ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔

By Dita_sr

1M 101K 5.3K

Hwang Hyunjin adalah lulusan dari universitas Oxford jurusan kedokteran. Dengan usia yang masih muda, dia sek... More

Cast
PROLOG
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
EPILOG
cast
Promosi ⚠️

12

12K 1.2K 14
By Dita_sr

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ


"Lix" ucap Hyunjin.

Felix yang sedang membaca buku menoleh. "Hm?"

"Lo kenal Jeno?" Pertanyaan Hyunjin tiba-tiba membuat Felix menaikan alisnya. Heran dengan pertanyaan sahabatnya itu.

"Kenapa? Tumben lo tanya itu?" tanya balik Felix membuat Hyunjin mendengkus.

"Jawab aja!" Kesalnya.

Felix mendesis. "Gue dengar sih sahabatnya. Kemarin bukanya ada lo saat si Jeno datang?"

"Hmm, ada. Tapi gue nggak perhatiin," jawab Hyunjin datar.

"Terus kenapa tanya lagi?" tanya Felix yang mulai penasaran. Sahabatnya ini tidak pernah yang namanya kepo dengan urusan orang lain.

Hyunjin memutar bola mata malas. "Memangnya nggak boleh?"

"Yaa, boleh. Tapi aneh aja gitu. Seorang Hwang Hyunjin kepo sama urusan orang lain."

Hyunjin memilih keluar ruangan daripada dapat pertanyaan lebih dari Felix. Ia cuma penasaran saja.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

"Felix. Kamu yakin mau bilang soal ini ke Aeri?" tanya Suzy ragu.

"Felix yakin tante. Kalau nggak di kasih tahu, Aeri akan tetap melakukannya. Tante tau, kan, Aeri sangat menyukai basket," jawabnya tegas.

"Tapi, tante takut Aeri tidak terima," ucap Suzy.

"Memang pertama kali mendengar berita ini pasti Aeri akan tidak terima. Tetapi, karena untuk kesehatan pasti lambat laun Aeri akan mengerti," balas Felix meyakinkan.

Suzy menghela napas. Ada benarnya juga kata Felix. Jika ia dan Minho tidak terus terang, pasti Aeri akan tetap melakukannya dan itu bisa membahayakan kesehatannya.

"Bantu tante untuk bicara ke Aeri, ya. Agar Aeri mengerti," pinta Suzy.

Felix mengangguk. "Tante tenang aja. Felix yang akan bicara pada Aeri," balas Felix.

"Terima kasih, Felix," ucap Suzy.

"Sama-sama tante. Felix sudah anggap Aeri adik sendiri. Jadi Felix akan lakukan apapun untuk Aeri" balasnya.


ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ



"Gimana Jin?" tanya Felix, setelah selesai melakukan rontgen.

"Mulai membaik," jawab Hyunjin.

"Kak, kalau aku sudah sembuh bisa main basket lagi kan?" tanya Aeri tiba-tiba.

Hyunjin langsung melirik Felix, begitupun dengan Felix. Mereka saling tatap sejenak kemudian, Felix mengangguk pelan, mengisyaratkan Hyunjin untuk bicara dengan jujur.

Memejamkan mata sejenak. "Sebelumnya kamu harus terima soal berita ini," ucap Hyunjin membuat Aeri mengerutkan kening.

"Maksudnya?" tanya Aeri.

"Kamu tidak akan bisa lagi main basket," jawab Hyunjin tidak tega dan ia bisa melihat perubahan pada raut wajah Aeri.

"Ka-kak, kamu bohong, kan?" tanya Aeri tidak percaya.

Hyunjin menghela napas. "Aku, serius. "

Aeri menggeleng kepala. "Nggak! Nggak! Aeri nggak mau berhenti bermain basket!" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Hyunjin menatap gadis itu iba. Ia mengerti bagaimana perasaannya saat perjuangannya sia-sia.

"Aeri, kamu tenang ya," ucap Felix menggenggam tangan dengan lembut.

"Gimana aku bisa tenang." Aeri menangis. "A-aku nggak akan bisa main basket lagi, kak," lanjutnya terisak.

"Kakak tau kan cita-cita aku jadi pemain international! Aku nggak mau berhenti kak!" ucap Aeri semakin terisak.

Felix langsung memeluk Aeri, memberikan ketenangan. "Aeri dengar kakak. Semua ini untuk kebaikan kamu. Kalau kamu terus bermain basket, itu akan berpengaruh sama kesehatan kamu," ucap Felix lembut.

"Nggak kak! Aeri—"

Felix melepaskan pelukannya dan menangkup kedua pipi Aeri, menghapus jejak air mata di pipi itu. "Dengar Aeri. Kamu itu pintar, cantik. Masih banyak hal yang bisa kamu lakukan. Tanpa bermain basket tidak akan merubah segalanya, sayang," selak Felix tegas.

Aeri menggeleng pelan. "Kakak nggak mengerti perjuangan aku selama menjadi pemain basket," lirihnya dan melepaskan tangan Felix dari pipinya. Berusaha untuk turun dari ranjang.

"Aeri mau kemana?" tanya Felix khawatir dengan berusaha menahan tangan adiknya.

"Lepas kak!" Ketus Aeri, membuat Felix merenggangkan pegangannya pada lengan sang adik.

