ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔

By Dita_sr

1M 100K 5.3K

Hwang Hyunjin adalah lulusan dari universitas Oxford jurusan kedokteran. Dengan usia yang masih muda, dia sek... More

Cast
PROLOG
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
EPILOG
cast
Promosi ⚠️

34

10.9K 1K 24
By Dita_sr

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ


Tibalah Aeri di rumah Felix. Hyunjin dapat chat dari Felix untuk membawa Aeri pulang ke rumahnya.

"Kak," panggil Aeri dengan menatap Hyunjin lekat.

"Hmm?"

"Mau nggak temani aku ke pertunangannya Jeno?" tanya Aeri lagi.

Hyunjin terdiam sejenak. "Kenapa harus saya?" tanyanya balik.

"Aku mau ajak kak Felix, tapi dia ada seminar di luar kota," jawab Aeri dengan memainkan jari tangannya.

"Kalau saya tidak mau gimana?" tanya Hyunjin dengan menaikan alisnya.

Aeri memanyunkan bibirnya. "Ya sudah nggak apa-apa. Aku bisa datang sendiri," balas Aeri dengan wajah memelas dan memalingkan wajahnya kearah lain.

Hyunjin menghela napas. "Ya sudah, saya mau temani kamu. Tapi harus janji sama saya...." jedanya dengan menatap Aeri serius.

Mata Aeri berbinar. "Apa?!" tanyanya semangat.

"Janji, jangan menangis karena cowok itu," jawab Hyunjin tegas.

Aeri mengerjap. "Aku nggak cengeng tahu," balasnya membela diri.

"Ya terserah, tapi saya tidak mau kalau nanti saat datang ke sana kamu malah menangis," ucap Hyunjin.

"Iya, iya, janji deh. Aku nggak bakal menangis," balas Aeri.

Hyunjin mengangguk.

Kini wajah Aeri sudah tidak terlihat murung. "Ya sudah, terima kasih sudah mau jemput aku. Eum, sama hati-hati kak," pamitnya dan keluar mobil Hyunjin.

Hyunjin menatap punggung Aeri yang memasuki rumah. Setelahnya baru pergi keluar kawasan rumah Felix.

Saat Aeri masuk rumah, ternyata ia sudah di tunggu Felix di depan pintu. Sempat terkejut namun, setelahnya menghela napas pelan. "Kenapa harus di depan pintu sih? Aku kaget tahu," Kesalnya.

"Maaf kaget ya?" ucap Felix dengan senyuman. Aeri memutar bola mata malas.

Felix menatap Aeri intens, membuat Aeri yang di tatapan heran

"Kenapa? Ada yang salah sama aku?" tanya Aeri polos.

Felix mengusak surai hitam Aeri lembut.

"Nggak, gimana belanjanya?" tanya Felix. Padahal ia tahu apa yang terjadi pada adiknya ini.

"Nih, aku belanja pakaian," jawab Aeri dengan menunjukan tas belanjaannya.

Felix mengangguk, ia lebih memilih tak melanjutkan obrolan yang satu ini. Biarkan Aeri yang bicara nanti.

"Bunda kangen sama kamu tuh," ucap Felix mengalihkan topik.

"Oiya dimana bunda?!" tanya Aeri bersemangat.

"Di ruang makan, lagi siapkan makan malam," jawab Felix.

Aeri langsung melangkah ke ruang makan. "Halo bunda!" sapa Aeri ceria

Felixia tersenyum, ia paling suka saat melihat interaksi sang bunda dengan Aeri.

"Halo sayang, bunda kangen nih!" sapa balik Felixia dengan memeluk Aeri.

Aeri membalas pelukan Felixia. "Om Lee kemana?" tanyanya dengan menatap sekitar ruang makan.

"Masih di Aussie. Bunda pulang karena kasihan sama kakak kamu, dia sendiri," jawab Felixia.

"Ada Aeri. Kak Felix nggak akan kesepian."

Felixia mengelus surai hitam Aeri. "Iyaa, tapi bunda sama ayah kamu juga sedang pergi. Bunda nggak mau nanti anak-anak bunda jadi terlantar," balasnya lembut.

