Yes, Mr Billionaire [COMPLETE...

By Reiinah76

37.2M 1.7M 56.8K

"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 1... More

REVISI
Yes, Mr Billionaire
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
chapter 45
chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
PENGUMUMAN!!!
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Extra Part (1)
Extra part (2)
PENGUMUMAN!!

Chapter 60

392K 18.6K 646
By Reiinah76

Makasih buat commentnya. Banyak yang komen jadi aku updatenya juga semangat. makasih banyakk!! 

komen yang banyak lagi ya supaya nextnya semangat!!

Love you all!!

.

Dera bangun pagi sekali dengan sebuah senyuman melekat di bibirnya. Perkataan dokter beberapa hari yang lalu masih membekas dalam di dalam hatinya. Tidak bisa digambarkan betapa senangnya Dera dan Gerald ketika tahu kalau anak mereka adalah kembar sepasang.

Semakin saja Dera menanti kedatangan kedua bocah cilik itu.

Dera diam menatap langit langit kamarnya. Aku ingin menceritakanan tentang ini kepada Rian...

Sebagaimana pikirannya sering di penuhi oleh kedua anaknya, Namun tidak bisa dipungkiri kalau masalah Rian pun masih tetap melekat di pikirannya. Apa yang sedang dia lakukan? Apa dia kembali tertangkap polisi? Apa dia baik baik saja

Sepanjang seminggu penuh, Dera terus menerus mengkhawatirkan Rian, menunggu pesan yang dirkirimnya kepada Rian dibalas oleh laki laki itu. Tapi hasilnya nihil. Status tidak terbacanya tidak sekalipun hilang dari kotak pesan Dera kepada Rian, Dera semakin saja merasa cemas.

Dera mendesah pelan. Kuharap dia baik baik saja.

Dera menatap atap rumahnya mencoba menenangkan pikirannya yang bercampur aduk di dalam.

Dera melihat ke kiri kanan, melihat pemandangan kamarnya.

Sendiri.

Keluarganya sudah kembali menjadi keluarganya yang lama. Gerald yang usil, Dera yang senang diusili olehnya, dan hari hari yang dipenuhi oleh saat saat romantis keduanya. Semuanya kembali seperti sedia kala. Yang belum hanyalah kebiasaan tidur bersama mereka. Mereka masih tidur di kamar yang berbeda.

Apakah ini pilihan yang benar? Dera tidak tahu, namun dua hanya bisa berharap pilihannya tidak salah. Semoga saja.

Dera lagi lagi menggeliat, mengubah arah tidurnya ke samping sebelahnya. Perutnya sudah tidak membiarkan Dera untuk tidur terlentang, hanya miring saja. Dera mendesah berat.

Aku merindukan pemandangan Gerald setiap kali aku bangun pagi.

Sebuah senyum tiba tiba merekah di wajah Dera, dirinya merasa kembali menjadi ABG labil yang baru saja merasakan cinta. Sekarang jam menunjukkan pukul 7 pagi, dan kemungkinan Gerald belum bangun dari tidurnya.

Bagaimana kalau aku mengejutkannya pagi pagi?

Dera bangkit dari kasurnya, berjalan pelan sembari berlatih kembali berjalan lancar dengan kedua kakinya. Dera membuka pintu kamarnya, dan berjalan menuju pintu kamar Gerald. Dibukanya pintu itu perlahan dengan sebuah senyum tercetak di wajahnya.

"Betapa senangnya aku pagi pagi seperti ini sudah disambut oleh Tuan putri cantikku." Dera terkesiap kaget.

"Kau sudah bangun?!" tanya Dera.

"Belum, karena itu aku sedang berdiri mengigau disini." Dera mendengus keras. "Tentu aku sudah bangun."

"Bukankah kau seekor kerbau yang suka bangun siang sekali?"

"Kau membicarakan tentang dirimu sendiri?"

"Berkacalah sana!"

Gerald tertawa senang. "Jadi, apa urusanmu datang ke kamarku pagi pagi seperti ini?"

"Apakah aku harus memiliki urusan agar bisa menemuimu?"

"Tidak, hanya saja kalau kau benar benar tidak memiliki urusan penting, aku akan membawamu langsung ke atas kasurku dan mencumbuimu sepanjang hari tanpa memberi ampun sedikit pun."

Dera tertawa karenanya. "Kalau begitu, aku memiliki urusan. Urusan menghabiskan waktu dengan suamiku sepanjang hari." Gerald tersenyum lebar.

"Masuklah, temani aku," bisiknya pelan. Dera mengangguk. Dia kembali masuk ke dalam kamar bersama Gerald. Dera mendudukkan dirinya dia atas kasur Gerald, namun sebelum dia benar benar bisa, Gerald terlebih dahulu menariknya ke atas pangkuan laki laki itu.

"Apa yang kau lakukan!?" Detak jantung Dera menggila di dalam sana, menggebu gebu tidak karuan.

