Yes, Mr Billionaire [COMPLETE...

By Reiinah76

37.1M 1.7M 56.6K

"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 1... More

REVISI
Yes, Mr Billionaire
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
chapter 45
chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
PENGUMUMAN!!!
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Extra Part (1)
Extra part (2)
PENGUMUMAN!!

Chapter 55

393K 18.9K 365
By Reiinah76

Hari terasa berganti dengan begitu cepat. Sudah tiga hari lamanya Dera berada di atas kasur rumah sakit. Kakinya masih tidak bisa berjalan, namun dokter mengatakan bahwa dia sudah boleh keluar dari rumah sakit, walaupun dia masih harus bergerak menggunakan kursi roda.

Dera memutuskan untuk tetap diam di Singapura, tapi ditolak mentah mentah oleh Gerald.

Dua hari yang lalu mereka berdebat, dengan Dera yang tidak sudi kembali ke Indonesia, dan Gerald yang bersikeras ingin membawa Dera kembali ke Indonesia karena hanya di Indonseia Gerald bisa menjaga Dera dari siapapun itu yang mengincar nyawanya.

Dera tetap bersikeras untuk tetap tinggal di Singapura.

"Buktinya bahkan aku bisa menjaga diriku di sini selama 5 bulan penuh tanpa bantuanmu!" sembur Dera dengan emosinya yang berkoar koar.

"Karena dia belum datang selama lima bulan yang lalu, sekarang dia mengetahui lokasimu! Bahkan kakimu sudah tertembak! Kau pikir semuanya akan baik baik saja?" balas Gerald mencoba untuk menjadi tenang yang jelas jelas sangat gagal, karena dirinya sama sama gemas kepada Dera yang sangat keras kepala.

"Aku bukan anak kecil, dan aku bisa menjaga diriku sendiri," kata Dera tidak mau kalah.

Suasana di dalam kamar itu kian memanas, dengan emosi kedua belah pihak yang sudah mendominasi akal sehat.

Gerald tahu jelas jika dia membiarkan Dera diam di Singapura, dia akan merasa sangat khawatir bahkan tidur pun akan menjadi suatu penyiksaan baginya. Hatinya akan terasa berat meninggalkan Dera di Singapura.

Sedangkan Dera, dirinya tidak yakin bisa tetap menjaga sikap dinginnya jika kembali lagi ke Indonesia, apalagi ke rumah Gerald dengan sejuta kenangan tentang mereka hidup di sana. Sejuta memori, sejuta tangis, sejuta bahagia yang bersama sama pernah dialaminya disana.

Rasanya akan sangat tidak mungkin jika dia bisa menahan gejolak perasaannya di tempat itu, karena 5 bulan jauh dari kata cukup untuk membuat hati melepaskan diri dari Gerald. Dan Dera tidak ingin menjadi budak cinta Gerald yang bisa diambilnya dan disakiti kapan saja.

Karena itu sebisa mungkin ditolaknya paksaan Gerald.

"Ini bukan masalah sebagaimaan dewasanya dirimu! Kau ada dalam bahaya sekarang," kata Gerald.

"Dan aku sedari tadi mengatakan kalau aku bisa menjaga diriku dari bahaya itu!" balas Dera.

"Kau bukan hanya melawan seorang bocah yang mengancammu secara cuma cuma! Nyawamu bisa menjadi taruhan disini!" kata Gerald. "Tidakkah kau berpikir bahwa kau membawa dua nyawa!? Mungkin saja kau akan kehilangannya hanya karena sebuah kecerobohan kecil!"

Kata kata Gerald berhasil membuat Dera bungkam. Karena terlalu fokus kepada perasaannya, dia tidak ingat bahwa dia bertanggung jawab atas dua nyawa. Bahwa sekarang bukan nyawa dirinya saja yang menjadi taruhan.

Melihat Dera yang terdiam membuat nada Gerald melembut.

"Aku tidak akan memaksamu apa apa, terserah padamu kalau kau mau menghindariku sekalipun, aku hanya butuh kau untuk berada dekat dengan diriku supaya aku bisa menjagamu," kata Gerald.

Dera tidak bisa berkata apa apa.

"Ini demi anak kita," lihir Gerald pelan.

