Yes, Mr Billionaire [COMPLETE...

By Reiinah76

37.2M 1.7M 56.8K

"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 1... More

REVISI
Yes, Mr Billionaire
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
chapter 45
chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
PENGUMUMAN!!!
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Extra Part (1)
Extra part (2)
PENGUMUMAN!!

Chapter 49

381K 18.7K 604
By Reiinah76

Seminggu yang lalu

Dera terduduk di atas sofa dengan tatapan mata kosong. Langit sudah menjadi gelap dan lampu lampu dari luar jendela sangat menyilaukan matanya. Sekarang dirinya berada di kos lamanya Charlotte, dia sangat akrab dengan pemilik kos sehingga diadiperolehkan untuk meminjam satu kamar kosong sebentar saja.

Dera meminta untuk dibiarkan sendiri di dalam kamarnya, dan Charlotte membiarkannya sementara perempuan itu mengurus beberapa hal untuknya.

Dera terduduk dengan lemas dan gelisah.  

Hatinya terasa sangat dingin, tidak ada kehangatan yang biasa dirasakannya, tidak ada kasih sayang yang biasa menghibur perasaannya. Kembali lagi seperti dahulu, saat dunianya masih monokrom, , di dunianya dimana dia merasa sendiri dan kesepian, dan di dunianya tanpa seorang Gerald mendampingi hidupnya.

Wajahnya yang kaku karena bekas air mata kembali dibasahi oleh cairan yang sama. Tangis adalah hal yang dibencinya, karena tetesan air mata hanya akan membuat dirinya merasa lemah. Tangis hanya akan membuat dirinya semakin merasa sepi, dan tangis hanya bisa membuatnya semakin rindu kepada sosok Gerald yang telah menyakiti hatinya.

Mau sebagaimana pun dirinya mencoba, kalau memang Tuhan tidak mengijinkan, semuanya akan hancur.

Dera hanya bisa tertawa miris, menatap betapa bodoh dirinya yang membiarkan Gerald masuk ke dalam hatinya, membiarkan laki laki itu menghancurkannya sedikit demi sedikit.

Dan betapa bodohnya dia, dengan segala kepahitan yang dirasakannya, hatinya masih terus mencintai laki laki itu.

"Sekarang tinggal sisa kita berdua, nak," bisiknya pelan tanpa mengalihkan perhatiannya dari jendela. Kembali lagi setetes air mata terjatuh pelan keluar dari pelupuk matanya. "Maafkan mamah yang egois meninggalkan papahmu, padahal mamah tahu nanti kelak kamu akan membutuhkan sosok ayah untuk pertumbuhanmu."

Tangis kembali menitik pelan keluar dari matanya saat dia membayangkan kehidupannya kedepan menjadi seorang single mother.  

“Maafkan Mamah, Nak,” ucapnya lirih menutup matanya erat.

Suara pintu terbuka masuk ke dalam indra pendengarannya, dan di sana masuklah sosok Rian ke dalam kamar itu.

"Maaf, kau ingin sendiri? Aku akan keluar," katanya.

"Tidak, tetaplah disini," kata perempuan itu. Matanya terlihat sangat merah. Dalam diam, Rian mengangguk pelan, menutup pintu di belakangnya, lalu terduduk di sebelah Dera.

Keduanya duduk dalam diam dengan pikiran mereka masing masing. Rian berusaha mengangkat pembicaraan, namun dia ragu. Dan pada akhirnya Dera yang lebih dulu memecahkan keheningan.

"Aku ingin meminta maaf, aku telah merepotkanmu," kata Dera pelan.

"Tidak apa, aku tidak keberatan," kata Rian pelan.

"Dera," panggil laki laki itu.

"Hmm?"

"Kau baik baik saja?" tanya Rian lembut. Dera membalikkan wajahnya kehadapan Rian lalu menatap lelaki itu sendu. "Kau sebetulnya belum siap bukan? Dengan semua ini, dengan hal apa yang akan terjadi kedepan. Kau akan tinggal dengan Charlotte di Singapura, kau akan kehilangan kehidupanmu di Indonesia, kau akan meninggalkan hidupmu di tempat ini," kata Rian.

"Walaupun dengan yakin kau mengatakan bahwa kau tidak apa, aku tahu dalam hati kau masih ragu, bukan? Karena aku tahu, kau masih sangat mencintai laki laki itu tidak peduli sebagaimana kau disakiti olehnya."

Kembali lagi Dera menitikan air matanya, dia menutup wajahnya dan membiarkan air mata menggenang diatas telapak tangannya. Dera mengangguk lemah disela tangisnya.

Tatapan Rian melembut. "Kau tahu, aku begitu iri kepada laki laki brengsek itu karena telah mendapatkan hatimu," katanya. Dera menatap Rian. "Namun apa yang bisa ku lakukan? Kau buta cinta kepada lelakimu itu," kekehnya pelan.

"Kalau saja aku mencintaimu, pasti aku tidak akan pernah merasakan sakit seperti ini, bukan?" gumam Dera pelan.

"Namun, kau juga tidak akan pernah sebahagia saat kau bersama dengan Gerald Heston. Kau lahir ditakdirkan untuk mencintainya," kata Rian. Rasa bersalah kembali memenuhi dada sesak Dera.

"Sebagaimana aku benci untuk melakukannya, tapi sekarang juga aku ingin membawamu ke sebelah laki laki itu. Lebih baik ku pendam saja perasaanku daripada aku harus melihatmu menangis dan hancur seperti ini," kata Rian. Lengan lelaki itu mengusap pundak Dera pelan.