"Menikmatimu," bisiknya lembut.

Gerald mengusap wajah Dera lembut, dan Dera meletakkan tangannya di dada bidang Gerald. Gerald memajukan wajahnya lalu membenamkannya di leher Dera, menghirup wangi tubuh Dera dalam tanpa peduli kepada perut besar Dera yang mengganjal. Dera terkesiap kaget saat merasakan bibir Gerald menyentuh kulit lehernya.

Tangan Dera beralih kepada rambut Gerald lalu meraba kepala laki laki itu pelan, sembaritangan sebelahnya menggenggam lengan Gerald yang sedang memeluk pinggangnya.

Gerald tidak berkata apapun dan begitu pual Dera, mereka berdua hanya menikmati sentuhan masing masing, kehangatan yang mereka rasakan bersama.

Dera sangat merindukan saat saat seperti ini.

"Bagaimana aku bisa bekerja hari ini jika pagi buta seperti ini saja aku rasanya sudah ingin kembali tidur bersamamu," bisik Gerald. Leher Dera terasa geli merasakan pergerakan bibir Gerald di kulit polosnya. "Kau adalah racun bagiku, racun yang sangat menagih, dan aku menyukainya."

Dera tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

"Gerald?" bisik Dera.

"Hmm?"

"Apakah semuanya akan baik baik saja?" tanya Dera.

"Maksudmu?"

"Tentang Rian. Aku khawatir tentangnya, aku ada hal buruk terjadi kepadanya," kata Dera.

"Kalau soal itu aku tidak tahu, tapi yang jelas dia masih bernafas," kata Gerald dengan nada tidak tertarik. Sebuah kalimat itu membuat emosi Dera sedikit meningkat.

"Bisakah kau sedikit saja lebih peduli masalah ini, aku rasa kau selalu saja menjawab secukupnya setiap kali aku menyebutkan tentang Rian."

"Memang karena aku tidak begitu mengkhawatirkannya. Dia akan baik baik saja, aku yakin. Sudahlah, aku bosan dengan topik ini."

Dera memegang kedua sisi wajah Gerald lalu menjauhkan wajah laki laki itu dari lehernya, membuat Gerald terpaksa menatap mata Dera yang sekarnag menatapnya tidak suka.

"Aku tahu sebagaimana kau tidak menyukainya, aku tahu kau tidak suka jika aku menyebut namanya, tapi bisakah kau sedikit menunjukkan kepedulianmu? Dia sudah sangat banyak membantuku selama ini!"

Gerald terlihat semakin tidak peduli. "Kau terlalu berlebihan mengkhawatirkannya, sangat menjengkelkan."

Emosi Dera mendidih panas.

"Tidak pernahkah kau berkaca!? Seharusnya kau bisa lihat sekarang kau yang menjengkelkan!" Dera memaksakan dirinya keluar dari pangkuan Gerald. Jantungnya masih berdetak kencang, namun kali ini karena emosi.

"Sudah tidak perlu, aku tahu kau tidak akan peduli apapun yang kukatakan, lebih baik aku tidak usah berbicara kepadamu."

Dera hendak keluar dari dalam kamarnya Gerald, bertepatan saat Dera mendengarkan suara bel rumah berdering. Dera berdecak pelan.

Siapa pula pagi pagi seperti ini!?

Dera segera turun ke bawah dan menghampiri pintu depan. Dibukanya pintu itu dengan kasar tanpa melihat siapa di luar sana. Dan betapa kagetnya Dera saat melihat seseorang muncul dari balik pintu itu.

"Rian!?" tanya Dera terkejut.

"Hai, Dera," kata Rian tersenyum lebar.

Tanpa berpikir panjang, Dera langsung menerjang memeluk Rian erat, meluapkan seluruh kekhawatirannya bersama dengan pelukan itu. Rian melepaskan seluruh topi dan masker penutupnya dan lalu membalas memeluk Dera erat. Dia terkejut.

"Mengapa kau bisa berada di sini? Kau tidak apa? Mengapa kau tidak menghubungik-"

"Dasar bocah sialan, datang langsung meminta dipeluk oleh istri orang." Dera mendengar suara Gerald yang berjalan di belakangnya.

"Pak Tua! Mengapa kau tidak membalas pesanku, sialan!?" bentak Rian. "Berkatmu bahkan aku hampir ketahuan oleh sekuriti di depan komplek kau tahu!"

Dera mematung saat mendengar ucapan Rian. Pesan? Apakah Gerald dan Rian bertukar pesan sebelumnya? Jangan bercanda.

"Balasanku karena kemarin kau membalas pesanku 5 menit sesudah kukirim. Aku tidak suka menunggu," kata Gerald tidak acuh.

"Sialan!" umpat Rian. "Setidaknya siapkan jaga jaga sedikit, kau seharusnya sudah tahu dari empat hari yang lalu aku akan datang kemari. Kau membaca pesanku kemarin kan?"

