Yes, Mr Billionaire [COMPLETE...

By Reiinah76

37.1M 1.7M 56.6K

"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 1... More

REVISI
Yes, Mr Billionaire
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
chapter 45
chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
PENGUMUMAN!!!
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Extra Part (1)
Extra part (2)
PENGUMUMAN!!

Chapter 58

359K 18.7K 898
By Reiinah76

Ting tong! Bel rumah tiba tiba berbunyi nyaring.

"Gerald, bisakah kau bukakan pintu? Aku tidak ingin telur ini gosong," kata Dera. Tanpa basa basi lagi, Gerald langsung bangkit lalu berjalan ke arah pintu depan.

Dera tetap memasak di dapur, membuatkan Gerald makanan simpel hanya sandwich, tapi lengkap dengan bacon, telur, selada, dan saus tomat. Selagi Dera memasak, dia mendengar suara ribut ribut dari pintu depan.

Apa ada yang terjadi?

Dera mematikan kompornya, memindahkan telur kepada sebuah piring, dan lalu segera bergegas menuju pintu depan dengan tongkatnya. Di sana Dera melihat Gerald sedang beragumen dengan dua orang laki laki.

"Saya bilang, saya tidak tahu apa apa. Dan saya mohon bapak untuk keluar dari rumah saya sekarang juga!" kata Gerald setengah membentak.

Dera menghampirinya. "Ada apa?"

Dera menatap bingung kedua laki laki itu yang menggunakan baju seragam polisi, lengkap dengan mobil polisinya di belakang.

"Apakah anda benar Dera Hawati?" tanya orang yang terlihat lebih tua.

"Iya saya Dera, ada apa mengunjungi rumah kami?" tanya Dera.

"Apakah anda mengenali laki laki bernama Rian Andrian?"

Dera terkejut mendengar nama Rian disebut. Dera terlihat terdiam sesaat, sebelum akhirnya dengan yakin dia menggeleng. "Saya tidak kenal dengan yang namanya Rian Andrian."

"Anda tampak ragu sesaat tadi."

"Saya menyangka Anda menyebut adik saya, namanya Rian Ardira, saya salah mendengar. Tapi jika Andira, saya tidak kenal." Memang pada saat seperti ini, kebohongan adalah jalan keluar yang sangat baik.

"Apakah Anda yakin? Anda tidak menyembunyikan sesuatu dari kami?"

"Jika Anda hanya ingin beromong kosong, silahkan keluar dari rumah saya!" bentak Gerald diambang kesabarannya. Dera segera memegang tangan Gerald dan menggeleng pelan.

"Kami yakin kami tidak mengenal siapapun dengan nama Rian Andira. Seingat saya itu adalah pelaku dari pelecehan seksual semalam, mengapa Anda mencarinya sampai kesini?" tanya Dera.

"Korban pelecehan seksual itu mengatakan bahwa Anda sangat dekat dengan pelaku, kami akan mengatakan dengan terang terangan, kami curiga Anda menyembunyikannya disini," kata Polisi yang kedua.

"Bukankah sekarang dia sedang berada di dalam penjara?" tanya Dera.

"Mungkin Anda tidak akan tahu, tapi tadi jam 9 pagi, pelaku melarikan diri."

Kalimat itu seakaan mengangkat beban besar dari dada Dera. Rian tidak perlu menghabiskan waktunya di balik jeruji yang dingin itu.

"Jika Anda memang yakin Anda tidak menyembunyikan siapa pun di rumah ini, kami akan pergi." Kedua polisi itu membalik hendak kembali kepada mobil mereka.

"Tunggu!" Keduanya menoleh kearah Dera. "Bisakah bapak beritahu saya nama korban pelecehan seksual itu? Mungkin saja seseorang yang saya kenal, dan saya bisa membantu sedikit."

"Saya hanya bisa mengatakan kepada Anda nama depannya saja, karena ini seharusnya tidak dikatakan pada orang sembarang. Namanya Leona, hanya itu saja. Kami pamit."

Hanya sebuah nama yang membuat Dera dan Gerald terpaku di tempat dengan mulut mereka terbuka lebar.

---

Dera terduduk lemas di sofa, sedangkan Gerald tidak bisa berhenti mondar mandir tampak resah.

"Apa maunya cewek murahan itu lagi?!" Emosi Gerald meluap. Ketika mereka berharap untuk melanjutkan hidup tanpa perempuan itu menganggu lagi, keesokan harinya dia langsung kembali memunculkan batang hidungnyamembuat kemasalahan.

Dera sama sekali tidak bergerak dari sofa dan membenamkan wajahnya kepada bantal yang sedang dipeluknya. Perasaannya berkecamuk kaca balau.

Hanya satu Leona di dunia ini yang dikenal Dera, dan dengan yakin , pasti Leona itu. Perempuan yang ditemukannya sedang menggoda suaminya diatas kursi di kantornya. Perempuan yang telah menghancurkan keharmonisan mereka berdua.

"Brengsek!!" Sebuah air mata lolos dari mata Dera.

Tes

Satu per satu tetesan air bening itu mengalir lembut, bergulir pelan di atas permukaan wajah Dera, memabasahi wajah cantik permepuan itu, mengalir terus sampai ke lehernya, membawa sakit di setiap tetesannya, menusuk hati.

Emosi Gerald langsung mereda. Dia mendekat kepada Dera, memeluk perempuan itu erat. "Ada apa, Sayang? Mengapa kau menangis?"