"Ada bibi yang bakal buat makanan untuk Aeri dan kak Felix," ucap Aeri lagi.

Felixia tertawa kecil, Aeri memang tak berubah, selalu tidak mau mengalah. "Bunda punya oleh-oleh buat kamu" ucap Felixia mengalihkan topik.

"Apa tuh, bun?!" Semangat Aeri dengan mata berbinar.

"Rahasia dong! Makan malam dulu baru bunda kasih oleh-olehnya ke kamu," balas Felixia.

"Eum, tapi, aku tadi udah makan sama kak Hyunjin," balas Aeri merasa tidak enak.

Wajah Felixia berubah sendu. "Yaaah...padahal bunda sudah masak makanan kesukaan kamu," ucapnya di buat sedih.

Aeri tidak tega. "Ya sudah deh. Aeri ikut makan," finalnya.

Felixia langsung tersenyum dan langsung menyiapkan piring untuk Aeri dan putranya. "Ayoo, makan!" ajak Felixia.

"Terima kasih, bunda."

Mereka bertiga mulai menikmati makan malamnya dengan nikmat, sesekali canda tawa dibuat oleh Aeri dan Felix.


ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ


Pagi hari. Aeri terbangun dari tidurnya karena alarm yang berbunyi dari ponselnya. Membuka mata perlahan, Aeri merenggangkan tubuhnya.

"Eungh...." lenguh Aeri dengan merenggangkan tubuhnya.

Aeri turun dari kasurnya dan bergegas ke kamar mandi untuk bersiap berangkat sekolah

Dua puluh menit berlalu, Aeri keluar kamar dan menuju lantai bawah.

"Pagi, dek," sapa Felix yang sudah stand by di ruang makan.

"Pagi kak," balas Aeri.

"Bunda mana?" tanya Aeri.

" Sudah berangkat. Ada masalah di kantor," jawab Felix.

Aeri mengangguk mengerti. Setelah sarapan pagi selesai, Aeri berangkat sekolah di antar dengan Felix.

Perjalanan menuju sekolah menempuh sekitar lima belas menit.

"Kakak kayanya nggak bisa jemput kamu pulang sekolah hari ini," ucap Felix sedih, karena ia harus mengurus seminarnya untuk besok hari.

"Nggak apa-apa kak. Aku bisa sendiri kok. Tapi, kalau nanti setelah pulang sekolah aku main ke rumah sakit boleh kan?" tanya Aeri memelas.

"Boleh banget! Malah ada yang seneng kalau kamu datang," jawab Felix semangat.

Kening Aeri mengkerut. "Siapa?" tanyanya.

"Ada deh, nanti kamu juga tahu," jawab Felix dengan smirk.

Aeri mendesis. "Ya sudah, aku masuk ya. Hati-hati kak," pamitnya dengan membuka pintu mobil.

Aeri berjalan di koridor sekolah. Ternyata Aeri terlalu pagi tiba di sekolah, sehingga keadaan masih sepi.

Grep!

Tiba-tiba seseorang menahan tangan Aeri, membuatnya terkejut namun, saat tau siapa orangnya, Aeri merubah wajahnya menjadi dingin.

"Pulang sekolah ada waktu?" tanyanya lembut.

Terdiam sejenak. "Ada," balas Aeri singkat.

"Bisa kita bicara sebentar saat pulang sekolah. Aku janji nggak akan lama," ucapnya memelas.

Aeri menghela napas. "Lima belas menit, lebih dari itu aku pulang," balas Aeri.

"Ya sudah, nggak apa-apa. Asalkan kamu mau," ucapnya.

Kini keadaan menjadi hening beberapa detik. Aeri yang merasa tidak ada yang perlu di bicarakan berusaha melepas genggaman tangannya. "Bisa lepas ini, Jeno" serunya.

Jeno langsung melepaskan genggaman tangannya dari Aeri.

"Maaf," ucap Jeno.

Aeri hanya mengangguk dan pergi meninggalkan Jeno yang terdiam menatap punggung Aeri. "Maaf. Aku sudah menyakiti kamu," gumamnya sendu. "Seharusnya aku lebih peka sama kamu," lanjutnya merasa menyesal.

