ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ
Aeri berlari keluar pusat perbelanjaan sambil menangis. Ia tidak peduli dengan orang-orang yang melihatnya dengan heran.
Saat sudah berlari jauh dan keluar area perbelanjaan, Aeri menghentikan langkahnya dan berjongkok dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Tidak peduli dengan orang sekitar yang menatapnya aneh.
"Bangun," ucap seseorang tiba-tiba yang berdiri di depan Aeri.
Aeri yang mendengar ucapan seseorang langsung mendongakkan kepala dengan air mata yang mengalir.
"Hiks...." Aeri Sesegukan karena dadanya terasa sesak.
Orang itu ikut berjongkok di depan Aeri, membuat mata Aeri mengikuti gerak-geriknya. Setelahnya tangan orang itu menghapus air mata Aeri di pipi kemudian, mengusak surai hitam Aeri dengan lembut. "Katanya belanja, tapi malah nangis di sini," lanjutnya tenang.
Aeri menghapus air matanya dengan kasar. "A-aku memang belanja kok, nih buktinya," balasnya dengan menunjukkan tas belanjaan yang berada di lengannya.
Orang itu berdiri dengan polosnya Aeri mengikutinya. "Mana Hana, katanya sama dia?" tanyanya lagi dengan mencari keberadaan Hana.
"A-ada tadi, tapi...aku pisah...sama dia," jawab Aeri di selingi sesegukannya.
Orang itu terdiam dengan menatap lekat Aeri.
"Eum, kok kak Hyunjin tahu aku di sini?" tanya Aeri mengerjap lucu dengan mata yang berair.
Hyunjin menghela napas dan mengusap air mata yang kembali jatuh di pipi Aeri. "Felix minta saya jemput kamu," jawabnya.
Aeri mengangguk pelan. "Udah makan?" tanya Hyunjin.
Aeri menggelengkan kepalanya lucu. Tadi hanya makan ice cream saja.
"Ya sudah. Ayo makan," ajak Hyunjin.
"I-iya," balas Aeri dan mulai jalan lebih dulu, sedangkan Hyunjin berjalan di belakang Aeri.
Selama perjalanan ke mobil, keduanya diam tidak saling bicara. Aeri sibuk dengan pikirannya, sedangkan Hyunjin mengawasi gerak-gerik gadis di depannya yang sedang berjalan di tembok setinggi lutut dengan merentangkan tangan.
Aeri berjalan dengan merentangkan tangan agar tubuhnya seimbang dan menikmati angin yang menerpa wajahnya, kebetulan cuacanya agak mendung dan berangin.
"Awas jat—"
Bruk!
Baru saja Hyunjin bicara, Aeri sudah ingin terjatuh namun, untungnya Hyunjin lebih dulu menolongnya dengan menahan kedua pinggang Aeri sampai hidung mereka bersentuhan.
Mata mereka berdua membulat karena terkejut, bahkan saling tatapan untuk beberapa saat.
"Masih mau seperti ini, hm?" tanya Hyunjin membuat Aeri buru-buru berdiri.
Aeri merapihkan bajunya yang sedikit berantakan. "Ma-maaf," ucap Aeri dengan menunduk dan memainkan jarinya.
Hyunjin tersenyum tipis, ia sudah hafal betul kebiasaan Aeri jika gugup.
"Hmm," balasnya dan jalan lebih dulu.
Aeri mengikuti Hyunjin namun berjalan di belakangnya karena rasa gugup.
"Kenapa tadi menangis?" tanya Hyunjin tiba-tiba dengan nada berubah serius.
Aeri mendengar pertanyaan Hyunjin langsung mengerjap. "Eum, ra——hasia," balasnya pelan.
Hyunjin diam, ia sebenarnya tahu apa yang terjadi. Hanya saja ia ingin tahu lebih jelas dari gadis itu sendiri.
Flashback.
"Ayoo, Hana!" ucap Aeri, menepis pelan tangan Jeno dan ingin meninggalkan Jeno. Namun lagi-lagi tangan Aeri di tahan oleh cowok itu.
