga Hwang saat mengangkat telpon dari Aeri, keluarga Hwang Hyunjin sedang pergi ke California tadi malam, kecuali Hyunjin. Pria itu tidak ikut.

Aeri tiba di kediaman rumah keluarga Hwang. Pelayan keluarga Hwang yang sudah mengenal Aeri mempersilahkan Aeri untuk ke lantai dua di mana kamar Hyunjin berada.

Tok...tok...tok...

Diketuknya pintu kamar Hyunjin, namun dari dalam tidak ada respons sama sekali. Aeri ketuk kembali pintu kamar Hyunjin namun, tetap tidak ada respons. Karena penasaran dan sedikit khawatir, Aeri takut terjadi sesuatu pada Hyunjin. Aeri langsung membuka pintu kamar Hyunjin tanpa izin.

Clek!

Pintu kamar Hyunjin di buka dan saat Aeri masuk, lampu kamar mati hanya lampu tidurnya saja yang menyala, tirai jendela juga masih tertutup.

Aeri menghela napas pelan, Hyunjin masih terlelap tidur.

Aeri yang kesal melangkah mendekati kasur Hyunjin dan menggoyangkan tubuh pria itu. "Kak Hyunjin!" panggil Aeri namun, lagi tidak di respons. "Ish! Kak Hyunjin bangun!" kesal Aeri, karena tetap tidak mendapat respons.

Aeri membuka selimut yang menutupi wajah pria itu dan seketika mengerjap.  "Kak Hyunjin kenapa?!" panik Aeri saat melihat wajah pria itu yang pucat dan pelipisnya mengeluarkan banyak keringat.

Hyunjin yang mendengar suara Aeri samar-samar, membuka matanya perlahan dan menatap Aeri dengan mata sayu.

Aeri yang panik menyentuh kening Hyunjin dan seketika menghela napas. Kekasihnya sedang demam.

"Kakak panas badannya. Aku ambil kompresan dulu," ucap Aeri yang ingin bangun dari duduknya namun....

Bruk!

Aeri melebarkan matanya, Hyunjin menarik dirinya dan tubuhnya terjatuh tepat di atas tubuh pria itu.

"Ka-kak Hyun-jin...." ucap Aeri terbata-bata, ia terkejut bukan main.

Hyunjin tidak merespons. Pria itu malah mengubah posisi Aeri menjadi di sampingnya dan memeluk pinggang Aeri posesif. Hyunjin juga meletakan kepalanya diantara ceruk leher Aeri.

"Nggak usah, aku butuh kamu. Obat aku cuma kamu," gumam Hyunjin serak.

Aeri menahan napasnya, ia gugup setengah mati. Bagaimana tidak gugup, napas hangat Hyunjin mengenai leher jenjangnya.

"Kak, a-aku geli," ucap Aeri ragu, ia takut Hyunjin marah.

Hyunjin mendongakkan kepalanya ke atas di mana posisinya lebih rendah dari Aeri. Ia menatap Aeri lekat. "Geli kenapa, hm?" tanya Hyunjin yang sebenarnya tau maksud dari gadis itu.

"Eum...napas ka-kak...," ucap Aeri mengalihkan tatapannya ke arah lain. Entah kenapa ia tidak berani menatap Hyunjin yang terlihat err tampan walaupun masih dalam keadaan berantakan.

"Liat aku," seru Hyunjin.

Aeri tetap masih pada pendiriannya. Ia tidak mau menatap Hyunjin.

Hyunjin yang kesal menolehkan wajah Aeri ke arahnya dan mencubit pelan hidung Aeri, membuat gadis itu mendengkus.

"Ish! Sakit kak," balas Aeri kesal.

"Makanya lihat aku," ucap Hyunjin.

Aeri menghela napas dan menatap mata Hyunjin dengan lekat. "Apa?" tanya Aeri

Hyunjin tersenyum tipis. "Cantik," gumam Hyunjin dan kembali memeluk Aeri bahkan mengeratkan pelukannya.

"Ihh! Gombal aja. Lagi sakit juga," decak Aeri.

"Aku serius sayang. Aku beruntung dapat perempuan kaya kamu," balas Hyunjin membuat Aeri terdiam. Keadaan menjadi serius. "Aku kira semua perempuan sama, hanya melihat orang dari tampangnya saja. Tetapi kamu beda. Saat pertama kali aku ketemu kamu, kamu ketus banget dan itu buat aku tertarik untuk mengenal kamu," lanjut Hyunjin bercerita.

"Sejak kapan kakak tertarik sama aku?" tanya Aeri penasaran.

Hyunjin mengalihkan pandangannya ke arah lain, ia berpikir sejenak. "Sejak kamu kecelakaan dan aku yang tangani kamu," jawabnya lembut. "Awalnya aku biasa aja tapi, setelah beberapa hari aku merawat kamu. Aku merasa kamu beda dari perempuan lainnya," lanjutnya.

"Bedanya?" tanya Aeri semakin penasaran.

Hyunjin tersenyum dan mengubah posisinya, ia menarik pinggang Aeri ke bawah dan meletakan kepala Aeri di dekapan dada bidangnya. "Bedanya? Kamu itu nggak jaim, apa adanya dan polos," jawab Hyunjin dengan mengusap kepala Aeri lembut.

Aeri senang, ternyata Hyunjin sangat menyukainya.

"Kak, badan kakak hangat. Aku ambilkan makan dan obat, ya, supaya panasnya turun," ucap Aeri yang khawatir pada kekasihnya ini dan ingin melepaskan pelukan Hyunjin.

"Nggak, nanti aja. Kakak masih mau seperti ini," balas Hyunjin mengeratkan pelukannya.

Aeri menghela napas. "Ya sudah terserah."

Sepuluh menit berlalu. Posisi mereka masih berpelukan dengan Aeri yang tiba-tiba tertidur pulas, sedangkan Hyunjin tidak tidur. Ia menatap Aeri lekat, Hyunjin sangat senang saat melihat Aeri yang tertidur dengan wajah polosnya. "Aku cinta kamu, sangat," gumam Hyunjin pelan dengan menelusuri lekuk wajah Aeri. Mulai dari kening, kedua alis, kelopak mata, hidung, kedua pipinya dan terakhir bibir ranumnya.

Hyunjin menatap bibir mungil Aeri. Ia mendekatkan wajahnya ke bibir Aeri dan saat ingin menciumnya, Aeri merubah posisinya, ia menelusuk lebih dalam ke dalam dekapan Hyunjin.

Hyunjin mendengkus. Ia gagal mencium gadis kecilnya.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Vote, share and comments
Thanks

Continue Reading

You'll Also Like

3.9M 101K 21
Pernikahan kontrak dengan CEO sudah biasa, tapi bagaimana kalau pernikahan kontrak di lakukan oleh Tentara dan Dokter? Hazel Pratiscia telah ditipu o...
92.6K 9.2K 37
FIKSI
25.7K 1.2K 56
(END) ..... Aku tidak tau apa-apa tentang laki-laki itu, yang aku tau dia seseorang yang sangat ayah percayai, dia yang selalu ayah puji, dan dia yan...
15.3M 1M 60
Dijodohkan dengan duda anak satu adalah hal yang jauh dari ekspetasi Rania. Dengan paksaan orang tua, dia harus menerima perjodohan ini dengan pria k...