Dan dengan begitulah Dera setuju balik ke Indonesia, demi anaknya.

---

"Kita akan berangkat kembali ke Indonesia besok pagi. Kita akan beristirahat di apartemenku untuk sementara waktu. Tidak ada yang tahu kalau aku bekerja sama dengan orang lain membangun apartemen itu, Ellena tidak akan bisa menemui kita."

Begitulah kira kira kata Gerald pagi tadi. Mereka akhirnya pergi ke hotel Gerald, tidur di dalam kamar yang berbeda, hanya dengan connecting door yang tertutup sebagai penghubung.

Dera merasa cukup dengannya, tidak benar benar sendiri tapi tidak bersama laki laki itu juga. Dia mengharapkan tidur yang nyenyak untuk hari berat esok, tapi nampaknya, keinginannya tidak tercapai dengan mudah.

Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 malam, tapi Dera masih belum mengantuk sama sekali. Hatinya terasa berat, dan badannya terasa tegang. Rasanya seperti ada sesuatu yang mengganjal di dadanya.

Dera merasa gelisah, sedih, dan ketakutan tiba tiba. Terkadang ini akan terjadi jika Dera mencemaskan sesuatu. Dan seperti sekarang, Dera tidak bisa tidur.

Matanya terbuka lebar, dan detakan jantungnya berdetak tidak teratur. Nafasnya tiba tiba terasa susah dihirup, rasanya seperti oksigen pergi dengan perlahan meninggalkannya. Mungkin karena Dera yang sedari tadi berpikiran segala hal menakutkan yang bisa terjadi kepadanya, kemungkinan terburuk yang bisa menimpanya dengan anaknya.

Sepi, Dera merasa kesepian. Hatinya tidak bisa berdiam tenang sedari tadi. Dera tidak ingin tidur sendirian, dia ingin ada seseorang yang menemaninya. Tapi satu satunya orang yang berada di tempat itu hanyalah Gerald.

Dera menggeleng kepalanya cepat, membuang jauh jauh pikirannya lalu kembali berputar badan membalik kiri dan mencoba untuk tidur sebisa mungkin.

Namun hasilnya nihil. Jarum jam, jarum detik, jarum menit, berdetik teratur setiap detik, menit, atau jam berganti. Dan kantuk tidak kunjung mendatanginya. Dera membuka ponselnya melihat jam sudah menunjukkan jam 1.17 subuh.

Hatinya kembali terasa berat, badannya sedikit menggigil dan degupan jantugnnya terasa tidak nyaman. Dera merasa sangat tersiksa sekarang.

Dan akhirnya, Dera menyerah. Dia keluar dari kasurnya, mengambil tongkat yang disenderkan di tembok sebelah kasurnya, dan dengan bantuan tongkat itu, Dera berjalan dengan perlahan, membuka kamar Gerald pelan, sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara jika lelaki itu sudah tertidur.

Tapi betapa kagetnya dia saat tidak menemukan Gerald sama sekali di kamarnya.

Kemana dia?

Dera berjalan lebih dalam lagi, mencari sosok laki laki itu. Namun tiba tiba angin datang menerpa kulitnya, membuat Dera menggigil.

Dera sadar pintu balkon Gerald terbuka, dan dengan perlahan Dera berjalan kes ana, dengan tongkat yang menopang tubuhnya.

Dan benar saja, di balkon sedang ada Gerald yang berdiam diri menikmati angin malam sambil melihat pemandangan kota itu dengan secangkir teh hangat di tangannya. Rambut laki laki itu terapung tertiup angin, tetapi Gerald tidak sama sekali keberatan walaupun sekali kali menganggu penglihatannya.

Dengan sengaja Dera membat suara agar Gerald sadar dengan kehadirannya. Dan laki laki itu langsung berbalik melihat Dera dengan baju tidurnya berdiri disana menatap laki laki itu ragu.

"Kau belum tidur?" tanya Gerald lembut. Sangat lembut, melemahkan hati Dera.

"Tidak bisa tidur," kata Dera pelan, suaranya tertelan oleh suara angin, namun Gerald berhasil menangkap perkataan perempuan itu.

