"Baby please."
Mendadak Hyunjin terdiam dengan tubuh yang membeku mendengar ucapan Aeri. Ia membuka matanya lebar dan menjauhkan tangannya dari telinganya. Hyunjin menatap Aeri dengan tidak percaya saat mendengar kata-kata itu terucap dari bibir Aeri.
Aeri tersenyum tipis. "Yes!" serunya dalam hati saat berhasil menarik perhatian Hyunjin
"Tadi kamu ngomong apa?" tanya Hyunjin memastikan.
Aeri mengerjap lucu. "Ngomong apa emangnya?" tanyanya balik yang berpura-pura tidak tahu sambil cengengesan.
"Ulangi," suruh Hyunjin lagi.
Aeri menggelengkan kepalanya. "Nggak mau, wle...." balasnya dengan menjulurkan lidahnya.
"Ulangin nggak?" kata Hyunjin yang maksa.
"Kok maksa sih? Mintanya baik-baik dong," balas Aeri.
Hyunjin menangkup sisi wajah Aeri dan menggerakkannya ke kanan-kiri. "Sayangku, pacarku, punyaku, please ulangi lagi yang tadi kamu omongin," ucapnya lembut.
Melihat sisi Hyunjin yang seperti ini, entah kenapa membuat Aeri senang. "Baby please...aku mau makan ice cream lagi. Jadi di bolehin, ya," ucap Aeri kembali dengan puppy eyes nya.
Sebenarnya jika bukan karena ice cream, Aeri tidak mau seperti ini. Tapi, siapa coba yang mau menolak ice cream.
Hyunjin menghela napas, akhirnya ia terpaksa mengalah. Hyunjin tidak tega melihat raut wajah memelas Aeri, terlebih perilakunya yang mengemaskan.
"Ya sudah, sekarang habiskan itu ice cream, nanti pesan lagi," ucap Hyunjin pasrah.
Aeri sangat senang. "Yes, makasih...." jedanya dan tersenyum. "Sayang," lanjutnya.
Hyunjin yang gemas, mengusak surai hitam Aeri. "Hmm, tapi itu yang terakhir," ucapnya tegas.
"Iyaa," balas Aeri.
"Setelah makan ice cream, aku mau ajakin kamu ke sesuatu tempat lagi," ucap Hyunjin semangat.
"Tempat? Apaan? Dimana?" tanya Aeri bertubi-tubi.
"Penasaran kan? Makanya cepat habisin itu ice cream."
Aeri memberikan gerakan hormat. "yes, captain!" serunya semangat kemudian, serius menghabiskan ice cream di tangannya.
ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ
"Ayoo keluar," ajak Hyunjin saat mereka tiba di suatu tempat setelah keluar dari penjual ice cream.
"Aku, habis makan ice cream loh. Nggak mau ah nanti kalau kalap gimana? Badan aku gemuk gimana?" tanya Aeri dengan tatapan memelas.
Hyunjin membawa Aeri ke festival street food namun, karena Aeri sudah makan ice cream banyak tadi jadi dia menolaknya.
Hyunjin menggelengkan kepalanya.
"Nggak apa-apa kalau kamu gemuk, malah lucu. Biar aku sering cubit pipi kamu," balas Hyunjin dengan tertawa.
Aeri mendengus. "Nggak mau ah!"
"Yakin, makanan di sini enak-enak loh," seru Hyunjin dengan menaik turunkan alisnya.
Aeri jadi bimbang, sebenarnya ia masih mau makan. Tapi, tadi di kedai ice cream Aeri sudah banyak makan dan itu susu semua.
"Ayo, nggak akan gemuk kok," rayu Hyunjin.
Aeri menghela nafas panjang.
"Ya sudah, tapi dikit aja belinya," jawab Aeri pasrah.
Hyunjin tersenyum dan mengusak surai hitam Aeri. "Iyaa."
