Yes, Mr Billionaire [COMPLETE...

By Reiinah76

37.2M 1.7M 56.8K

"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 1... More

REVISI
Yes, Mr Billionaire
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
chapter 45
chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
PENGUMUMAN!!!
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Extra Part (1)
Extra part (2)
PENGUMUMAN!!

Chapter 50

382K 19.1K 649
By Reiinah76

"Selamat pagi, Nyonya," sapa Bi Sati. Tiba tiba, pagi buta Anandya menelepon telepon rumah Gerald, mengatakan bahwa dia akan datang mengunjungi laki laki itu. Bi Sati langsung berisap siap untuk menyambutnya. "Tuan Gerald ada di dalam."

Anandya mengangguk lalu mulai berjalan masuk ke dalam rumah putranya. Sekarang jam sudah menunjukan pukul 8 pagi, dan biasanya, tidak, dulu Gerald sudah akan bangun jam segini.

"Gerald masih tertidur?" tanya Anandya pelan.

"Maaf, saya tidak tahu, Nyonya. Tuan Gerald biasanya tidak akan keluar kamarnya seharian penuh. Saya tidak yakin apaka Tuan Gerald sudah bangun atau belum," kata Bi Sati.

Anandya hanya bisa mengangguk lemah menahan sesak didadanya mendengar keadaan putranya yang begitu hancur setelah kepergian istrinya.

"Saya yang akan membangunkannya," kata Anandya berbisik parau.

"Bagaimana dengan makannya? Apakah dia masih dengan rutin memakan makanan setiap hari?" tanya Anandya.

"Tuan Gerald sudah tidak pernah turun untuk makan di meja makan, Nyonya. Saya sering meletakkan makanannya di depan kamarnya, terkadang ada beberapa yang dimakannya walaupun sekedar makanan penutup kecil, terkadang dimakannya setengah, dan terkadang tidak disentuh sama sekali," katanya pelan.

"Suruhlah siapapun untuk menghangatkan makananya, lalu bawakanlah ke kamarnya," perintah Anandya tegas. Bi Stai mengangguk patuh.

Mereka berdua menaiki tangga lalu berjalan menuju kamar Gerald. Sekali, dua kali Bi Sati mengetuk pintu kamar Gerald, namun keduanya tidak mendapatkan balasan apapun. Anandya menghela nafasnya pelan. Kali ini, dirinya sendiri berjalan maju lalu mengetuk ruang kamar putranya itu.

"Gerald! Buka pintunya sekarang juga, ini mamah, Nak," katanya.

Tidak ada jawaban dari dalam, dan saatitu Anandya baru sadar bahwa kamarnya tidak dikunci. Tanpa berkata apapun, Anandya membuka kamar itu dan sinar matahari langsung menyambut matanya menyilaukan.

Terduduklah Gerald di atas sofa kamar dengan secangkir kopi di atas tangannya, melihat ke arah jendela dengan tatapan kosong. Anandya mati matian menahan tangis yang mengancam keluar dari pelupuk matanya menatap keadaan putranya.

Gerald sudah tidak pernah merawat penampilannya lagi. Bulu bulu tipis sudah mulai tumbuh dari dagunya, rambutnya sudah mulai memanjang, dan sebuah kantung mata terletak jelas di bawah mata lelaki itu.

Lelaki itu sudah meninggalkan pekerjaannya, melimpahkannya kepada orang kepercayaannya selama dirinya merasa rusak dan tidak berdaya. Dikerahkan semua uangnya demi mencari Dera, namun di sebelah perempuan itu ada seorang ahli IT yang mengganggu pekerjaannya.

Lelaki itu semakin mengurus, badannya masih terlihat tegas, masih diktator seperti dahulu, masih saja kokoh tegak terlihat seperti seorang penguasa. Namun sebaliknya dengan tatapannya.

Bahkan siapapun bisa melihat bagaimana mata lelaki itu terlihat lebih sayu, sedih, dan kosong.

Anandya berjalan pelan menghampiri Gerald lalu duduk di sampingnya, menggenggam tangan Gerald erat.

