Aeri sudah masuk bus, ia melangkah menuju kursi belakang. Sedangkan Hyunjin, terdiam dan tidak bisa mengejar Aeri sampai masuk bus karena ia telat. Pintu bus keburu tertutup.
Aeri menatap Hyunjin dingin, setelahnya mengalihkan tatapannya ke arah lain.
Bus yang di tumpangi Aeri telah pergi dan Hyunjin masih menatap bus itu dan menghela napas. Gadis itu sangat berbeda hari ini.
ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ
Aeri tiba di rumah sakit dan sekarang sedang berjalan di koridor menuju ruangan Felix. Sebenarnya ia ingin langsung pulang ke rumah namun, Felix memintanya untuk datang ke rumah sakit.
Aeri membuka pintu ruangan Felix. Saat di dalam ia terdiam sejenak. Ada orang lain selain sang kakak. Dia, Seungmin. Aeri mengenalnya.
Bersikap cuek, Aeri langsung masuk tanpa menatap kedua pria yang sedang menatapnya dengan lekat.
Aeri melangkah menuju sofa dan duduk di sana, setelahnya memejamkan mata dengan lengan kirinya yang menutup sebagian matanya.
Felix dan Seungmin saling menatap, setelahnya Felix melangkah mendekati sang adik.
"Kenapa, hm?" tanya Felix yang duduk di sebelah Aeri dan mengelus surai hitam gadis itu lembut.
Aeri hanya menggelengkan kepalanya. Terlalu malas untuk menjawab.
Felix yang merasa khawatir langsung menyentuh kening Aeri. "Dek, kamu demam," ucapnya cemas.
"Aku, nggak apa-apa," ucap Aeri masih dengan mata terpejam.
Felix menghela napas. "Sudah makan?" tanyanya lembut.
"Hmm," jawab Aeri berbohong. Sejak dari pagi ia tidak ada nafsu makan.
"Ya sudah, minum obat ya," Perintah Felix.
Aeri menghela napas. "Hmm," terpaksa nya.
Felix bangun dari duduknya dan mengambil obat penurun demam yang berada di kotak obat. "Minum pelan-pelan" seru Felix dengan memberikan segelas air putih dan obat pada tangan Aeri.
Aeri menegakkan tubuhnya dan meminum obatnya dengan terpaksa.
"Sekarang kamu tidur aja di sini aja, ya. Kakak nggak mau kamu kenapa-kenapa kalau pulang sendiri," ucap Felix dengan menunjukkan ruangan kamar tidur yang memang di sediakan pihak rumah sakit jika Felix ada tugas tengah malam.
Aeri mengangguk dan berjalan lemah ke ruangan itu.
Beberapa menit berlalu. Aeri tertidur dengan nyenyak.
"Lix, kayanya Aeri lagi ada masalah deh," ucap Seungmin berbisik agar Aeri tidak mendengar percakapan mereka.
"Iya, gue mikirnya juga gitu," balas Felix menatap ruangan tidurnya yang pintunya tidak tertutup rapat.
"Oiya, gue dapat kabar dari bang Minho. Ahn Kyra kembali," ucap Seungmin tiba-tiba membuat Felix membulatkan matanya.
"Lo serius?!"
"Hmm, kemarin juga Kyra dateng ke rumah sakit ketemu Hyunjin," jawab Seungmin tenang.
Felix langsung mengepalkan kedua tangannya. Sepertinya ia tahu kenapa sikap Aeri berubah belakangan ini.
"Mau kemana lo?" tanya Seungmin saat Felix keluar ruangannya tiba-tiba.
"Hyunjin," jawab Felix. "Tolong jaga adik gue sebentar," lanjutnya.
Seungmin menatap punggung Felix yang keluar ruangan dengan heran. Ia berfikir sejenak namun, sedetik kemudian ia baru mengerti. Felix menemui Hyunjin karena ada kaitannya dengan Aeri.
ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ
Hyunjin tiba di ruangannya, saat membuka pintu ia melihat Kyra sudah terduduk manis di sofa.