"Sama, aku pun begitu," kata Gerald pelan. "Pikiran terlalu memenuhi otakku, rasanya akan meledak."

Dera merasakan hal yang sama.

"Kau akan diam disini sepanjang malam? Kau akan masuk angin," kata Dera. Geald menataonya terkejut."J-jangan terlalu percaya diri, aku hanya tidak ingin kau jatuh sakit, karena jika begitu tidak ada artinya aku kembali ke Indonesia, penjagaku tidka bisa menjagaku."

Dera mencoba menutupi kalimat spontannya itu. Gerald terkekeh pelan, mengetahui sebenarnya masih seberapa peduli Dera kepadanya.

"Baiklah, aku juga tidak ingin masuk angin," kata Gerald sambil mengambil cangkir tehnya. "Kau akan kembali ke kamarmu?"

Dera spontan menggeleng kuat. "Tidak," katanya. Alis Gerald terangkat sebelah, "Bukan itu, maksudku.. eh... a-aku hanya tidak ingin tidur sendiri malam ini."

Sebuah senyum jahil muncul di wajah Gerald. "Jadi kau kemari untuk tidur bersamaku malam ini?" tanyanya.

Ada sedikit keraguan awalnya, tapi akhirnya Dera mengangguk pelan. Senyuman kembali membesar di wajah Gerald. Dera baru tau seberapa rindunya Dera kepada sisi Gerald yang ini, yang jahil, yang usil, tapi selalu bisa meluluhkan perasaannya.

"Wanita selalu saja jual mahal," kata Gerald sambil menggeleng pelan. Mata itu menatap mata Dera lekat lekat membuat Dera gugup.

Tanpa mengatakan apa apa Gerald membantu Dera masuk ke dalam kamarnya.

"Kemarilah," bisiknya pelan sambil menjulurkan tangan kepada Dera. Dera menerima tangan Gerald lalu membiarkan laki laki itu membantunya berjalan sampai ke kasur.

"Aku tidur di ujung kiri, kau di ujung kanan," kata Dera langsung sesaat dia terduduk di atas kasur. Dera mengambil salah satu bantal lalu menaruhnya di tengah, diantara mereka berdua. "Jangan lewati batas bantal itu sepanjang malam, kau mengerti?"

Gerald kembali dibuat tertawa melihat kelakuan Dera yang seperti anak kecil.

"Iya iya, aku mengerti, ibu hamil merepotkan," kata Gerald geli. Warna merah langsung mendominasi wajah Dera.

"Siapa yang kau sebut merepotkan!?" Gerald kembali tertawa.

"Sudah, tidurlah, selamat malam." Gerald menarik selimut sampai lehernya lalu berpura pura mendengkur. Dera menghela nafas panjang.

"Pembohong yang payah," gumam Dera, yang lalu tertidur di atas kasur itu sambil mendekati dirinya ke ujung kasur.

Tidak butuh lama, hatinya berubah tenang dan matanya terpejam mulai mengunjungi dunia mimpinya. Dadanya terasa hangat, dan hatinya terasa nyaman, sekarang dengan laki laki itu tertidur di sebelahnya. Dera tenggelam ke dalam mimpinya dengan salah satu sisi dirinya memarahinya untuk tidak terlalu membuka kembali untuk laki laki itu.

.

FOLLOW ME ON INSTAGRAM
Nnareina

hore update lagiii

dan btw, maaf komen aku ngga pernah buka ya guys. soalnya takuttt wkwkwkw. tapi tolong ttp komen yang banyak, supaya ngeliat angkanya banyak bikin semangat update.

jangan lupa vote dan komen. thank youuu

love you all!!

Continue Reading

You'll Also Like

12.6M 408K 63
~Completed~ # 1 - in complicated [28-09-20] # 4 - in romance [02-08-18] # 8 - in romance [20-07-18] # 10 - in romance [08-07-18] 'Cinta itu pelita, b...
3.5M 27.2K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
6.6M 338K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
2.2M 69.4K 52
[Tamat๐Ÿ’ฏ] SEQUEL [ZHAFRAN (ON GOING)] jangan lupa mampir jika kalian mau tau kelanjutan dari iniโ˜บ [Wajib follow and komen aku maksa] Siapa sangka per...