"Menangislah, karena tangis bukan jaminan kelemahan. Terkadang tangis bisa menjadi sahabatmu dalam kesusahan, memendam sakitmu hanya akan membuatmu semakin tersiksa."

Hati Dera kembali terasa sakit, begitu sakit rasanya seperti pisau sedang menyayat hatinya begitu dalam. Air mata tidak bisa ditahannya dan seperti apa yang dikatakan Rian, dia menangis sejadi jadinya.

"Aku yang terlalu mencintainya! Aku yang terlalu percaya kepadanya dan aku yang terlalu mempercayai perasaanku," kata Dera diantara tangisnya. Suaranya melemah dan badannya bergetar kencang.

"Apa yang harus aku lakukan, Rian? Ini terasa begitu menyakitkan," gumamnya pelan.

Rian hanya bisa terduduk di sana dengan tangannya yang mengusap pundak Dera pelan. Lelaki itu hanya bisa terdiam, menatap nanar gadis yang begitu dicintainya, menangis begitu keras karena lelaki lain yang menghuni hatinya.

---

5 bulan kemudian.

Dera sudah terbiasa dengan kehidupannya di Singapura. Perutnya sudah melar seperti halnya perempuan dengan usia kehamilan 5 bulan.

Dia tinggal di rumah lamanya Charlotte dengan ibunya Charlotte. Perempuan paruh baya itu memiliki penyikit stroke sehingga membuatnya susah untuk bangkit dari tidurnya. Makanya setiap hari Dera dan Charlotte bergantian mengurusnya. Biasanya tantenya akan mengurus ibunya itu namun semenjak Charlotte kambali ke Singapura, tantenya kembali ke rumahnya dulu.

Charlotte harus pergi bekerja setiap hari, dia kembali mencari pekerjaan di Singapura menjadi seorang suster di rumah sakit. Dera selalu menawarkan dirinya untuk mencari kerja, namun tidak pernah diperbolehkan oleh Charlotte karena dia tidak ingin terjadi sesuatu dengan Dera dan kandungannya.

Jadi selama Charlotte kerja, Dera mengurus ibunya di rumah. Karena setengah badan perempuan itu tak bisa bergerak, wanita itu memang kesusahan untuk berbicara. Namun karena terbiasa, Dera sudah mengerti apa yang dikatakan perempuan itu. Mereka berbincnag sepanjang hari, Dera membantunya untuk makan, membantunya untuk mandi, membantunya melakukan kegiatan sehari harinya selama Charlotte bekerja demi obat ibunya.

Biaya kehidupan Dera semua ditanggung oleh Rian setelah perdebatan sengit mereka seminggu penuh. Dera akhirnya pasrah dengan keras kepalanya Rian. Setiap bulan, Rian akan mengirimnya sejumlah uang melalui rekening Charlotte. Dia tidak ikut pergi ke Singapura karena dia memiliki kehidupan di Indonesia yang tidak bisa ditinggalkannya.

Setelah anaknya lahir dan besar sedikit, Dera sudah bertekad akan berkerja dengan keras dan mengembalikan semua uang yang telah diberikan oleh lelaki itu.

Hatinya masih terasa sakit setiap mengingat Gerald, terkadang dia merasa sangat lemas dan rasanya ingin menangis setiap mengingat memori dengan lelaki itu.

Namun hidup akan terus berjalan, dan jika kita terlalu lama berdiam ditempat, kita tidak akan pernah bisa maju satu langkah pun.

Karena itu sekarang fokus utama Dera adalah untuk melupakan segala kenangannya dengan laki laki itu, dan berjalan maju selangkah demi selangkah dengan memulai hidup barunya di Singapura.

"Dera," panggil Charlotte. Perempuan itu keluar dari kamarnya lalu menghampiri perempuan itu.

"Kenapa kak?" tanyanya.

"Kemarin aku tidak sempat pergi ke pasar karena aku mendapatkan pasien yang cukup merepotkan, bisakah kau belanja makanan untuk malam ini? Uangnya sudah kuletakan di atas meja."

Dera mengangguk mantab. Lumayan menghitung hitung melepaskan beban karena dia yang sudah merasa kebosanan diam di rumah.

"Oke, aku akan mengganti bajuku dulu," katanya antusias. Charlotte terkekeh pelan.

Kau tidak memiliki waktu untuk terus melamun dan memikirkan masa lalu, bodoh! Sekarang hidupmu disini bukan di masa lalumu! Aku harus kuat.

Dengan begitu Dera melangkah ringan, siap mendapati apapun yang akan dialaminya nanti tanpa seorang Gerald menemani setiap hembusan nafasnya.

.

Follow me on instagram
Nnareina

Ini sih hampir ngga ada apa apa wkwkkww.

Jangan lupa vote dan komen. Thank youu

Love you all!

Continue Reading

You'll Also Like

SPARKLE [end] By L

Short Story

624K 65.9K 32
Jungkook menemukan anak kecil di depan pintu rumahnya dengan surat yang mengatakan jika anak itu adalah anaknya
2.2M 70.3K 52
Tak mudah hidup sebatangkara. kesepian... itulah yang ku rasakan. beban hidup ku bertambah ketika aku bertemu dengannya, ya dia CEO di tempat ku beke...
2.5M 30.7K 29
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...
2.5M 82.1K 52
Rank #2 in Romance on March, 12th 2016 Aku menyukainya sejak lama. Kami berteman dan bersahabat sejak kami masih di bangku sekolah pertama. Kali itu...