Jangan lupa tinggalkan komentar ya! :)
.
.
.
.
.
.
Sebelum Jeffrey keluar dari toilet, aku segera mencari pramusaji yang membawa wine dalam nampannya, kemudian menunggu di depan lorong ke arah toilet. Saat Jeffrey mulai terlihat, aku berjalan pelan dengan segelas wine di tangan kanan dan memandang ke lantai.
Brukk!
Gotcha!
Sesuai rencanaku, tubuh kami bertabrakan, wine yang kupegang meluncur begitu saja membasahi tubuh bagian atas dan gelasnya pecah tanpa bisa ditahan.
"Oh, shit!" umpatku pelan, berpura-pura kesal karena kejadian ini.
Bisa dipastikan Jeffrey merasa bersalah, ia meraih lenganku dan berucap, "Are you okay? I'm so sorry. I will help you to clean it."
"No, I'm fine. It's okay. I will do it by myself."
Kudongakkan wajah perlahan, saat itu juga Jeffrey terlihat memiliki ketertarikan padaku. Selama beberapa saat ia membeku, sampai akhirnya melepaskan jas yang dipakainya untuk menutupi tubuhku.
"You can use my blazer to cover your dress. I'm so sorry for what's happening."
Untuk membuatnya semakin penasaran, kutarik salah satu ujung bibir dan mengangguk. "Well, so kind of you."
Aku berhasil mendapatkan balasan berupa senyum manis dari bibirnya. Kami terus bertatapan selama aku memakai jas miliknya. Ia bahkan sempat memandangi tubuhku dari atas ke bawah, seolah menilai berapa angka yang cocok untuk wanita yang tengah mengenakan pakaiannya ini.
"Thanks for your help, Mister?"
"I'm Green, Jeffrey Green," katanya sembari mengulurkan tangan, "and?"
Dengan senang hati, kujabat tangan Jeffrey, tanpa ia ketahui, sarung tangan tipis yang kugunakan berhasil menyalin sidik jarinya.
"Jane Olivier, just call me Jane, Mr. Green."
"Well, for my apologize, I will treat you for a drink. What do you think?"
"I'd like to say yes, but I can't. Maybe later?"
"It's okay, just give me your number, I'll text you."
"Deal""
Maafkan aku Agen Kang, mungkin kau akan mendapat teror setelah ini.
Terpaksa kuberikan nomor Agen Kang pada Jeffrey. Setidaknya, nanti mereka akan mengurusnya. Aku tidak mungkin memberikan nomorku kalau tidak ingin ketahuan.
Setelah memberikan nomor Agen Kang pada Jeffrey, aku segera pamit dengan berpura-pura harus segera pulang dan mengganti pakaian. Untunglah Jeffrey tidak curiga. Kucari keberadaan Siwon, kemudian bergegas keluar dari pesta sebelum ada yang menyadarinya.
"Kau mendapatkannya?" tanya Siwon sesaat setelah kami masuk ke mobil.
Aku tersenyum bangga. "Tentu saja, Mia Alexandra Savannah tidak pernah gagal."
Siwon tertawa sembari menekan gas. Kunyalakan alat komunikasi yang terpasang di pemutar musik dalam mobil.
"Lapor, Agen Savannah dan Choi berhasil mendapatkan sidik jari Jeffrey."
"Well done team! Aku akan mengirimkan alamat apartemen Jeffrey," balas Agen Kang.
"Baiklah..." aku menggantung kalimat, "Mm... maaf, tapi aku terpaksa memberikan nomormu pada Jeffrey dan mengaku bahwa itu adalah nomorku. Jadi, kuharap kalian bisa mengatasinya," kataku yang kemudian langsung mematikan alat komunikasi sebelum Agen Kang marah.
Siwon sontak mengacak-acak rambutku dengan tangan kanannya. "Bad girl," gumamnya gemas yang kusambut tawa.
Well, sekali-kali melibatkan Agen Kang dalam hal seperti ini menyenangkan juga.
Apartemen Jeffrey berjarak cukup jauh dari tempat diadakannya pesta, itu berarti, kami memiliki lebih banyak waktu untuk mencari informasi di sana.
Keadaan di sekitar apartemen pria itu juga tidak begitu ramai. Namun, sebelum masuk, kami mengganti pakaian terlebih dulu. Kami akan berakting layaknya pasangan suami istri. Untuk penyamaran, aku juga menggunakan kaca mata dan tahi lalat palsu di atas bibir, sedangkan Siwon menggunakan rambut dan kumis palsu.
Agar tidak ketahuan, kami berbagi tugas. Siwon akan meng-hack CCTV dan menunggu di luar ruangan. Tidak perlu khawatir, alat yang digunakan Siwon hanya seukuran ponsel. Sementara aku akan masuk dan mencari informasi.
Setelah berhasil membuka pintu, kusiapkan dua buah pistol dalam genggaman. Bukan pistol seperti biasanya, melainkan pistol berisi bius. Aku tidak ingin meninggalkan jejak dan membuat kehebohan dengan membunuh orang.
Mewah dan terbuka. Itulah yang ada dalam pikiranku begitu memasuki apartemen Jeffrey. Entah apa yang mendorongnya sampai membuat ruangan utama berdinding kaca.
"Angkat tangan! Siapa kau berani memasuki ruangan ini?!"
Oh, sialan. Baru saja aku melangkah beberapa kali dan sudah menemui halangan. Kulihat pantulan seseorang yang berteriak di belakangku melalui televisi. Dua orang lelaki dan mereka bersenjata.
Well, sudah saatnya untuk bermain.
"Angkat tanganmu dan berbaliklah, atau kutembak sekarang juga!" teriaknya lagi.
Kuikuti permainan mereka dengan mengangkat kedua tangan. Perlahan, aku berbalik ke belakang dan melihat ekspresi was-was kedua orang tersebut.
"Serahkan senjatamu atau kami akan langsung menembak dari sini!" gertaknya sembari terus menodongkan pistol ke arahku.
Aku terkikik pelan dan berucap, "Kalian menginginkan senjataku? Maka ambilah kalau bisa."
TO BE CONTINUED
- BTW kalian #TeamSiwonxMia
atau
- #TeamBaekhyunxMia nih?
[BONUS]
-THEO JAMES as JEFFREY GREEN RUFALLO