Hyunjin dan Aeri akhirnya keluar mobil. Mereka tidak langsung beli makanan karena Aeri yang meminta untuk lihat-lihat terlebih dahulu.
Setelah lima belas menit mereka berkeliling, akhirnya mereka menemukan satu stand makanan yang menarik perhatian Aeri dan Hyunjin.
"Kamu duduk di situ aja. Biar aku yang beli," seru Hyunjin yang tak tega melihat Aeri yang sudah berkeringat. Terlebih, ia khawatir dengan kaki Aeri.
"Nggak apa-apa ?" tanya Aeri.
"Iyaa, sayang," jawab Hyunjin.
"Ya sudah, jangan terlalu pedas punya aku," pinta Aeri.
"Siap princess," balas Hyunjin dengan senyuman.
Aeri melangkah menuju tempat duduk yang di tunjukan Hyunjin, sedangkan Hyunjin pergi menuju stand makanan.
"Bu, beef BBQ nya dua yang satu pedas satu lagi jangan," pesan Hyunjin pada penjual.
"Baik anak muda," balas sang penjual dengan senyuman.
"Ehh, tampan banget. Kenalan yuk!" bisik-bisik dari arah belakang Hyunjin.
"Iyaa, ayoo. Kalau gue jadi pacarnya, bakal bahagia seumur hidup."
Hyunjin yang mendengar percakapan itu hanya bisa mendesis.
"Ekhmm!" Dehem beberapa wanita.
Hyunjin menoleh dan menatap mereka dingin.
"Boleh kenalan?" tanya salah satu cewek dengan malu-malu dan menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya.
Hyunjin tidak merespon, ia memilih kembali fokus pada penjualan.
Para cewek itu cemberut. "Coba lo aja," bisik cewek lainnya.
"Sendirian?" tanyanya.
"Nggak," balas Hyunjin dingin tanpa menatap mereka.
"Ohh, sama ibu nya ya?" tanya mereka lagi.
Hyunjin mendengus. "Pacar," balasnya ketus.
Mereka sedikit terkejut namun, karena mereka melihat Hyunjin sendiri mereka tidak percaya.
"Mana pacarnya? Kita nggak lihat?"
Hyunjin menghela nafas kasar, dan untungnya makanan pesanannya sudah jadi. Hyunjin memberikan dua lembar uang warna merah kepada penjualan setelahnya pergi
"Dek, kembaliannya!"
Hyunjin menghentikan langkahnya, ia menoleh kebelakang. "Ambil aja bu, saya punya banyak," ucap Hyunjin santai kemudian, melanjutkan langkahnya kembali untuk menuju tempat Aeri. Ia hanya ingin pergi dari para cewek centil yang mengajaknya kenalan.
Sedangkan si ibu stand makanan terbengong dengan menatap Hyunjin dan uang yang di tangannya.
Hyunjin tersenyum dengan memandangi makanan yang saat ini ia pegang.
Hyunjin jadi teringat beberapa jam yang lalu. Dengan susah payah, Hyunjin akhirnya bisa membujuk Aeri untuk makan. Meski Aeri terus menolaknya.
Tiba-tiba, sebuah senggolan tidak sengaja terasa di bahu Hyunjin membuat makanan yang berada di tangannya jatuh dan tertumpah ke lantai.
Hyunjin menatap makanan yang sudah jatuh itu dengan tatapan kosong kemudian, berubah menjadi pandangan yang tajam dibarengi dengan kepalan tangan dan rahang yang mengeras.
"Sorry, nggak sengaja." Suara cowok yang terdengar santai yang menjadi tersangka makanan Hyunjin terjatuh.
Hyunjin menghela napas kasar. Dia nggak tahu aja perjuangan Hyunjin untuk membeli makanan itu gimana.
"Eh! Lo sengaja ya?" Hyunjin mendorong bahu si cowok.
"Gue nggak sengaja."
