ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ
"Mau makan apa?" tanya Hyunjin saat sudah berada di mobil dan keluar kawasan bandara.
"Apa aja deh tapi, jangan batu," jawab Aeri. Ia masih ingat candaan cowok itu beberapa waktu lalu.
Hyunjin tersenyum tipis. "Apa aja ya?" tanyanya lagi.
"Iya, terserah kakak aja," balas Aeri.
Hyunjin mengangguk dan mulai melajukan mobilnya sedikit cepat. Setelah sepuluh menit berlalu, Hyunjin menepikan mobilnya ke pinggir jalan.
"Makan di sini?" tanya Hyunjin pada sebuah kedai kecil.
Aeri mengangguk saja, ia akan makan apa saja asalkan makanannya enak.
Hyunjin dan Aeri keluar mobil, setelahnya masuk ke sebuah kedai kecil yang muat tidak lebih dari sepuluh orang.
"Selamat datang dokter Hyunjin," sapa seorang wanita paruh baya yang melihat kedatangan Hyunjin bersamaan seorang gadis.
Hyunjin tersenyum. "Dengan siapa ini? Cantik?" tanyanya saat melihat Aeri yang berdiri di belakang Hyunjin.
Hyunjin menoleh pada Aeri sekilas. "Teman," jawabnya singkat.
Paruh baya itu tersenyum. "Teman apa teman?" godanya.
"Ibu," seru Hyunjin.
Paruh baya itu tertawa kecil. "Ya sudah. Duduk di sini apa di sana?" tanyanya.
"Di sana aja, tempat kesukaan saya," jawab Hyunjin.
"Ya sudah. Mau pesan seperti biasa?" tanyanya wanita itu lagi.
"Iya, tapi jadi dua ya bu."
"Siap, dokter Hyunjin."
Hyunjin melangkah ke sebuah tempat dekat jendela, diikuti Aeri di belakangnya.
"Kakak sering ke sini?" tanya Aeri dengan melihat sekitar kedai. Terlihat sederhana namun, hangat akan kekeluargaan.
"Saya dari kecil sama keluarga sering ke sini," jawab Hyunjin.
"Ohh, pantas ibu itu kenal kakak," balas Aeri polos.
"Kamu ada alergi udang nggak?" tanya Hyunjin.
Aeri menggeleng kepala dan beberapa detik kemudian, makanan datang.
"Permisi, menu spesial untuk kalian berdua," ucap wanita paruh baya yang datang dengan nampan berisi dua mangkuk makanan.
"Terima kasih, bu," ucap Hyunjin dan Aeri bersamaan.
"Sama-sama, silahkan di nikmati," balasnya, meninggalkan Aeri dan Hyunjin untuk menikmati makanannya.
Aeri langsung menyantap makanan di depannya dengan lahap, sedangkan Hyunjin sesekali melirik Aeri yang asik dengan makanannya.
"Aduhh!" pekik Aeri saat kuah pedas terkena mata.
Aeri ingin mengucek matanya namun, Hyunjin langsung menahan lengan Aeri. "Jangan di kucek. Sini saya lihat," tahan Hyunjin dan sekarang menggengam tangan Aeri.
Aeri mengerjapkan mata. Matanya pedas namun, ada yang lebih membuatnya merasa gugup. Dimana dokter Hyunjin mendekatkan wajah padanya kemudian....
Hush!
Hyunjin memberikan tiupan pelan pada kedua mata Aeri. "Coba berkedip," perintah Hyunjin.
Aeri menurut. "Masih perih nggak?" tanya Hyunjin.
"Sedikit tapi, agak mendingan," jawab Aeri.
Hyunjin melepaskan genggaman tangannya dan menatap Aeri. "Makanya pelan-pelan, nggak usah buru-buru. Saya tunggu makannya," nasehat Hyunjin.
Aeri jadi malu. "Iya, iya," balasnya cemberut.
Hyunjin tersenyum tipis dan mengusak surai hitam Aeri gemas. Aeri yang dapat perlakuan dari pria itu kembali mengerjapkan mata.
"Lanjut makan," seru Hyunjin.
Aeri mengangguk pelan dan melanjutkan makannya, sesekali ia melirik Hyunjin. Ada apa dengan teman kakaknya akhir-akhir ini. Dia begitu perhatian padanya. Sangat berbeda sekali saat bertemu pertama kali.
"Iya tahu, saya tampan," gumam Hyunjin tanpa menatap Aeri. Pria itu menyadari kemana tatapan Aeri.
Uhuk....
Aeri buru-buru mengambil gelas di depan dan meminumnya karena tersedak mendengar ucapan Hyunjin.
Hyunjin hanya bisa tersenyum tipis.
"Ge'er!" seru Aeri, memecahkan kecanggungan. "Besok kakak pakai baju apa?" lanjut tanya Aeri.
Hyunjin menaikan alisnya. "Warna baju harus sama warnanya kaya punya aku ya kak," pinta Aeri dengan wajah memelas.
"Kenapa harus sama?" tanya Hyunjin.