"Lihatlah dirimu, begitu hancur, begitu tidak terawat. Dimanakah putraku yang gagah perkasa itu? Dimanakah putraku yang dengan masalah sebesar apapun akan dengan percaya diri melaluinya?" tanya Anandya dengan sebuah tangis berhasil keluar dari pelupuk matanya. "Dimanakah putraku? Dimanakah Gerald kesayanganku, Nak?"

Mata lelaki itu manatap ibunya sayu. Rasanya sudah lama dia tidak berbicara dengan perempuan ini mengingat betapa dirinya marah kepada Gerald saat mengetahui apa yang telah dilakukannya 5 bulan yang lalu.

Anandya bertekad tidak akan menemui Gerald sementara sebagai tanda marahnya kepada putranya itu, walaupun Gerald tahu, selama ini Anandya lah yang mengirimkan makanan ke rumahnya, diam diam menaruh kartu ucapan semangat kepadanya, dan selalu memperhatikannya lebih dari siapapun.

Setelah 5 bulan, hari ini lah pertama kali Gerald kembali menemui ibunya.

"Kembalilah, mamah rindur anak mamah yang dulu, yang selalu percaya diri apapun yang terjadi. Bukan dirimu yang terlihat sangat menyedihkan seperti ini," gumamnya pelan.

"Bagaimana aku masih bisa baik baik saja tanpa dirinya bersamaku?" tanya Gerald kembali kepada ibunya.

"Aku membutuhkannya, Mah, rasanya begitu sulit hidup tanpanya. Aku rindu, rindu tawa pelannya, rindu celotehan manisnya, rindu kepada segala macam hal yang pernah kita lakukan bersama. Aku menginginkan dampingannya, dan saat ku sadar, hanyalah sebuah keinginan belaka," ucpanya pelan.

Mata Anandya kembali menerawang ke seluruh bagian kamar Gerald, melihat banyak sekali botol alchohol yang perserakan di lantai, beberapa pula dilihatnya pil tidur tergeletak di sebelah botol botol itu.

"Mamah mengerti Nak, tapi-"

"Tidak! Mamah tidak akan mengert-"

Tiba tiba sebelum Gerald bisa melanjutkan perkataannya, dirinya merasakan tangan Anandya melingkar di tubuhnya. Dia memeluk Gerald erat.

"Mamah juga pernah merasakan perasaan ditinggalkan oleh Papahmu, mamah pernah juga merasakan hancurnya merasa kesepian sendirian tanpa Papahmu disebelah mamah.

"Rasanya sakit bukan? Mamah mengerti, Sayang. Tapi kita berbeda, kau masih memiliki harapan menemuinya. Kalau dirinya memang takdirmu, tidak peduli betapa susahnya hubungan kalian, akan pasti ada ujung yang bahagia. Cari dia, Nak, carilah sampai ketemu," katanya sambil mengusap lembut rambut Gerald. Anandya merasakan sebuah cairan hangat tumpah ke atas bajunya dan bahu Gerald yang mulai bergetar pelan.

"Tidak apa untuk menangis, karena jangan menyembunyikan fakta bahwa dirimu sedang bersedih. Namun, jangan juga berpikir bahwa kau bisa menemukannya dengan keadaan seperti ini," katanya. "Kau selalu mendapatkan nilai tertinggi di kelasmu, melanjutkan perusahaan ayahmu yang sudah ditumpuki hutang menjadi sebesar sekarang, kau telah menjadi seorang yang sukses dan mamah tidak akan mengatakan bahwa itu hal mudah di umurmu segini."

"Mamah percaya kepadamu, Nak."

Kembali Gerald membenamkan wajahnya di bahu ibunya sebelum akhirnya dia mendengar dering telepon dari ponselnya. Siapa?

---

"Dera! Sudah lama tidak bertemu, dan kau perutmu sudah semakin membesar saja," kata seseorang menghampiri Dera.Dia adalah seorang tetangga yang dekat dengan Dera selama berada di Singapura.

"Wah ibu sudah pulang dari Jurong West?" kata Dera sambil memeluk perempuan yang bernama Ashley itu.

"Iya Nak, Ibu rasanya sudah kangen dengan kesibukkan ibukota Singapura," katanya. "Kau akan pulang setelah berbelanja? Jalan bersama yuk."

