Yes, Mr Billionaire [COMPLETE...

By Reiinah76

37.2M 1.7M 56.8K

"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 1... More

REVISI
Yes, Mr Billionaire
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
chapter 45
chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
PENGUMUMAN!!!
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Extra Part (1)
Extra part (2)
PENGUMUMAN!!

Chapter 66

327K 14.7K 460
By Reiinah76

Dera keluar dari kamar dengan wajah ceria sudah siap dengan baju pergi dan hoodie kebesarannya, yang sekarang sudah pas karena besar perutnya. Dia juga mengenakan celana jeans ketat dan menjinjing tas kecil di bahu kirinya.

Pergi membeli hadiah untuk ulang tahun Gerald, membayangkannya saja sudah membuat Dera bersemangat.

Dera bukan tipe orang yang suka keramaian, dia adalah seorang introvert tapi dia tidak susah berkomunikasi dengan orang lain, hanya dia terkadang tidak ingin saja. Mungkin masa remajanya tanpa teman karena sekolahnya sama dengan milik Ellena, tapi kalau tidak dengan perempuan itu, mungkin Dera akan jadi anak populer sekarang. Anak populer yang sesudah bel keluar dari sekolah pastinya akan kembali menyendiri di kamarnya.

Tapi kalau semuanya berjalan seperti itu, dia tidak akan bertemu Gerald sekarang.

Pikiran itu membuat Dera tersenyum malu. Dia lalu berjalan ke lantai satu untuk menemui Gerald dan Rian. Saat Dera masuk kamar tadi, Gerald sedang berbicara serius entah dengan siapa di balik teleponnya. Dera berharap tidak ada masalah yang terjadi, apalagi jika masalahnya dengan Ellena. Dera berharap kalau Ellena akan beraksi tolong nanti saja sesudah ulang tahun Gerald selesai.

Dera berhenti sejenak melihat kalender yang terpasang di dinding. Ulang tahun Gerald ada di tanggal 9 September, itu kata Rian. Kembali lagi Dera merasa malu karena tidak tahu ulang tahun suaminya sendiri. Dera memiliki waktu 7 hari untuk mempersiapkan ulang tahun Gerald, dan Dera ingin membuat kejutan yang meriah untuk Gerald. Dan ini akan dirahasiakan.

Dera berjalan menuruni tangga dengan menggenggam sepatu di tangannya. Penampilannya sangat modern dan kekinian membuat Dera bangga pada dirinya sendiri.

Pikirannya mengkhawatirkan Rian. Bisakah mereka benar benar menyembunyikan wajah Rian yang menjadi buronan sekarang? Rasanya kepala Dera akan meledak saat mengingat kembali Rian menjadi buronan hanya karena tuduhan yang tidak tidak.

Tapi kesalnya selalu berhenti saat dia berpikir bahwa penyebabnya adalah Ellena. Sedari kecil Dera selalu takut pada Ellena, karena di sebelah Ellena selalu ada mamah yang tidak akan berpikir dua kali untuk menyiksa Dera kalau itu ada masalahnya dengan Ellena.

Dera selalu mencintai ibunya, tapi cintanya tidak pernah dibalas oleh orang itu.

Dera berhenti berjalan lalu menghela nafasnya panjang. Dia merutuki dirinya sendiri karena dengan bodohnya telah memikirkan tentang seseorang yang tidak layak dia buangkan waktunya untuk dipikirkan, seperti ibunya dan Ellena. Hamil ini sungguh memporak porandakan pikirannya.

Dera akhirnya kembali berjalan mencari Rian dan Gerald, tapi sebagaimanapun dia telah mencari, kedua laki laki itu tidak bisa mereka temukan. Apa di ruang kerja sedang berbicara seperti kemarin?

Dera berjalan ke arah pintu ruang kerja Gerald yang separuh terbuka, seratus persen yakin kalau Gerald ada disana dengan Rian karena terdengar suara mereka berdua. Tapi Dera merasa curiga setelah melihat sebuah sepatu perempuan yang dijajar rapi di depan pintu depan.

Apakah ada tamu?

Dera menyondorkan telinganya ke daun pintu lalu mendengar suara percakapan mereka yang terdengar samar samar.

"Aku hanya datang untuk memberitahu kalian tentang ini, dan aku telah mengatakan semuanya," kata sebuah suara perempuan yang sangat Dera kenali.

Kak Lotte!?

