ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔

By Dita_sr

1M 100K 5.3K

Hwang Hyunjin adalah lulusan dari universitas Oxford jurusan kedokteran. Dengan usia yang masih muda, dia sek... More

Cast
PROLOG
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
EPILOG
cast
Promosi ⚠️

47

10.8K 1.1K 54
By Dita_sr


Clek!

Pintu ruangan Hyunjin terbuka. Tatapan Hyunjin dan Kyra langsung tertuju pada pintu.

"Hai, Felix," sapa Kyra dengan senyuman.

"Hmm," balas Felix singkat dan kini menatap Hyunjin dan Kyra dingin.

"Ra, lo bisa keluar sebentar. Ada yang mau gue bicarakan sama Hyunjin," pinta Felix serius.

Kyra menaikan alisnya kemudian, melirik Hyunjin. "Okedeh," balasnya dan keluar ruangan.

Menatap Kyra yang sudah menjauh dan pintu ruangan tertutup. Raut wajah Felix berubah dingin. Pria itu duduk di sofa. "Lo serius sama adik gue?" tanya Felix tiba-tiba dengan tatapan tajam.

Hyunjin terdiam, ia malu jika harus langsung berterus terang dengan Felix.

"...iya," balas Hyunjin pelan.

"Iya, apaan?" tanya Felix tidak sabaran.

Hyunjin mendengus. "Iya, gue...serius sama adik lo," balasnya jujur.

Felix menghela napas panjang. "Kalau lo serius jangan pernah buat Aeri menangis lagi!"

Kening Hyunjin mengkerut. "Kemarin dia habis nangis." Hyunjin langsung terdiam. Ia baru tahu tentang itu. "Gue harap lo jangan sampai menyakiti perasaan Aeri untuk ketiga kalinya," lanjut Felix dengan penekanan.

"Tiga kali ?" tanya Hyunjin dengan menaikan alisnya.

"Iya! Pertama dia kehilangan Danish, sahabatnya. Kedua, Jeno yang nggak peka bahkan buat hati Aeri sakit dan terakhir lo. Kalau lo buat Aeri sakit, gue nggak akan mengizinkan lo untuk ketemu Aeri lagi," ancam Felix.

Hyunjin menghela napas. "Aeri dimana sekarang?" tanyanya.

"Ruangan gue, dia sakit. Badannya demam. Lo tahu kan, kalau Aeri habis menangis pasti setelahnya langsung demam," jawab Felix datar.

Hyunjin jadi merasa bersalah. "Gue mau ketemu Aeri," pamitnya dan keluar ruangan. Meninggalkan Felix begitu saja.

"Awas aja kalau lo sakiti adik gue," gumam Felix mengancam.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Aeri meringkuk kan tubuhnya di atas kasur dengan menghadap ke sisi kiri. Badannya yang demam membuatnya menggigil. Keringat dingin juga keluar dari pelipis Aeri. Wajahnya terlihat sangat pucat.

Clek!

Pintu ruangan Felix terbuka. Hyunjin masuk ke ruangan dan melangkah menuju kamar tidur.

Saat tiba di ambang pintu, Hyunjin melihat Aeri tertidur dengan gelisah. Bahkan bibirnya bergetar karena menggigil.

Hyunjin menatap lekat Aeri. Ia duduk di pinggir kasur. Di hapus nya keringat Aeri yang keluar di pelipisnya.

"Maaf," gumam Hyunjin lirih dengan mengelus kening Aeri dan sedikit memijitnya.

Aeri yang merasakan keningnya di sentuh, membuka mata perlahan. Gadis itu terlihat lemah namun, tidak mengurangi kecantikannya.

Hyunjin tersenyum tipis, padahal Aeri sedang sakit. Tetapi, masih saja membuat Hyunjin gemas.

Aeri menatap Hyunjin dalam diam dan setelahnya membelakanginya. "Pergi, aku mau sendiri," usir nya langsung.

Hyunjin menghela napas pelan  "sudah minum obat?" tanyanya cemas.

Aeri tidak merespon.

Tidak suka diabaikan, Hyunjin membalikan tubuh Aeri agar bisa berhadapan dengannya.

"Ish!" Kesal Aeri. "Kamu mau apasih?! Pergi sana!" usir Aeri lagi.

"Minum obat dulu" ucap Hyunjin tegas.

Aeri memutar bola mata malas. "Aku sudah minum obat tadi sama kak Felix!" serunya dengan nada sedikit tinggi.

"Kapan?" tanya Hyunjin lagi.

"Bawel banget sih!" kesal Aeri dan kembali pada posisi semula. Namun, Hyunjin tidak akan membiarkannya.

Tangan kekar Hyunjin langsung menggendong Aeri ala bridal style.

"Eh-ehh!" terkejut Aeri, saat tiba-tiba Hyunjin menggendongnya. "Turunin aku ih!" lanjutnya marah dengan memukul bahu Hyunjin.

"Kalau nggak mau gimana?" tanya Hyunjin sambil menaikan alisnya dan berjalan menuju sofa.

Aeri berdecak. "Mau kamu apa sih ?!" tanyanya kesal.

Hyunjin tidak menjawab. Pria itu menurunkan Aeri perlahan dan berjongkok di depannya dengan menatap Aeri lekat.

"Saya tahu kamu belum makan, sekarang makan, ya," ucap Hyunjin begitu lembut. Sangat berbeda sekali dari biasanya.

Aeri menatap Hyunjin datar. "Ga—"

"Saya tidak suka penolakan," seru Hyunjin tegas.

Aeri mendengus. "Terserah aku dong mau makan atau nggak! Kenapa jadi kakak yang ribet sih?!" kesalnya.