"Eum...su-paya serasi aja," jawab Aeri pelan dengan menundukkan kepala.
Hyunjin menghela napas. "Hmm," balasnya membuat Aeri tersenyum.
ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ
Hari dimana acara pertunangan Jeno dengan Sihyeon diadakan.
"Sayang, kamu yakin mau datang?" tanya Suzy yang khawatir akan keadaan putrinya. Aeri tetap keras kepala ingin datang ke pertunangannya Lee Jeno.
"Aku yakin bun. Jeno sahabat aku dan hari ini adalah hari bahagianya. Aku juga harus ikut merayakannya bukan?" balas Aeri dengan senyuman.
Suzy mengelus surai hitam putrinya. "Tapi kamu akan sakit hati sayang," ucap Suzy lagi. Ia sangat menyayangi putrinya, tidak ada yang boleh membuat putrinya bersedih.
"Aku sudah mulai belajar untuk merelakannya, bun. Jadi aku yakin hati ini akan kuat," balas Aeri.
Suzy mengelus pipi putrinya. "Sama siapa kamu datang ke sana?" tanyanya.
"Kak Hyunjin," jawab Aeri dengan senyuman.
Suzy menaikan alisnya. "Dokter Hyunjin! Dia mau temani kamu?" hebohnya.
Aeri mengangguk cepat. "Bunda kenapa sih? Kaya kaget gitu?" tanya Aeri heran.
"Ng-nggak apa-apa, tapi bunda heran aja seorang dokter Hyunjin mau datang untuk temani gadis cengeng ke pesta," ucap Suzy jahil.
"Ish! Bunda nyebelin banget!" kesal Aeri.
Suzy tertawa. "Maaf deh. Terus ini baju kapan belinya?" tanyanya lagi dengan heran. "Perasaan bunda nggak pernah deh beliin baju kaya gini?" lanjutnya.
"Eum, kemarin aku belinya dan dress nya di pilihkan sama kak Hyunjin. Cantik, kan bun?" jawab Aeri semangat.
"Ha-hah?!" Terkejut Suzy untuk kedua kalinya. "Dok-dokter Hyunjin yang pilihkan kamu dress?!"
Aeri mendesis dengan respon lebay sang bunda. "Iya bunda, padahal ya baju yang aku pilih bagus dan terlihat simple, ya walaupun terbuka di bagian bahunya. Terus kata kak Hyunjin jangan, ya sudah aku ganti yang lain dan karena semua baju pilihan aku agak terbuka, jadi dia yang pilihkan baju ini," ucap Aeri menjelaskan.
Suzy tersenyum lebar. "Baguslah, ada penggantinya," gumamnya tanpa sadar.
"Hah? Pengganti?" tanya Aeri bingung dengan maksud ucapan Suzy.
Suzy menggeleng cepat. "Bukan apa-apa," balasnya dengan senyuman.
"Permisi nyonya, ada tamu di luar yang mencari nona Aeri," ucap pembantu rumahnya pada Suzy.
"Pasti kak Hyunjin!" seru Aeri senang
Suzy tertawa kecil. Putrinya terlihat bersemangat. "Suruh masuk aja bi. Nanti Aeri ke sana," balasnya.
Pembantu rumah meninggalkan Aeri dan Suzy.
"Sini, bunda lihat dulu," ucap Suzy dengan merapihkan makeup dan pakaian putrinya.
"Cantik," ucap Suzy. "Udah sana, kasihan kak Hyunjin menunggu kamu lama," lanjutnya.
"Ya sudah bun, aku pergi ya," pamit Aeri.
Aeri menuruni anak tangga menuju ruang tamu. Ia bisa melihat kehadiran pria itu disana.
"Kak, ayoo!" ajak Aeri yang sudah berdiri di depan Hyunjin.
Hyunjin mendongakkan kepala dan seketika terdiam dengan objek di depannya. "Cantik," ucapnya dalam hati.
"Kak Hyunjin, ayo!" ajak Aeri lagi, karena pria itu hanya terdiam saja.
"Aaa..i-iya ayo," balas Hyunjin yang tersadar dan langsung bangun dari duduknya.
"Yakin mau masuk?" tanya Hyunjin ragu saat tiba di gedung tempat pertunangan Jeno dengan Sihyeon. Ia yakin Aeri masih belum bisa menerima kenyataannya.
"Hmm, aku yakin kak," balas Aeri, walaupun ada keraguan.
Hyunjin keluar mobil di ikuti Aeri.
Saat sudah keluar mobil, Aeri diam sejenak menatap pintu masuk gedung.
Grep!
Aeri menoleh dan melihat tangannya yang di genggam oleh Hyunjin.
"Jangan di paksakan kalau nggak kuat," ucap Hyunjin menatap Aeri dengan lembut.
Aeri menarik napas dan menghembuskan perlahan. "Aku masih kuat," balasnya meyakinkan.
Hyunjin mengangguk dan mereka masuk ke dalam gedung dengan saling bergandengan tangan.
Vote, share and comments
Thanks