Hyunjin menatap marah cowok di depannya yang merusak suasana hatinya, memundurkan langkahnya kebelakang. "Lihat apa yang lo lakuin?! Lo buat makanan gue jatuh," serunya menunjuk makanan miliknya yang berceceran di lantai. "Gara-gara lo bikin cewek gue jadi nunggu lama" lanjutnya mencengkram kerah kemeja cowok itu.
Namun wajah yang di tampilkan dari cowok itu tidak ada rasa bersalah sama sekali, membuat Hyunjin geram melihatnya.
Bugh!
Satu bogeman tepat mendarat di wajah cowok itu yang langsung tersungkur di keramik.
ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ
Aeri menatap intens Hyunjin dengan melipat kedua tangannya di depan dada.
Sementara Hyunjin, dia membuang tatapannya kesamping. Menghindari tatapan milik Aeri dengan punggung bersandar di sandaran kursi.
Cukup lama mereka berdua terdiam dengan posisi dan situasi seperti itu. Hingga helaan napa panjangs Aeri membuat Hyunjin melirik gadis itu dari sudut matanya.
"Mau diam terus atau mau jelasin?" tanya Aeri datar dan dingin.
Diam. Hyunjin memilih diam. Ia tidak menjawab ataupun membalas tatapan Aeri.
Mendengar nada bicara Aeri yang datar tanpa nada membuat hati Hyunjin meringis. Hyunjin jadi takut melihat ekspresi Aeri saat ini.
"Ya sudah diem aja terus!" ketus Aeri. Ia bangun dari kursi dan berjalan untuk menghampiri korban dari bogeman milik Hyunjin beberapa saat yang lalu.
Hyunjin segera memalingkan tatapannya begitu melihat kepergian Aeri. Ia menatap punggung Aeri yang pergi darinya dengan pandangan tidak rela. Sedetik kemudian, tergantikan dengan pandangan tidak suka.
Kenapa Aeri jadi cewek nggak peka? Hyunjin kan lagi ngambek. Seharusnya di perhatikan bukan cowok penyebab jatuh makanan milik yang diperhatikan.
"Masih sakit?" tanya Aeri. Ia meringis melihat memar di pipi cowok itu. Terlihat membiru.
"Ma-masih," jawabnya.
"Oh, nama lo siapa?" tanya Aeri basa-basi.
"Kevin."
"Salam kenal, Kevin. Gue, Aeri." balasnya dengan senyuman tipis, membuat Kevin terdiam dan itu menjadi pemandangan yang memuakkan bagi Hyunjin.
"Gue minta maaf ya mewakili cowok yang di sana," ucap Aeri menunjuk ke keberadaan Hyunjin. "Maaf atas sikapnya yang kekanak-kanakan" lanjut Aeri melirik Hyunjin.
Kevin mengangguk. "Iya, gue maafin. Salah gue juga nggak lihat jadinya makanan punyanya tumpah."
Tiba-tiba suara Hyunjin terdengar menyahut perkataan Kevin.
"Emang salah lo!" serunya terdengar ketus.
"Biar gue bantuin obatin luka lo ya, Kevin" ucap Aeri tiba-tiba.
Kevin melirik ke belakang punggung Aeri. Disana ada Hyunjin tengah menatapnya tajam lalu, menggelengkan kepalanya seperti memberi isyarat kepada Kevin untuk tidak menerima tawaran Aeri.
Kevin dilema. Antara menolak tawaran Aeri yang memberikan tatapan memohon untuk diterima atau menuruti ancaman Hyunjin yang memberikannya tatapan intimidasi nya.
"Biarkan dia sendiri aja yang ngobati, Aeri!" seru Hyunjin tidak suka.
Aeri memalingkan wajahnya kebelakang dan menatap Hyunjin sengit. "kalau gitu kamu aja yang obati Kevin."
"Nggak mau. Kenapa harus aku?" balas Hyunjin cemberut.
ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ
Vote, share and comments
Thanks