Aeri tiba di kelas dengan wajah di datar nya. Karena pertemuan tadi bersama Jeno membuat mood Aeri menjadi buruk.

"Pagi Aeri!" sapa Hana

"Hmm," balas Aeri datar dan langsung duduk di kursi, melipat kedua tangannya di atas meja dan meletakan kepalanya di atas lipatan tangannya.

"Kenapa pagi-pagi sudah cemberut? Nggak biasanya kamu gitu," tanya Hana heran.

Aeri diam, ia malas menjawab pertanyaan dari Hana.

Hana yang di abaikan mendengkus. "Oiya, kemarin sore kamu nggak apa-apa? Jeno melakukan apa sama kamu?" tanya Hana.

Aeri pun masih tetap diam. "Ihh! Aeri jawab dong!" rengek Hana dengan menggoyangkan lengan Aeri kesal.

Aeri mendesis. "Apa sih Hana?!" serunya kesal

"Makanya jawab!" balas Hana kesal juga.

Aeri menghela napas. " Ya udah, kamu mau tanya apa?" tanyanya malas.

Hana langsung tersenyum. "Kemarin gimana kamu sama Jeno? Dia melakukan apa sama kamu?" tanya Hana ulang

"Kemarin nggak ada apa-apa," jawab Aeri bohong dan mulai sibuk dengan ponselnya.

"Bohong kan kamu? Nggak mungkin Jeno nggak apa-apain kamu?" tanya balik Hana yang tidak percaya.

"Benar Hana," kekeh Aeri, ia tidak ingin memberi tahu kejadiannya seperti apa.

Hana menghela napas, ia yakin Aeri menyembunyikan sesuatu darinya.

Tidak lama guru pelajaran pertama masuk.

"Jeno mau ngomong apa ya sama aku?" ucap Aeri dalam hati dengan menatap kosong guru yang sedang menerangkan pelajaran.

"Aeri!" panggil bu Kirana. Namun Aeri yang di panggil tidak menyadari, ia sibuk dengan pikirannya.

"Aeri!" Nada bu Kirana sedikit meninggi.

Karena Aeri belum sadar juga, Hana menyenggol lengan Aeri membuat gadis itu tersadar dari melamun nya.

"Ish!" dengus Aeri, Hana melebarkan matanya dan menunjuk ke arah depan dengan dagunya. Membuat Aeri mengikuti arahan Hana.

"Aeri! Kamu tidak mendengarkan ibu ya?" tanya bu Kirana tegas.

Aeri menelan saliva. "Ma-maaf bu, saya kurang fokus," ucapnya sedikit takut.

Bu Kirana menghela napas.

"Kamu tau bukan? Saya tidak suka dengan murid yang tidak mendengarkan saat saya menerangkan materi?" tanya bu Kirana serius.

Aeri mengangguk pelan. "Sebagai hukumannya, kamu berdiri di lapangan selama pelajarannya saya selesai," ucap Kirana tegas.

Wajah Aeri berubah menjadi memelas. "Yahh, bu jangan dong?" rengeknya memelas.

"Ohh, mau di tambah lagi hukumannya, hm?" tanya bu Kirana dengan menaikan alisnya.

Aeri menggeleng cepat. "Maaf bu, saya segera ke lapangan," ucap Aeri langsung bangkit dari duduknya dan melangkah keluar menuju lapangan.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ



Vote, share and comments
Thanks

Continue Reading

You'll Also Like

5K 730 53
"Tolong yakinkan aku, Tuhan. Bahwa dia memang benar-benar ditakdirkan untukku. Jangan hilangkan rasa kepercayaanku terhadap dirinya. Aku benar-benar...
52.7K 2.5K 63
Bagi teman-teman yang baru baca, silahkan mampir di well pribadiku ya. Aku buat begini supaya nggak pada salah paham. Di well pribadiku ada dua akun...
10.7K 1.2K 37
FOLLOW DULU SEBELUM BACA!! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!! DILARANG PLAGIAT!! Orang bilang, cinta pertama itu sulit dilupakan. Memang b...
17.7K 1.1K 44
Satu tahun lebih pacaran online pas ketemu ternyata sepupu sendiri (Sudah Tamat )#jan lupa vote😊