Perempuan itu bertanya kepadanya beberapa hal, soal kandungannya, soal keadaan ibunya Charlotte, dan terkadang persoalan basa basi. Dia bercerita banyak tentang pengalamannya di luar negri, dan Dera menyimak dengan sungguh sungguh.

"Dera, Ibu mendapatkan tiket gratis konser, kau mau ikut?" tanya Ashley kepadanya.

"Konser apa, bu?" tanya Dera.

"Konser piano klasik."

Dera terdiam di tempat.

Piano.

Ingatannya kembali menerawang jauh ke masa lalu.

Satu hal yang begitu berarti bagi Dera, sebuah kenangan yang tertanam sangat dalam di di hatinya. Jemarinya merindukan dentingan piano setiap kali dirinya menekan satu per satu tuts piano. Dia merindukan dentingan, aliran nada pelan yang menghibur pendengarannya. Dan terlebih lagi, Dera rindu setiap kali dirinya membunyikan pianonya, ada seorang laki laki yang akan mendekapnya dari belakang dan memuji permainannya, meminta duet, atau terkadang meminta permainan kedua untuk dimainkan.

Dia begitu merindukan sentuhan lelaki itu, kata kata manisnya, dan perlakuannya yang membuat Dera merasa begitu berharga.

Apakah Gerald merindukanku seperti diriku yang sangat merindukannya?

Tidak terasa sebuah air mata keluar dari mata gelapnya.

"Ada apa, Dera, mengapa kau menangis!?" tanyanya pelan. Dera mengelap matanya pelan lalu menggeleng.

"Tidak hanya kelilipan, Bu," katanya tertawa kecil.

"Aku menyukai piano, dan pasti akan menyenangkan bila bisa melihat permainan profesional dengan Bu Ashley. Kapanpun aku bisa," kata Dera dengan senyum palsu di wajahnya.

"Aku senang ada yang akan menemaniku nanti," katanya.

Dera mengangguk dan tersenyum lebar. Mereka berdua kembali berjalan, berbelok ke blok rumah mereka, Ashley rumah nomor 2, dan Dera tinggal di nomor 8.

"Dera," panggil Ashley pelan.. "Mobil siapa yang terparkir di depan rumahmu itu? Terlihat sangat mahal."

Dera mengalihkan pandangannya, melihat sebuah mobil hitam bersih terparkir jelas di depan rumahnya. Mobil sport hitam dengan sebuah garis silver di tengahnya, begitu terawat dan sangat mengilap dibawah terik matahari.

Mobil bermerk itu dengan harga setinggi gedung pencakar langit, terlihat begitu mewah di blok rumah sederhananya. Beberapa orang lewat dan terlihat begitu penasaran, namun tidak dengan Dera.

Karena dia tahu jelas siapa pemiliki dari mobil berlogo merk terkenal itu.

Oh tidak!

.

Follow me on instagram

Nnareina

Hii semuanyaa, kangen ga??

Udah lima hari aku ngga update, maafkannn

Alasannya kenapa? Karena aku memiliki sesuatu hal yang bener bener aku harus kerjain, udah aku undur dari desember lalu sampai akhirnya sekarang baru selesai masa wkwkkww. Karena itu, mulai sekarang aku udah bisa jauh lebih banyak update lagi. Stay tune aja aku aktif hehehe.

Maafkan semua, dan untuk Carl juga aku akan mulai update lagi besok yaa.

Sekali lagi maaf dan terimakasih.

Nantikan kelanjutannya jeng jeng jeng jeng, udah 5 bulan wkwkw

Jangan lupa vote dan komen. Thank you!!

Love you all!!!

Continue Reading

You'll Also Like

750K 3.3K 12
Hts dengan om-om? bukan hanya sekedar chatan pada malam hari, namun mereka sampai tinggal bersama tanpa ada hubungan yang jelas. 🔛🔝 my storys by m...
15M 597K 70
[COMPLETED] [#2 in Romance (23/9/2018)] David August Addison Seorang CEO dari perusahaan terbesar pertama didunia. Dia sudah banyak menerima pengharg...
1.4M 111K 36
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
531K 15K 50
Rank: #124 = 2017, 09, 15 Perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtua mereka yang mau tidak mau harus diterima oleh keduanya Disetiap cerita pasti...