Hyunjin menghela napas. "Saya peduli, Aeri. Kamu lagi demam. Tadi istirahat sekolah juga kamu nggak makan kan?"

Mata Aeri mengerjap. "Kok tahu?"

Hyunjin tersenyum tipis dengan mengusap kening Aeri yang sedikit keluar keringat. "Tau aja. Sekarang makan, ya. Kalau tidak mau..."

"Kenapa kalau aku nggak makan?" tanya Aeri penasaran dengan nada lucu.

Hyunjin tersenyum miring dan mendekatkan bibirnya pada telinga Aeri. "Dapat hukuman," lanjut Hyunjin dengan suara beratnya.

Aeri mematung di tempat dan mengerjapkan mata mendengar ucapan pria dihadapanannya.

"Ish! Apasih! Hukuman apa? Memangnya kamu siapa aku?! Pacar bukan!" balas Aeri kesal.

Mendengar balasan Aeri. Senyum miring tercetak di bibir Hyunjin.

"Kalau mau jadi pacar saya harus makan dan sembuh dari sakit," ucap Hyunjin lembut.

"Apa-apaan sih kak Hyunjin!" kesal Aeri sampai suaranya terdengar keluar ruangan.

Hyunjin tertawa kecil. "Kamu tunggu di sini. Saya mau belikan kamu makanan dulu. Ingat ya, jangan melawan," serunya dan keluar ruangan Felix.

Aeri mengerang kesal. "Kamu ngeselin kak!" Teriak Aeri sampai Hyunjin yang sudah berada diluar ruangan bisa mendengarnya.

"Lucu," gumam Hyunjin dalam hati.


ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ


Beberapa menit berlalu, Hyunjin telah kembali dengan kotak makan di tangannya.

Hyunjin membuka pintu ruangan Felix dan melihat Aeri yang tertidur dengan posisi terduduk. Tersenyum tipis, Hyunjin melangkah mendekati gadis itu dan duduk di sebelahnya.

Hyunjin kembali tersenyum saat Aeri terlihat seperti bayi saat tidur, sangat polos.

"Eunghh...." leguh Aeri, bergerak ke sisi Hyunjin dan tanpa sadar lengan Aeri melingkar pada lengan Hyunjin bahkan kepalanya bersandar pada bahu Hyunjin.

Hyunjin yang mendapat perlakuan dari Aeri, membeku di tempat dan membuat detak jantungnya berdetak kencang.

Aeri gelisah, saat dirasa tidurnya tidak nyaman, Hyunjin mengelus kening Aeri lembut agar tidurnya nyenyak.

Setengah jam berlalu, Aeri masih tertidur di bahu Hyunjin. Aeri yang sudah puas tertidur, membuka matanya perlahan dan ia menyadari posisi dirinya yang memeluk lengan Hyunjin.

Segera Aeri melepaskannya. "Ma-maaf, aku nggak sadar," ucap Aeri bangun dari duduknya dan ingin keluar ruangan Felix namun, lengannya di tahan oleh Hyunjin.

"Mau kemana?" tanya Hyunjin.

"Pulang," balas Aeri singkat dan ingin melepaskan tangan Hyunjin darinya namun, pria menarik lengan Aeri pelan agar kembali duduk.

Aeri mendengus, "Aku mau pu—"

"Makan dulu, habis makan baru pulang," Selak Hyunjin.

Aeri menghela napas kasar. "Kalau nggak mau!"

Tatapan Hyunjin berubah tajam. Aeri yang melihatnya sedikit takut. "Iya...iya! aku makan." Terpaksa Aeri, ia tidak mau dapat hukuman dari Hyunjin.

Hyunjin tersenyum tipis dan mulai membuka kotak makan yang ia bawa tadi. "Di makan, habiskan kalau bisa," ucap Hyunjin sambil memberikan garpu dan sendok ke tangan Aeri.

Aeri memutar bola mata malas, sebenarnya perutnya sedang mual. Tapi, karena dirinya tidak mau mendapatkan hukuman terpaksa Aeri makan.

Satu suapan masuk ke mulut Aeri dan saat itu juga, rasa mual nya kembali kambuh.

"Huek..." Aeri menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Hyunjin menoleh khawatir. "Kenapa?"

"Mual perut aku," jawab Aeri lemas.

"Mau ke toilet?" tanya Hyunjin.

Aeri mengangguk dan melangkah menuju toilet. Saat sudah tiba di toilet. Benar saja, Aeri memuntahkan makanannya yang baru saja ia makan.

Hyunjin khawatir, ia memijit belakang leher Aeri yang kembali memuntahkan isi perutnya.

"Keluarkan," ucap Hyunjin yang membantu Aeri memegang rambut panjang gadis itu.

Di rasa sudah tidak ingin muntah, Aeri keluar toilet di ikuti Hyunjin di belakangnya yang selalu memperhatikan gerak-gerik gadis itu.

"Ke IGD aja, ya," ucap Hyunjin cemas.

Aeri menggeleng kepala. "Aku, nggak apa-apa. Cuma butuh istirahat," balas Aeri lemah dan melangkah menuju sofa dibantu oleh Hyunjin.

"Tapi, wajah kamu pucat, Aeri," balas Hyunjin agak kesal dengan sikap keras kepala gadis itu.

"Aku—"

Bruk!



ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Vote, share and comments
Thanks

Continue Reading

You'll Also Like

224K 33.7K 61
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
292K 11.5K 55
𝐁𝐚𝐠𝐢 𝐀𝐲𝐧𝐚 𝐬𝐲𝐢𝐥𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐢𝐚𝐩 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 �...
439K 8.2K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
178K 14.6K 48
Kisah rumah tangga CEO Cho Corporation Group yang mempunyai sifat dingin, kejam serta tatapan intimidasi yang membunuh. Dengan seorang gadis biasa ya...