"Dia yang lebih dulu mengajak bicara, bukankah dia yang seharusnya datang kepada kita?" Sekarang suara Rian. Apa yang mereka omongkan?

"Ini baru awal awal, bocah ingusan, kita tidak tahu dengan pasti, begitu juga mereka. Intinya mereka mengatakan dugaan mereka semata mata dan bagaimana kami menanggapinya adalah yang harusnya dipentingkan sekarang bukan? Tolong jangan gegabah."

"Oke baiklah, aku mengerti soal itu, tapi haruskah kita bicarakan ini kepada Dera?"

Dera semakin mendekatkan wajahnya ke pintu, merasakan degupan di dadanya menanti kembali kata kata Rian. namun apa yang terjadi kepadanya membuat Dera cemberut kesal.

"Kurasa lebih baik tidak sebelum semuanya terselesaikan seratu persen."

Ekspektasi Dera luruh semuanya, digantikan dengan rasa jengkel kepada Gerald tiba tiba. Dia benar benar harus mencari cara untuk mengatasi emosinya yang menggila ini.

"Aku sejujurnya tidak peduli mau Dera tahu ataupun tidak, lama kelamaan dia akan tahu juga. Yang aku pedulikan hanyalah keamanan Dera," kata Kak Lotte. "Aku tidak tahu mereka hanya pura pura, atau memang mereka dengan sungguhan, tapi yang jelas mereka mengetuk pintu apartemenku menanyakan keberadaan Dera, dan pastinya aku tolak mentah mentah memberikannya info sedikitpun. Aku tidak tahu kapan mereka akan datang kesini, hanya ku berharap saja semuanya baik baik saja. Aku telah pergi ke Indonesia hanya untuk menceritakan ini, dan aku telah selesai melakukannya. Kalau begitu aku pulang, aku masih ingin berbicara dengan orang orang yang kukenal di Jakarta. Aku sangat merindukan mereka."

Tepat setelah perkataan Charlotte selesai diucapkan, derap kaki wanita itu langsung terdengar menghampiri pintu untuk keluar dari sana. Wajah Dera memucat mencari tempat yang bisa digunakan bersembunyi, tapi dia terlambat.

Pintu ruang kerja dibanting keluar oleh Charlotte tepat di hadapan wajah Dera. Wanita itu terdiam kaku terkejut melihat tamu tidak diundang sedang menguping dari balik pintu kayu ruang kerja. Dera tersenyum kecil, ketahuan..

"Astaga Dera, sejak kapan kau disini!?" tanya Charlotte masih menahan nafas kaget. Kalau dia ceroboh, dia bisa memukul Dera dengan pintu tadi.

"Tidak lama, kak," kata Dera malu. Dia melupakan soal rasa bersalahnya telah ketahuan mendengarkan diam diam tadi dan langsung berhambur ke dalam dekapan Charlotte. Charlotte langsung balas memeluk, walaupun dengan sangat hati hati tidak ingin melukai perut raksasa Dera.

"Aku bersumpah istrimu memiliki bakat menguping, Pak Tua," kata Rian dari dalam. Gerald hanya bisa menghela nafas panjang. Mau memarahi pun tidak tega, perutnya besar begitu.

"Apa yang kalian bicarakan tadi?" tanya Dera.

"Bukankah kau tadi mendengar percakapan kita?" tanya Charlotte.

"Hanya separuh saja," kata Dera sambil menatap meminta penjelasan ke arah Gerald sedangkan laki laki itu hanya terdiam tidak berniat menjawba apa apa.

"Beritahu aku, kak," kata Dera meminta, lengkap dengan jurus memelasnya. Gerald bersyukur dalam hatinya, karena kalau Gerald yang diminta seperti itu oleh Dera, pasti dia akan langsung mengatakan semuanya kepada Dera tanpa berpikir panjang. .

"Nanti kau juga akan tahu pada waktunya," kata Charlotte ringan membuat Dera mengerucutkan bibirnya tidak suka. Dan Charlotte yang tidka ingin beurusan dnegan Der ayangs edang kesal langsung mengalihkan topik pembicaraan. "Kau akan pergi kemana menggunakan baju seperti ini?"

"Berbelanja," kata Dera. "Aku memiliki sesuatu untuk di beli. Kak Lotte mau ikut?"

"Aku mau menyapa orang orang di rumah sakit dan mengunjungi kosan temanku hari ini. Aku sudah memiliki janji. Maaf aku tidak bisa ikut. ," katanya sambil mengusap rambut Dera lembut, membuat sebuah kekecewaan menyusup di rongga dada Dera.