Tatapan Jeno berubah menjadi tajam dan dengan tiba-tiba, Jeno menarik lengan Aeri keluar kedai dan membawanya entah kemana.
Hana mengikuti mereka berdua. Tapi karena jalannya begitu cepat, Hana kehilangan jejak Aeri dan Jeno.
"Shit!" umpat Hana.
Segera Hana menelpon Felix, kakaknya, Aeri.
Telpon tersambung.
"Hallo, ada apa Hana?"
"Kak, Aeri!"
"Kenapa Aeri?!"
"Aeri bertengkar sama Jeno dan aku nggak tahu sekarang mereka berdua kemana."
"Ya sudah, makasih ya. Kakak ke sana."
"Sama-sama Kak, maaf aku kehilangan jejak Aeri."
Bip.
Hana memutuskan sambungan telpon
Felix ingin keluar ruangannya untuk mencari Aeri namun, langkahnya terhenti saat seseorang perawat datang.
"Maaf dok, ada pasien darurat," ucap seorang perawat.
Felix mengusap wajahnya kasar.
"Ya sudah, nanti saya ke sana,." jawab Felix.
Perawat itu keluar. Felix yang tidak bisa mencari Aeri pergi ke ruangan Hyunjin.
"Hyunjin!" panik Felix dengan membuka pintu agak kencang.
Hyunjin menaikan alisnya karena Felix terlihat panik. "Kenapa?"
"Gue minta tolong, cari Aeri," jawab Felix dengan memelas.
Hyunjin yang mendengar nama Aeri menjadi serius. "Kenapa dia?" tanya Hyunjin penasaran.
"Aeri, dia bertengkar sama Jeno dan Hana nggak tahu keberadaan Aeri dimana," jawab Felix.
"Ya sudah, gue yang ke sana," ucap Hyunjin bangun dari duduknya dan menganti jas putihnya dengan baju santai.
Felix tersenyum, sepertinya sahabatnya itu sudah peduli dengan Aeri.
"Makasih bro, lo memang terbaik," ucap Felix.
Hyunjin memutar bola mata malas, Felix mulai lebay.
Hyunjin keluar ruangannya dan menuju basement dan saat tiba di pusat perbelanjaan, Hyunjin langsung mencari keberadaan Aeri, walaupun ia tidak tahu harus mencarinya kemana.
Saat menelusuri jalan, mata Hyunjin tidak sengaja melihat seorang cewek yang sedang berjongkok dan dari belakang sangat mirip dengan Aeri. Segera Hyunjin mendekati keberadaan cewek yang mirip dengan Aeri.
Benar saja, cewek itu Aeri. Hyunjin menunduk dan melihat Aeri yang sedang menangis dengan menutup kedua wajahnya dengan telapak tangan.
Flashback end
Aeri dan Hyunjin tiba di parkiran. Aeri ingin membuka pintu belakang mobil namun, langkahnya terhenti saat Hyunjin berucap. "Duduk di depan."
Aeri mengerjap kemudian, mengangguk dan membuka pintu mobil depan.
Keadaan menjadi hening. Hyunjin menjalankan mobilnya dan menuju tempat makan.
"Kak."
Hyunjin melirik Aeri sejenak. "Hmm?"
"Makan di pinggir jalan mau nggak?" tanya Aeri pelan. Ia agak ragu.
"Boleh," jawab Hyunjin yang seketika membuat Aeri tersenyum.
"Dekat alun-alun ya kak?" ucap Aeri lagi dengan semangat.
"Hmm."
Mata Aeri berbinar saat melihat pedagang kaki lima. Mereka akan tiba di alun-alun sebentar lagi.
"Ayoo, kak!" semangat Aeri dengan keluar mobil tergesa-gesa.
Hyunjin yang melihatnya hanya tersenyum tipis dan mengikuti gadis itu di belakang.
"Liat-liat dulu, ya!" seru Aeri dan tanpa sadar, Aeri menarik lengan Hyunjin agar mengikutinya.
Hyunjin yang di tarik tangannya, sedikit terkejut namun, setelahnya membiarkan.
