ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔

By Dita_sr

1M 100K 5.3K

Hwang Hyunjin adalah lulusan dari universitas Oxford jurusan kedokteran. Dengan usia yang masih muda, dia sek... More

Cast
PROLOG
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
EPILOG
cast
Promosi ⚠️

11

12.1K 1.2K 21
By Dita_sr

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Sudah satu minggu lebih Aeri berada di rumah sakit dan satu minggu juga Aeri tidak sekolah.

"Bun, Aeri kapan pulang. Aeri mau sekolah," rengeknya pada Suzy yang lagi membantu putrinya makan siang.

"Nanti kalau kamu sudah diperbolehkan pakai alat bantu tongkat," jawab Suzy dengan menyuapkan satu sendok makan ke dalam mulut Aeri.

Aeri cemberut, padahal ia kangen banget dengan teman-temannya. Walaupun kemarin Hana dan Nakana sudah menjenguk Aeri tetapi, karena mereka bertiga selalu bersama rasanya Aeri masih merasa kangen dengan mereka.

"Sayang," Panggil Suzy.

"Iya bun?"

Terdiam sejenak. "Kamu mau pindah sekolah?" tanya Suzy tiba-tiba.

Aeri terkejut dan langsung menatap sang bunda dengan heran. " tumben tanya itu?"

Suzy menghela napas. "Jeno." Aeri yang mengerti menundukkan kepala. "Bunda sudah tahu semuanya. Apa kamu kuat selama kamu masih satu sekolah dengan mereka?" lanjut tanyanya.

Aeri terdiam. "Sayang, bunda tahu kamu sayang dan mencintai Jeno. Tapi, apa kamu nggak lelah. Sepuluh tahun sayang, Jeno nggak membalas perasaan kamu," seru Suzy menatap putrinya sendu. Suzy sangat tahu kehidupan putrinya, bagaimana Aeri menyimpan perasaan pada Jeno dan memendamnya selama sepuluh tahun lamannya.

Aeri menarik napas dan menghembuskan perlahan. Menatap Suzy dengan senyuman. "Aeri nggak apa-apa bun. Aeri tetap ingin sekolah bareng Jeno," balasnya membuat Suzy menatapnya iba.

"Jeno masih jadi sahabat Aeri. Jeno nggak tahu kalau Aeri punya perasaan sama dia. Jeno nggak salah. Mungkin Aeri yang harus belajar untuk melerakannya," ucap Aeri lirih.

Suzy mengelus surai hitam Aeri lembut. Ia sangat sayang dengan putri semata wayangnya ini.

Pintu ruangan rawat terbuka. Aeri dan Suzy menoleh ke arah pintu. Senyum Suzy langsung merekah saat melihat kedatangan seorang dokter muda.

"Permisi, waktunya pergantian perban pada pasien," ucap Hyunjin.

Suzy mengangguk dan memberikan ruang pada Hyunjin. "Silahkan dokter," balasnya.

Hyunjin mendekati Aeri. Ia sedikit melirik gadis itu dengan mempersiapkan alat-alat. "Saya ganti perbannya?" izin Hyunjin lagi.

Aeri mengangguk dan seorang perawat datang untuk membantu Hyunjin mengantikan perban pada Aeri.

"Em, pelan-pelan, ya, kak," pesan Aeri pada Hyunjin.

Hyunjin terdiam dalam kegiatannya yang ingin mengganti perban. Dirinya sedikit terkejut saat gadis itu memanggilnya dengan sebutan 'kak'.

Menatap kegiatan Hyunjin. "Kak, aku kapan bisa jalan pakai tongkat?" tanya Aeri penuh harapan.

Hyunjin menghentikan kegiatannya dan menatap Aeri. "Saya akan lihat perkembangan anda. Jika sudah terlihat membaik, anda sudah di perbolehkan menggunakan alat bantu," jawabnya dengan bahasa formal.

Aeri mendengkus. Pria itu masih saja bicara padanya dengan bahasa formal.

"Kak, kamu lupa, ya?" tanya Aeri cemberut.