"Jangan cari Aeri. Aeri ingin sendiri," seru Aeri berusaha berjalan menggunakan tongkat walaupun kesulitan tetapi, ia tetap memaksakan diri.

Hyunjin menepuk bahu Felix. "Biarkan. Gue yang akan jaga dia," ucapnya. Ia merasa iba dengan adik sahabatnya itu.

"Terima kasih, tolong nasehati Aeri," lirih Felix penuh harapan.

"Hmm, lo tenang aja. Serahin sama gue," balas Hyunjin dan keluar ruangan untuk mengejar Aeri yang memang belum terlalu jauh.

Menatap punggung mungil gadis itu. Hyunjin mengikuti langkahnya di belakang. Langkahnya terhenti saat gadis itu memilih duduk di kursi taman. Hyunjin bisa melihat, tatapan gadis itu yang sendu.

Menghela napas pelan. Hyunjin mendekati Aeri dan memilih duduk di kursi taman tepat sebelah gadis itu.

"Kecewa bisa saja tetapi, jangan berlarut," gumam Hyunjin membuat Aeri membuka mata dan menoleh. "Belajar lah untuk menerima kenyataan," lanjutnya agak menusuk, tetapi niatnya baik.

Aeri mendengkus namun, tidak berniat membalas. "Ada saatnya kita di bawah. Tapi ketahuilah, itu semua untuk kebaikan kita." Ucapan Hyunjin yang satu ini membuat Aeri menatap pria itu, sedangkan yang di tatap terlihat cuek.

"Masalah yang kamu alami sama persis dengan masalah yang saya alami," ucap Hyunjin dan kini menatap Aeri, mereka berdua saling tatap dalam waktu yang cukup lama.

"Saya juga dulu pemain basket. Tapi, karena kecelakaan motor membuat saya harus berhenti bermain basket. Karena kejadian itu, membuat saya ingin menjadi dokter ortopedi," lanjut Hyunjin kembali formal.

Dari percakapan yang terjadi pada Aeri. Baru sekarang lah, Aeri bisa mendengar kalimat panjang dari pria itu.

Aeri mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Semua yang kamu alami pasti ada hikmahnya."

Aeri menghela napas dan menautkan jari tangannya. "Kakak tahu, sedari kecil Aeri suka dengan basket." Kini, Aeri yang bercerita. "Aeri berusaha keras untuk bisa bermain basket dengan handal. Bahkan Aeri harus berkerja keras agar bisa mengalahkan para pria yang memang unggul di olahraga itu." Tatapannya tertuju pada Hyunjin, yang ternyata juga sedang menatapnya. "Basket sudah seperti hidup Aeri, kak. Karena basket, Aeri bisa bergabung dengan orang-orang."

"Dulu, Aeri sangat pemalu. Bahkan untuk sekedar menatap wajah saja tidak berani. Tetapi, tiba-tiba Jeno datang dan menjadi sahabat Aeri sampai sekarang. Cowok itu yang memperkenalkan basket pada Aeri. Cowok itu juga mengenalkan teman-temannya pada Aeri."

Tangan Hyunjin bergerak dan berhenti tepat di pucuk kepala Aeri. "Tapi kamu harus mengalah untuk kebaikan," ujarnya lembut. Sangat berbeda sekali dengan Hwang Hyunjin yang biasa ditemui Aeri.


ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Hari telah berganti. Aeri sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit dan soal pembicaraannya bersama Hyunjin di taman beberapa hari yang lalu. Aeri sudah mulai bisa menerima. Walaupun belum sepenuhnya.

"Bunda," panggil Aeri.

Suzy yang sedang merapihkan pakaian Aeri menoleh. "Iya sayang, ada apa?"

"Aeri besok sekolah, ya? Aeri kalau di rumah bosen," ucapnya memelas, agar di izinkan sang bunda.

"Tapi sayang—"

"Bun, janji deh. Aku bakal hati-hati. Lagi pula Aeri sudah bisa menggunakan tongkat untuk berjalan," selak Aeri memohon.

Suzy menghela napas. "Ya sudah tetapi, kalau terjadi sesuatu langsung hubungi bunda atau ayah. Mengerti?!" Tegasnya.

"Ay! Ay! Kapten," balas Aeri semangat.

"Kamu juga ada jadwal cek up, jadi harus menurut," seru Suzy lagi.

"Okee!"


ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Vote, share and comments
Thanks

Continue Reading

You'll Also Like

9.6M 548K 59
(FOLLOW MAKCE DULU YAHH🖤) Apa jadinya seorang pelanyan harus menikah dengan Tuannya sendiri, bahkan keduanya tidak pernah saling menegur ataupun bi...
4.7K 1.4K 46
𝐆𝐞𝐧𝐫𝐞 : fiksi remaja | humor °°°°° "Lo ngapain ke sini?" "Mau ketemu papa. Papa udah pulang, bi?" "Papa siapa yang den maksud?" "Papanya Naya la...
22.4M 2.2M 78
∆Follow dulu sebelum Membaca!∆ "Saya akan bayar berapapun asal kamu mau jadi pengasuh saya." "Eh??" "E-em maksud saya, jadi pengasuh anak saya." Mula...
21.9K 3.2K 53
Rosa Felicia, gadis baik hati yang berjuang melawan penyakit gagal jantungnya dan pada akhirnya sembuh. Satu-satunya orang yang membuatnya semangat u...