Hyunjin menghela napas dan melangkah menuju sofa kemudian, duduk di sebelah wanita itu.
"Kenapa lo?" tanya Kyra heran saat melihat Hyunjin yang lesu.
Hyunjin hanya diam. "Cerita sama gue," ucap Kyra lagi yang sudah mengenal lama Hyunjin.
Hyunjin menatap Kyra. "Janji, jangan ngejek gue," serunya.
"Hmm, janji!" balas Kyra semangat.
Hyunjin menarik napasnya setelahnya menghembuskan perlahan. "Gue...." jedanya mengigit bibirnya, sedangkan Kyra mengangguk tidak sabaran. "Gue suka sama adiknya Felix," lanjut Hyunjin pelan.
Kyra membulatkan mata. "Serius?!" terkejutnya.
Hyunjin memutar bola mata malas, terkejutnya Kyra terlalu di lebihkan.
"Biasa aja kagetnya!" seru Hyunjin sambil menyentil kening Kyra pelan.
Kyra mendengus. "Adik sepupunya Felix, namanya siapa? Gue lupa?" tanyanya penasaran.
"Lee Aeri," jawab Hyunjin pelan.
"Nah! Iya yang cantik dan pemain basket itu!" sambung Kyra. "Selera lo tinggi juga, Jin," jahil Kyra membuat Hyunjin semakin jengkel. "Terus apa masalahnya. Tinggal nyatakan perasaan lo, langsung jadi bukan?" lanjutnya santai.
Hyunjin mendengus untuk kedua kalinya, bagi dia menyatakan perasaan ke seseorang itu tidak mudah.
"Masalahnya, waktu lo pulang...." jeda Hyunjin menatap Kyra serius. "Gue mendapatkan ungkapan perasaan dari dia."
Lagi-lagi Kyra terkejut. "Sumpah ya! Lo berdua saling cinta tapi, kenapa nggak langsung jadian!" ucapnya kesal.
"Nah, itu masalahnya. Gue nggak tahu gimana menyatakan perasaan ke dia," balas Hyunjin memelas.
Kyra menghela napas kasar. "Hyunjin, Hyunjin, lo itu nggak pernah berubah ya. Tetap aja kaku sama cewek. Padahal lo suka sama cewek itu," balasnya yang heran. "Lo tinggal bilang gue suka sama lo. Apa susahnya?" lanjut Kyra gemas.
Hyunjin mendesis. Tidak semudah itu. "Terus kenapa lo lesu gitu?" lanjut tanya Kyra.
"Kayanya diam marah sama gue," jawab Hyunjin.
Kening Kyra mengkerut. "Marah kenapa?"
"Eum, kejadian di rumah sakit...waktu gue nggak sengaja jatuh di atas tubuh lo, terus tiba-tiba pintu kebuka dan menampilkan seorang gadis..."
"Tunggu! Tunggu! Jangan bilang dia, Aeri?!" selak Kyra.
Hyunjin mengangguk pelan. "Hmm, dia, Aeri," jawabnya lesu.
Kyra langsung memukul kepala Hyunjin. "Kenapa lo nggak bilang bagong!" Hyunjin mendengus dan mengusap kepalanya yang di pukul Kyra. Agak menyakitkan. "Wajar dia marah sama lo. Bayangin, ya! Lo itu suka sama cewek terus cewek yang lo suka itu mesra sama cowok lain. Gimana perasaan lo?"
"Sakit," jawab Hyunjin polos.
Kyra menjentikkan jarinya. "Nah! Itu yang Aeri rasakan," serunya gemas sendiri.
"Terus gue harus gimana?" tanya Hyunjin memelas.
Kyra menghela napas panjang. "Ya, lo kejar dia Hwang Hyunjin!" kesalnya. "Lo kasih penjelasan supaya dia nggak salah paham dan terakhir nyatakan perasaan lo secara gentle. Laki bukan lo!" lanjutnya menggebu. Jujur, Kyra itu selalu gemas dengan sikap Hyunjin yang kaku. Terlebih saat bersama seorang perempuan.
ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ
Vote, share and comments
Thanks