Hyunjin menaikan alisnya. "Jangan formal banget. Bukannya kita sudah sepakat untuk bicara santai?" lanjut Aeri.

Hyunjin melirik Suzy yang bisa di lihat, wanita paruh baya itu sudah tersenyum melihat interaksi anaknya dengan Hyunjin.

"Saya-"

"Tidak apa-apa dokter Hyunjin. Bicara dengan bahasa tidak formal saja. Aeri memang seperti itu," sambung Suzy dengan senyuman.

Dengan terpaksa Hyunjin mengangguk.

Aeri tersenyum senang. "Kakak bisa panggil Aeri atau aku-kamu, lo-gue juga boleh. Kaya waktu kemarin," serunya dengan mata membulatkan lucu.

"Baiklah-Aeri," balas Hyunjin canggung.

Tak terasa pergantian perban telah selesai. Kini tatapan Hyunjin tertuju pada Suzy. "Sepertinya cidera nona Aeri sudah mulai membaik. Kita tunggu sekitar dua hari lagi. Jika sudah terlihat perkembangannya, nona Aeri sudah di perbolehkan menggunakan alat bantu tongkat," ucap Hyunjin menjelaskan.

"Asiikkk!" ucap Aeri semangat. Tanpa disadari, seorang Hwang Hyunjin tersenyum melihat gadis itu yang terlihat gembira.

"Terima kasih, dok," ucap Suzy.

Hyunjin mengangguk. "Kalau begitu saya permisi," pamitnya diikuti perawat.

"Okee dokter!" balas Aeri dengan senyuman.

Suzy yang melihat tingkah putrinya hanya menggelengkan kepala. Ia baru pertama kali melihat anaknya berinteraksi dengan cowok selain Felix dan Jeno. Sepertinya Aeri sudah mulai nyaman dengan dokter muda itu.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Hari telah berganti. Aeri sudah di perbolehkan menggunakan tongkat untuk mempermudahnya berjalan.

Raut wajah ceria dengan mata berbinar tercetak jelas di wajah Aeri. Sedari menerima tongkat, Aeri selalu tersenyum. Bahkan Suzy dan Felix yang melihatnya ikut merasakan kebahagian.

"Pelan-pelan aja," ucap Hyunjin datar yang sedang membantu Aeri berjalan menggunakan tongkatnya agar gadis itu terbiasa.

Felix yang berada di antara mereka hanya melihat saja. Ia sengaja tidak ikut campur agar mereka lebih dekat.

"Felix, tante mau ke kafetaria. Bisa titip Aeri sebentar. Ada yang mau tante beli," ucap Suzy.

Felix tersenyum. "Tante tenang saja. Aeri akan aman sama Felix, kalaupun Felix tiba-tiba ada pasien, ada Hyunjin yang akan menemaninya," balasnya.

Suzy mengangguk. "Kalau begitu titip dulu, ya," pamitnya dan pergi.

Kini tatapan Felix tertuju pada Aeri dan Hyunjin. Felix bisa melihat kalau Hyunjin sangat memperhatikan Aeri. Walaupun pria itu terlihat cuek namun, Hyunjin sangat peka dengan situasi.

"Coba kamu belajar sendiri," ujar Hyunjin.

Aeri mengangguk dan bersiap melangkah perlahan dengan bantuan tongkat. Hyunjin dan Felix siaga di belakang Aeri, takut-takut gadis itu terjatuh.

Satu langkah berhasil...

Dua...

Tiga...

Empat...

"Ayo, kejar aku!" ucap anak kecil yang berlari di sekitar koridor rumah sakit.

Sret!

Tanpa sengaja anak kecil yang berlari itu menyenggol lengan Aeri dari belakang, membuat Aeri tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya dan ingin jatuh ke arah depan.

"Kak Felix!" terkejut Aeri.

Bruk!

"Ae-ri," ucapan Felix tertahan dan digantikan dengan helaan napas lega.