"Iya aku membaca, dan kau membuatku bingung dengan segalanya, bocah. Jelaskan dengan detil bisakan? Aku tidak peduli kau sedang di cafe internet manapun itu."

"Makanya belikanku kuota."

"Kita akan bertengakar lagi masalah ini? Sungguh?" tanya Gerald dengan senyum jelas tertampang di wajahnya.

"Kau orang terkaya di negara ini astaga, hanya kuota 10 giga bukan masalah untukmu, kan?"

"Aku tidak sudi jika memberikannya untukmu."

"Sebentar sebentar!" Dera memotong pembicaraan mereka. "Kalian selama ini saling kontak satu dengan yang lain!?"

Kening Dera berkerut bingung.

" Dia tidak mengatakannya kepadamu?" tanya Rian. "Kita selama ini selalu bertukar pesan, hampir setiap hari."

Sekali lagi emosi Dera meningkay saat melihat senyuman jahil tercekat di wajah Gerald. Sialan dia!

---

"Sungguhkah!? Aku mengkhawatirkannya setengah mati dan kau bahkan tidak berkata apa apa tentang kau selalu bertukar pesan dengan Rian!?"

Dera dan Gerald sekarang sedang di dapur berduaan saja, Dera meras sangat kesal dan Gerald tampak menikmati kekesalan itu.

"Aku pikir kau akan tahu sendiri nanti," kata Gerald asal bunyi.

Dera menggeram jengkel. Wajah Dera berubah merah padam, dan Gerald yang terlalu gemas tidak kuat untuk menahan memeluknya di tempat.

"Lepaskan! Aku sedang marah kepadamu."

"Dan kau masih tetap cantik walaupun kau sedang marah sekalipun." Detak jantung Dera berpacu dua kali lebih cepat.

Dera menarik nafasny panjang meredakan emosi. "Mengapa kau tidak mengatakan apapun kepadaku? Kau tahu aku begitu khawatir."

Gerald mendesah pasrah. "Malah sebaliknya, jika aku mengetahui keberadaan bocah itu, kau akan menjadi semakin khawatir, karena aku sendiri tahu bahwa 1 minggu belakangan ini tidak mudah juga baginya kabur dari jangkauan polisi. Aku tidak ingin kau pingsan jantungan mengetahiunya."

Dera tidak bisa membayangkan apa yang terjadi selama seminggu ini.

"Lagi pula aku tidak rela kau memikirkan tentangnya terus menerus." Dera memukul punggung Gerald membuat lelaki itu meringis sakit.

"Astaga istriku kasar sekali," kata Gerald sambil tertawa.

"Jadi semua ini hanya karena dirimu yang cemburu, hmm??" kata Dera sambil mengepalkan tangannya kuat. "Kau menyebalkan!"

Gerald terkekeh, lalu menarik pergelangan tangan Dera. Seketika menyatukankedua bibir mengagetkan Dera. Saat Gerald melepaskannya, senyum tercetak dengan sangat jelas di wajahnyanya.

"Salahmu yang terlihat sangat lucu saat kau sedang mengkhawatirkan sesuatu, rasanya aku tidak ingin memberitahumu keberadaan bocah itu supaya kau khawatir lebih lama."

"Dasar bapak tua tidak tahu diri," sungut Dera, dengan sebuah senyum di wajahnya.

"Dan bolehkah Pak Tua ini meminta sebuah ciuman selamat pagi dari istri tercintanya?" tanya Gerald kembali menarik pinggang Dera dengan tangannya.

Tanpa tunggu lama, Dera sudah menyondorkan wajahnya lalu mencium Gerald dengan lembut, yang kemudian dengan senang hati laki laki itu balas dengan ciuman yang lebih ganas.

Mereka menikmati waktu mereka, sentuhan masing masing tanpa menyadari ada seseorang yang sedang melihat mereka dengan jijik dari sofa tengah.

Aku akan menjadi nyamuk sepanjang hari ini.

.

Follow me on instagram

Nnareina

Double up!! betewe, kasian banget riannn wkwkwkwkw

Next? Komennn!!!

KOMEN ya semuanya!! Yang banyak, spam aja gapapa <3

Jangan lupa VOTE dan KOMEN! Thank youu!!

Love you all!!

Continue Reading

You'll Also Like

3.6M 106K 45
Harap kebijakannya dalam memilih bacaan. Tidak disarankan untuk anak dibawah umur. (Cerita diprivate sebagian, follow dulu untuk membaca) Dave Putra...
1.7M 54.2K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
867K 52.1K 55
Tatapan yang tajam dan gelap itu sangat menusuk mataku. Baru kali ini aku melihat seorang pria yang menatapku dengan tatapan tajam dan penuh kebencia...
1.3M 6.1K 14
Area panas di larang mendekat 🔞🔞 "Mphhh ahhh..." Walaupun hatinya begitu saling membenci tetapi ketika ber cinta mereka tetap saling menikmati. "...