---

"Dera, masih marah karena tidak diberitahu percakapan kita tadi?" tanya Rian sembari menyetir. Dera sedari tadi tidak mau melihat ke arah Rian, selalu menatap jendela.

"Tidak," kata Dera pelan.

"Kau ingin aku memberi tahu apa yang terjadi?" tanya Rian. Semua bujukannya ditolak mentah mentah oleh Dera.

Perempuan itu menggeleng lagi. "Kalau begitu, katakanlah kepadaku mengapa kau terlihat tidak ingin menatapku."

"Berhentilah berkata, Rian. Aku sedang mati matian menahan tawa, kau tahu!" kata Dera kembali memegang perutnya yang sakit karena di gunakan tertawa tadi..

Bayangkan, Rian yang dulunya terkenal dengan ketampanannya, dengan tubuh sempurnanya, sekarang sudah tidak beda dengan gelandangan di pinggir jalan. Rambutnya sangat kusut ditutup dengan wig tipis, celananya terlalu longgar bahkan Rian harus menariknya berkali kali supaya tidak melorot. Bajunya hanya kaos oblong, dan dia menggunakan syal. Tambah lagi topi yang kebesaran, kacamata hitam wanita, dan dia menggunakan kumis palsu yang menggelitik hidungnya, dan setiap kali Rian ingin membetulkannya, dia akan terlihat seperti sedang mengupil.

Ini sangat memalukan, pastinya karya Gerald.

"Aku juga malu kau tahu! Pak Tua sialan," kata Rian. Dera membalikkan sekilas wajahnya dan bertemu pandangan matanya dengan Rian, lalu

"HAHAHA, JELEK!" kata Dera terbahak bahak lagi.

"Kau membuatku semakin malu, Dera!" kata Rian sambil merutuki Gerald di dalam hatinya. "Jangan terlalu besar tertawanya, aku tidak tanggung jawab jika di kau tiba tiba melahirkan di mobil ini."

Garing garing renyah. Receh.

"Ah lupakann!"

5 jam kemudian.

"Aku tidak pernah menyangkan kalau Dera adalah seorang shopaholic," kata Rian menenteng sekian banyak barang belanjaan yang dibawa Dera. dia tidak tega membiarkan seorang ibu hamil besar membawa banyak bawaan hasil belanjaannya, karena itu Rian menawarkan diri untuk membawa semuanya.

"Bukan aku yang shopaholic, tapi mereka," kata Dera menunjukkan perutnya kepada Rian. "Mereka senang menguras uang ayahnya, iya kan nak?"

"Apa kau memiliki dendam tersendiri kepada Pak Tua?' tanya Rian tertawa.

"Iya dendam besar, dendam membuat hatinya berbunga bunga setiap harii," kata Dera bergurau tidak lucu, lalu kembali berjalan masuk ke toko selanjutnya.

Untung Rian orangnya kuat, menemani jodoh orang lain berbelanja itu tidak gampang. Apalagi kalau jodoh itu adalah orang yang kita sukai. Sakit sekali rasanya.

Rian hanya bisa mendesah pasrah, sebelum akhirnya dia merasakan getaran di kantongnya.

Pak tua?

.

Follow me on instagram

Nnareina

Hayoo pak tua ngapain telepon ye.. wwkkww

Filter dulu yaa hehehe, hari ini triple update yaaa.

Jangan lupa comment supaya kau nanti ada niatan besar mau triple update lagi wkwkw

Komen yang banyak everybody!!

Jangan lupa vote juga. Thank youuu

Love you all!!

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 70.3K 52
Tak mudah hidup sebatangkara. kesepian... itulah yang ku rasakan. beban hidup ku bertambah ketika aku bertemu dengannya, ya dia CEO di tempat ku beke...
1.3M 6.2K 14
Area panas di larang mendekat 🔞🔞 "Mphhh ahhh..." Walaupun hatinya begitu saling membenci tetapi ketika ber cinta mereka tetap saling menikmati. "...
654K 2.7K 12
Hts dengan om-om? bukan hanya sekedar chatan pada malam hari, namun mereka sampai tinggal bersama tanpa ada hubungan yang jelas. 🔛🔝 my storys by m...
2.2M 85.9K 47
{Completed ✅} HIGHEST RANK : #147 in Romance - 2017/10/31 ~~~~ Di jodohkan dengan seorang lelaki yang bahkan belum di kenal? Menikah di usia muda? S...