"Mengapa semuanya begitu sulit, Gerald?" bisik Dera pelan. "Mengapa semua orang selalu mengganggu kebahagiaan kita?"

"Aku sangat lelah."

Rasanya seperti sebuah panah menusuk hati Gerald yang terdalam.

Gerald mengusap rambut Dera lembut, lalu mencium kening perempuan itu sekali. "Walaupun banyak hal yang terjadi, dan aku juga tahu ini tidak mudah bagi kita berdua pun, tapi percayalah, kita bisa, Dera. Kita bisa melewatinya. Jangan kalut dalam tangis, aku akan berada bersamamu."

Bisikan Gerald membuat Dera tenang sesaat, tangisnya berhenti saat nada dering teleponnya menyala tiba tiba.

Panggilan dari nomor yang tidak dikenal. "Haruskah aku mengangkatnya?'

"Coba saja, mungkin itu penting," kata Gerald.

Dera memencet tombol hijau lalu menyalakan speaker agar Gerald juga bisa mendengar.

"Dera!" seru seseorang di balik sana. Suara yang begitu Dera kenal.

"RIAN!?" tanyanya kaget. "Ini nomor siapa? Kau dimana? Apa yang sebenarnya terjadi semalam? Kau tidak apa apa kan? Bagaimana kau bisa kabur dari penjara ?"

"Astaga, satu-satu, Dera. Aku tidak memiliki banyak waktu, aku tidak yakin kapan polisi akan mengetahui lokasiku dan kembali membawaku ke dalam ruangan pengap itu. Aku hanya ingin mengatakan kepadamu, aku tidak melakukan apa apa, berita tentangnya hanyalah kebohong belaka."

Tidak perlu Rian beri tahu, Dera sudah yakin bahwa laki laki itu tidak melakukan apa apa.

"Apakah kau sedang bersama dengan suamimu?"

"Aku disini, jelaskan semuanya, bocah ingusan. Kau membuat istriku khawatir," kata Gerald bengis.

"Aku tidak bisa jelaskan segalanya sekarang, tapi tolong jika ada seseorang yang menanyakan sesuatu tentangku kepadamu, katakan bahwa kau tidak mengenaliku. Tidak terkeculi siapapun."

"Aku mengerti, tapi bagaimana dengan dirimu? Apakah kau akan baik baik saja?" tanya Dera cemas.

"Aku akan melakukan sasuatu. Ada sesuatu yang harus kulakukan." Rian berbicara dengan sangat cepat, terdengar sangat terdesak."Aku harus cepat cepat mematikan ponsel ini, nomer ini aku ambil dari handphone penjaga sel ku. Tidak lama pasti lokasiku terlacak, dan aku harus segera kabur," kata Rian. "Jaga dirimu, Dan pak tua, bawa lah istrimu ke rumah sakit. Dia pasti melupakan sekarang sudah melebihi waktu check up kandungannya."

Dera terlihat kaget, dan Gerald menatap Dera melotot.

Rian yang membaca situasi diantara Dera dan Gerald tertawa kecil dari balik sana. "Satu lagi aku harus katakan. Leona tidak jahat. Aku matikan teleponnya."

Dera dan Gerald saling menatap satu dengan yang lain. Leona tidak jahat?

---

Siangnya, mereka berdua pergi ke rumah sakit. Gerald merasa sangat jengkel akan kecerobohan Dera, namun dia terpaksa memaafkannya, Dera juga tidak hidup dengan begitu tenang di Singapura.

Dalam otak Gerald, kalau soal kehamilan, Gerald tidak sudi Dera diperiksa oleh seorang laki laki, dia tidak sudi ada laki laki lain yang melihat tubuh istrinya. Karena itu dia memilih dokter keluarganya, Dokter Sania. Perempuan itu yang begitu loyal kepada keluarga Heston, langsung membatalkan semua pertemuannya dengan pasien lain, dan hanya menyisakan waktunya untuk Dera seorang.

"Janinnya sudah menginjak umur 21 minggu, bisa dicek jenis kelaminnya. Mau melakukan pengecekan USG untuk mengurangi rasa penasaran?," katanya setengah bergurau. Sebuah rasa tidak sabar memenuhi dada Gerald. Gerald menanyakan kepada Dera, dan Dera mengangguk tidak sabar.

Dera merasakan sensasi geli saat gel dingin menyentuh permukaan kulit perutnya.

Mata dokter Sania menyipit dan keningnya berkerut.

"Ada apa?" tanya Gerald was was, tidak siap mendengar apapun jika ada seuatu buruk terjadi.

Dan Gerald seungguh bersyukur, apa yang akan dikatakan dokter Sania, sama sekali tidak buruk.

wanita itu menatap ke arah layar sekali lagi lalu bergumam,

"Bayi Anda, kembar."

.

follow me on instagram

Nnareina

aku jadiin anak anaknya kembar karena inget banget dulu ada reader yang terus menersu udah minta aku untuk jadiin anak mereka kembar sepasang wkwkwkwkw

tolong komen yang banyak semuanyaaa supaya semangat nihhh.

jadi kalau mau next, komen yang banyak!!

komen

komen

KOMEN!

ngegas kan tuh wkwkwkwkwk

jangan lupa vote dan komen semuanyaa!!

love you all!

Continue Reading

You'll Also Like

1M 148K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
865K 52.1K 55
Tatapan yang tajam dan gelap itu sangat menusuk mataku. Baru kali ini aku melihat seorang pria yang menatapku dengan tatapan tajam dan penuh kebencia...
2M 9K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
1.9M 91.7K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...