Suzy keluar kamar Aeri. Menyisahkan Felix bersama Aeri.
"Sudah makan?" tanya Felix lembut.
"Hmm, sudah kak," jawab Aeri.
Felix mengangguk dan keadaan menjadi hening. Aeri sibuk dengan ponselnya, sedangkan Felix menatap Aeri lekat
"Dek," panggil Felix tiba-tiba.
Aeri menoleh. "Iya?"
"Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Felix membuat Aeri menaikan alisnya.
"Aku, nggak apa-apa, kak," balas Aeri bingung.
"Maafkan, kakak, ya," ucap Felix menunduk.
Mata Aeri mengerjap. "Maaf kenapa?" tanyanya tidak mengerti.
Felix menghela napas. "Gara-gara kakak, kamu jadi kembali sakit hati," jawabnya menatap Aeri sendu.
Kini Aeri yang menghela napas. "Bukan salah kakak kok. Semua itu sudah takdir. Mungkin Allah mau yang terbaik buat Aeri," balasnya dengan senyuman terpaksa.
Felix mengelus surai hitam Aeri. "Jangan nangis lagi. Makak nggak suka," ucapnya.
"Iya kak. Lagi juga ngapain nangis karena dia," balas Aeri yang sebenarnya di lubuk hatinya paling dalam belum bisa menerima apa yang terjadi.
"Yang, ayah kamu ngapain sih ajak kita ketemuan. Tumben banget?" tanya Suzy pasa Minho yang sedang mengemudi menuju ke suatu tempat.
"Nggak tau aku," balas Minho.
Suzy mendengus. "Kok nggak tau, biasanya kamu tau," ucapnya heran.
Minho melirik Suzy sekilas. "Iya, tumben ayah ajak pertemuan tapi, nggak kasih tau maksud pertemuannya apa," ucap Minho yang juga heran.
Tibalah Suzy dan Minho di kediaman rumah orang tua Minho. Mereka langsung masuk.
"Ayah, Minho datang," ucap Minho semangat saat memasuki ruang keluarga.
"Kamu itu ya, kebiasaan. Selalu buat ayah kaget. Untung jantung ayah masih sehat," kesalnya pria paruh baya yang rambutnya sudah berubah memutih.
Minho tersenyum dengan menampilkan gigi putihnya, sedangkan Suzy mencubit pinggang sang suami pelan.
"Maaf yah, Minho emang begitu," sambung Suzy merasa tidak enak.
Ayah Minho mengangguk mengerti, biar gimanapun gen nya menuruni pada sang putra.
"Ada apa, ayah panggil kita?" tanya Minho yang langsung duduk di hadapan ayahnya bersama dengan Suzy.
"Begini, besok bisa kamu datang ke acara penting ayah?" ucapnya serius.
"Acara penting?"
"Hmm, acara penting. Semuanya harus ikut termasuk cucu kakek yang cantik, Aeri," balasnya.
Suzy dan Minho saling tatap sejenak. "Maaf, yah. Tapi, Aeri lagi sakit," ucap Suzy yang langsung membuat raut wajah sang ayah Minho berubah.
"Sakit apa? Parah nggak? Di rumah sakit mana? Ayah mau ketemu?" tanyanya khawatir.
Minho dan Suzy menghela napas, ayahnya Minho selalu seperti itu. Ia akan terlalu khawatir kalau cucu tersayangnya, Aeri jatuh sakit atau terjadi sesuatu.
"Sudah baikan kok yah. Nanti sore sudah boleh pulang," jawab Minho menenangkan.
"Iya yah, kalau Aeri sudah terlihat sehat mungkin akan kami ajak," sambung Suzy.
Sang ayah menghela napas pelan. "Tapi, jangan di paksakan. Ayah tidak mau Aeri sakit lagi," ucapnya.
"Iyaa, ayah," ucap Suzy dan Minho bersamaan.
Mereka mulai berbincang-bincang perihal maksud ayahnya Minho memintanya untuk datang ke acara penting itu.
ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ
Dua hari berlalu, hubungan Hyunjin dan Aeri semakin renggang. Bahkan Hyunjin susah sekali untuk menemui Aeri. Banyak alasan yang di ucapkan satpam rumah Aeri saat ia mengunjunginya.
"Maaf mas, nona Aeri sedang tidak ada di rumah."
"Maaf mas, nona Aeri sedang tidur."
"Maaf mas, nona Aeri lagi keluar sama temannya."
Selalu banyak alasan dan saat Hyunjin menunggu. Apakah benar yang di ucapkan satpam? Jawabannya bohong. Aeri selalu ada di rumah.
Pernah suatu saat ia menunggu kepulangan Aeri karena kata satpam, Aeri sedang berada diluar. Menunggu hampir dua jam dan beberapa saat kemudian, lampu kamar Aeri mati.
Di saat itu juga Hyunjin hanya bisa menghela napas. Ternyata gadis itu selama ini ada di rumah, hanya saja dia tidak ingin bertemu dengannya.
Hyunjin sang at hafal keseharian Aeri. Gadis itu akan tertidur jika lampu kamar dimatikan.
ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ
Acara pertemuan kembali di laksanakan. Riana dan sang suami sudah siap dengan pakaian formalnya, begitupun Carel yang terpaksa juga harus ikut.
"Hyunjin, ayoo," ajak Riana dengan membuka pintu kamar sang putra.
Hyunjin yang sedari tadi duduk di pinggir kasur menghela napas. "Bun, Hyunjin nggak mau perjodohan itu! Hyunjin cinta sama Aeri," ucapnya tegas. Sejujurnya, Hyunjin sangat membenci perjodohan.
"Pokoknya bunda nggak suka penolakan. Kamu harus nurut sama bunda!" balas Riana lebih tegas.
Hyunjin menghela napas kasar dan mengusap wajahnya. "Bunda, aku sudah menyakiti Aeri. Please, kali ini aja, aku menolak permintaan bunda sama ayah," ucapny kali ini dengan tatapan memohon.
Minhyun yang mendengar perdebatan sang istri dengan anaknya memilih ikut campur. "Hyunjin, menurut sama kami!" ucapnya dengan tatapan tajam.
Carel yang juga sedang berada di sana tidak bisa bertidak. Ia ingin sekali membela Hyunjin, tapi dirinya tidak bisa karena tak ingin menjadi anak yang durhaka.
Hyunjin menghela napas kasar. "Hyunjin sudah menuruti kemauan kalian yang menjadi seorang dokter tapi, untuk urusan perasaan biarkan Hyunjin yang memilih. Please," ucapnya kembali memohon.
Mihyun dan Riana menggeleng. "Kami lakukan semua itu untuk kebaikan kamu. Jadi menurut saja," balas Minhyun dingin dan keluar kamar Hyunjin.
"Ayoo, mereka sudah menunggu kita," lanjut Riana.
Carel menepuk bahu Hyunjin. "Sorry, gue nggak bisa bantu kalau untuk urusan satu ini," ucapnya dan ikut keluar kamar.
Hyunjin mengerang frustasi. "Sial! Kenapa harus perjodohan sih!" Kesalnya.
ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ
Tibalah mereka di sebuah restoran mewah. Hyunjin dan Carel melangkah masuk restoran, berjalan di belakang Riana dan Minhyun. Raut wajah Hyunjin terlihat dingin. Pria itu seperti tidak ada semangat untuk ikut ke acara pertemuan malam ini.
"Hyunjin, kamu harus senyum nanti saat ketemu teman ayah kamu," ucap Riana sedikit menoleh ke belakang.
"Hmm," balas Hyunjin singkat.
Carel menepuk bahu Hyunjin, membuat Hyunjin menoleh ke arahnya. "Bunda sama ayah mungkin mau yang terbaik buat lo," ucapnya pelan
Hyunjin mendesis. "Tapi nggak gini juga. Gue cinta sama Aeri, bang," balasnya berbisik.
Carel diam, dirinya sebenarnya juga mendukung hubungan Aeri dengan adiknya. Terlebih Aeri yang masih polos dan mau menerima kekurangan adiknya ini itu.
ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ
Vote, share and comments
Thanks