Saat tiba di sebuah pedagang BBQ, Aeri berhenti melangkah. "Kak mau nggak?" tanya Aeri dengan mata membulat lucu.
Hyunjin mengangguk pelan. "Asaaa!" seru Aeri dan menatap stan pedagang BBQ. "Abang! Beef BBQ nya dua!" ucapnya semangat.
"Siap neng," balas pedagang BBQ dan mulai membuatkan pesanan Aeri.
Aeri melihat pedagang itu dengan mata berbinar. Beef itu terlihat sangat menggugah selera. Berbeda dengan Hyunjin yang tersenyum tipis melihat tingkah Aeri.
"Lucu," gumamnya dalam hati tanpa sadar.
"Beef BBQ nya dua untuk eneng cantik," ucap pedagang dengan memberikan dua kotak makanan.
"Terima ka—" ucapan Aeri terpotong karena Hyunjin yang membayar makanannya.
"Nggak usah kak. Aku bisa bayar sendiri," tolak Aeri tidak enak.
"Sudah terlanjur," balas Hyunjin santai.
Aeri menghela napas. "Terima kasih," ucapnya.
"Hmm,"balas Hyunjin dan mengikuti Aeri yang menjauh. "Kak kita makan di sana sana yuk!" ajak Aeri menunjuk ke kursi taman dekat air mancur.
Hyunjin mengangguk saja dan mereka mulai menikmati beef BBQ. Keduanya fokus pada makanan.
"Eumm, enak banget!" gumam Aeri menikmati.
Setelah mereka selesai makan, keadaan menjadi hening.
"Kak," ucap Aeri tiba-tiba dengan tatapan polosnya.
"Hm?" gumam Hyunjin menatap Aeri datar.
"...mau temani aku datang ke acara...pertunangan Jeno nggak?" tanya Aeri ragu dengan menundukkan kepala. Sepertinya akan ada penolakan dari pria itu.
Hyunjin terdiam sejenak. "Yakin mau datang?" tanyanya.
"Ya-kin," balas Aeri ragu.
Hyunjin menghela napas. "Terdengar ragu. Nggak usah, nanti malah menangis lagi," ucapnya dengan nada mengejek.
Aeri mendengkus. "Aku nggak akan menangis kok!" Ngelak Aeri.
"Yakin? Terus tadi apa?" tanya Hyunjin dengan menaikan alisnya. Terdengar jahil.
"Ihh! tadi itu...aku...jatuh!" ucap Aeri asal. Berusaha untuk tidak jujur.
"Yakin jatuh? Perasaan tadi nggak mau kasih tahu deh kenapa menangis?" tanya Hyunjin lagi dengan senyum tipisnya.
"Ish! Au ah!" seru Aeri kesal dan langsung bangun dari duduknya, meninggalkan Hyunjin yang tertawa melihat tingkah Aeri yang menggemaskan.
Hyunjin mengikuti Aeri di belakangnya.
"Eitss! Mau kemana?" tanya Hyunjin dengan menarik kerah baju belakang Aeri seperti anak kucing.
Aeri menoleh dengan tatapan kesal. "Ihh kak Hyunjin, ngeselin. Jangan tarik baju aku!" Erangnya.
"Mau kemana?" tanya Hyunjin lagi.
"Pulang lah!" jawab Aeri
"Emang arahnya ke sana?" tanya Hyunjin dengan menaikan alisnya.
Aeri terdiam sejenak kemudian, mengerjap lucu. "Hehe, aku salah jalan, ya?" polosnya.
Hyunjin menggelengkan kepala. "Makanya jadi orang jangan sok tahu," ucapnya.
"Iya, iya." Memelas Aeri dengan memanyunkan bibirnya. "Ini bisa lepas nggak? Leher aku sakit tahu," pinta Aeri dengan menunjukan tangan Hyunjin yang masih menarik kerah baju belakang nya.
Hyunjin langsung melepaskan tangannya dan jalan mendahului Aeri. "Dasar, tsundere!" gumam Aeri kesal dengan perubahan sikap pria itu.
ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ
Vote, share and comments
Thanks