Aeri memejamkan matanya, takut. Tetapi, anehnya ia tidak merasakan sakit. Segera Aeri membuka mata dan betapa terkejutnya saat ia melihat wajah dokter Hyunjin yang sudah berada di depannya, bahkan hidung mereka berdua bersentuhan. Pria itu menahan tubuh Aeri dengan memegang kedua bahunya dari depan.

Aeri mengerjapkan matanya dengan posisinya saat ini. "Kak..." Aeri meminta pria itu untuk membantunya berdiri.

Hyunjin mendesis dan membantu Aeri berdiri, tentu dengan bantuan Felix juga.

"Te-rima kasih," ucap Aeri gugup. Kedua pipi nya sudah merona.

"Hmm," ucap Hyunjin dengan merapihkan jas putihnya yang sempat berantakan.

Aeri menatap sekitar. Ia sungguh malu dan gugup. "Gila! Tadi hampir aja," ucapnya dalam hati.

Ponsel Felix berdering, menandakan ada telpon masuk. Ia mengangkatnya dan setelahnya menghela napas. Tidak lama Felix memutuskan sambungan telpon.

"Aeri, kakak tinggal dulu, ya. Ada pasien yang baru masuk," ucap Felix, sebenarnya ia masih ingin menemani Aeri. Tetapi karena ada urusan mendadak ia terpaksa meninggalkan adiknya.

"Iya kak, nggak apa-apa," balas Aeri yang masih dalam suasana gugup.

"Hyunjin, gue titip Aeri sampai tante Suzy datang. Tante Suzy lagi ke kafetaria, nggak lama kok," ucap Felix.

Hyunjin menghela napas, pasrah. "Hmm."

Felix mengelus surai hitam Aeri. "Kamu sama dokter Hyunjin, ya. Jangan nakal," ucapnya sebelum meninggalkan sang adik.

Aeri cemberut. "Aku nggak nakal kak!" Kesalnya.

Felix tertawa kecil. "Ya, sudah, bye!" pamitnya.

Di koridor menyisahkan Aeri dan Hyunjin. keadaan menjadi hening dan canggung.

Aeri menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kak, udahan, ya, belajar jalannya. Aeri mau ke kamar," pintanya.

Hyunjin mengangguk saja. "Bisa jalan sendiri, kan?"

Aeri mendengkus. "Nggak bisa!" ucapnya dalam hati. "Bisa kok!" jawabnya gengsi.

Hyunjin mengangguk. Aeri mulai berjalan sendiri walaupun kesulitan. Ia berjalan dengan merambat pada dinding.

Hyunjin memperhatikan Aeri dari belakang.

Sudah lumayan Aeri berjalan namun, ia lelah dan kakinya mulai terasa sakit. Karena lelah, Aeri menghentikan langkahnya namun, Hyunjin tetap jalan bahkan melewati Aeri.

Aeri mengerang kesal. "Kak!"

Hyunjin berhenti melangkah dan berbalik badan, menatap Aeri datar.

"Bantuin! aku capek!" serunya.

Hyunjin menghela napas dan dengan terpaksa, ia melangkah mendekati Aeri dan berjongkok di depan gadis itu.

Aeri menaikan alisnya. "Untuk apa?" tanyanya bingung.

"Naik, saya bantuin ke kamar," jawab Hyunjin.

Aeri mendesis. Pria itu masih saja kaku tetapi, setelahnya tersenyum saat mendengar jawaban pria itu.

"Tau aja. Aeri naik ya!" ucapnya dan naik ke belakang punggung Hyunjin dengan hati-hati.

Aeri melingkarkan tangannya pada leher Hyunjin dan meletakan dagunya di bahu kanan pria itu.

"Terima kasih, kak," ucap Aeri senang.

"Hmm."

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Vote, share and comments
Thanks

Continue Reading

You'll Also Like

249K 36.9K 68
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
37.4K 5.5K 34
Fajar, anak di luar nikah yang dibuang ibunya. Mentari, gadis yang diusir dari rumah karena sebuah fitnahan. Keduanya adalah korban, kesepian, dan se...
1.1K 94 3
ini cerita aku yang pertama mohon pengertiannya 🙏 kalo nggk suka ceritanya skip aja😁
499K 5.4K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...