Prince Of Sea [REVISI]

By Lalaterbang

264K 14.3K 643

Tentang kami, makhluk yang hidup di dasar laut. Dan tentang dia, seorang gadis manusia. [ R E V I S I ] Per... More

Prologue
CAST
Halaman 1 : Awal Sekolah
Halaman 2 : Bertemu Gadis Barbie
Halaman 3 : Setetes Kejujuran
Halaman 4 : Kehidupan Baru
Halaman 5 : Neptune
Halaman 7 : Siren Terkutuk
Halaman 8 : Hiduplah Bersamaku!
Halaman 9 : Okta
Halaman 18 : Terlalu Menyakitkan
Halaman 19 : Terlalu Menyakitkan (2)
Halaman 20 : Kekuatan Marcel
Halaman 21 : Belanja Bersama Marcel
Halaman 22 : Janjimu, Janjiku Untukmu
Halaman 23 : Latihan Basket
Halaman 24 : Serpihan Penyesalan
Halaman 25 : Sparing Basket
Halaman 26 : Me and My Imagination
Halaman 27 : Terulangnya Rasa Sakit
Halaman 28 : Aku Menangkapmu
Halaman 29 : Mengejutkan
Halaman 30 : Karma
Halaman 31 : Chiko's Birthday Party
Halaman 32 : Chiko's Brithday Party (2)
Halaman 33 : Dia Menyayangimu
Halaman 34 :Janji Untuk Selamat
Halaman 35 : Perjalananku
Halaman 36 : Sherina
Halaman 37 : Penolakan
Halaman 38 : Belajar Berjalan, Hm?
Halaman 39 : Inilah Alasanku Untuk Menjauhimu
Halaman 40 : He's a CEO?
Halaman 41 : My New Friend
Halaman 42 : Mr. Forn's Family
Halaman 43 : A Mr. Forn Mission
Halaman 44 : Pertemuan
Halaman 45 : Menemukan Dirimu
Halaman 46 : Bellanzi Reina Demelish
Halaman 47 : Hai Nona, Kita Bertemu Kembali
Q/A PART 2
Halaman 48 : Aku (tidak) Baik-Baik Saja
Halaman 49 : Kejutan
Halaman 50 : Kebahagiaan Dalam Duka
Halaman 52 : Jangan Menangis
Halaman 53 : Melewatkan Kesempatan
Epilogue

Halaman 51 : Aku Bahagia

2.8K 142 11
By Lalaterbang

Picture : Sea dan Vale

✺✺✺

Kamu tidak bisa mengukur kebahagiaan orang lain dengan sesuatu yang bahkan sangat membahagiakanmu.

✺✺✺

<Author's POV>

Gelembung udara milik Sea terus berjalan dengan kecepatan sedang. Awalnya menggunakan kecepatan penuh, tapi Vale yang ketakutan akhirnya merajuk.

"Sea, ada yang mengganjal di pikiranku. Ketika kau menyembuhkan tanganku keluar cahaya hijau dan cahaya itu sama seperti cahaya yang pernah kau berikan persis saat aku baru menjadi Siren. Kekuatan apa itu, Sea?" tanya Vale.

"Cahaya hijau? Maksudmu yang ini?" Sea menunjukkan sebuah cahaya hijau yang keluar dari tangannya. "Lihatlah!"

Sea menyentuh sebuah anemon laut yang telah rusak dengan cahaya hijau ditangannya. Beberapa saat kemudian anemon itu kembali tumbuh seperti semula.

"Kekuatan ini diturunkan oleh Bunda, sama seperti kekuatanmu namun bedanya kekuatanmu adalah penyembuh perantara sedangkan aku penyembuh langsung," jelas Sea.

"Penyembuh perantara?"

Sea mengangguk. "Menggunakan tumbuhan, terutama tumbuhan sulur sebagai perantara. Jika diteliti kembali, justru kekuatankulah yang lebih kuat namun sekuat apapun kekuatan seseorang pasti memiliki kekurangan, kekuranganku yaitu hanya dapat digunakan maksimal dua kali."

"Jika lebih dari dua kali?"

"Aku akan pingsan." Sea menjatuhkan kepalanya dipundak Vale.

"Tadi kau menggunakan kekuatan hijau untuk yang kedua kalinya, tapi tidak pingsan, tuh?" ucap Vale hampir berbisik.

"Apakah aku harus pingsan terlebih dahulu agar kamu percaya padaku?"

"Tidak. Tidak perlu sampai seperti itu."

"Aku masih memiliki kejutan lainnya, apa kamu siap?" Sea memeluk tubuh Vale erat, mencium pundaknya.

"Kejutan lain? Benarkah?!" Vale girang hingga berani mencium pipi Sea dengan semangat.

"Damn, kamu telah berkali-kali bertingkah seperti ini. Apakah kamu benar-benar memancingku, hm?" ucap Sea dengan suara seraknya. Sea sudah cukup menahan hasratnya saat ini juga, kalau mau ia pasti langsung memakan Vale sekarang juga.

"Astaga, wajahmu memerah!" Vale tertawa melihat Sea yang sedang cemberut kesal.

Kau akan rasakan akibatnya karena telah mengerjaiku. Lihat saja nanti, hukuman apa yang akan menantimu.

✺✺✺

Sea dan Vale yang baru saja mendarat langsung disambut oleh para pelayan. Para pelayan itu menuntun Vale masuk kedalam suatu ruangan, meninggalkan Sea yang hanya mengangguk kecil.

Vale mulai membersihkan diri. Awalnya pelayan menawarkan untuk menemaninya mandi, namun Vale menolak secara halus, mana mungkin dirinya membawa beberapa orang hanya untuk membersihkan tubuhnya saja.

Hari ini Vale diperlakukan bagai putri kerajaan. Diberi gaun putih mewah dengan motif bunga dibagikan atas dan riasan wajah yang tipis karena Vale kurang menyukai riasan tebal.

Mungkin karena saking terkejutnya, ia tidak menyadari acara apa yang akan diadakan nanti, seakan kinerja otaknya melambat hingga tidak peka terhadap suasana sekitar.

"Sebenarnya akan ada acara apa disini?" Vale duduk di meja rias, rambutnya tengah dibentuk seindah mungkin oleh pelayan.

"Maaf, kami tidak diperkenankan untuk menjawab pertanyaan anda, Tuan Putri," jawab salah satu dari mereka.

Setelah dirasa cukup, para pelayan mulai menuntun Vale keluar dari ruangan. Didepan pintu Neptune telah menunggu dengan jas hitam besar yang membalut otot kekarnya.

"Astaga, Neptune sejak kapan anda berada disini?" Matanya berkilat kaget melihat seorang Raja Laut berada di daratan yang notabenenya bukan tempatnya.

"Sejak tadi mungkin. Ayo, kemarikan tanganmu, aku akan mengantarmu menuju ruang tengah." Neptune mengulurkan lengannya. "Ngomong-ngomong menantuku, kau sangat cantik sekali malam ini."

"Benarkah? Neptune juga tampan malam ini. Tidak. Neptune selalu tampan di setiap saat." Vale terkekeh geli.

"Demi Poseidon. Kau membuat pria tua ini malu seperti anak remaja yang dipuji oleh kekasihnya," ucap Neptune semakin mengecilkan suaranya.

"Ternyata Napetune pandai juga dalam bergurau." Vale sedikit mengangkat gaunnya agar sebagian tidak terlalu menyapu lantai.

"Oke, cukup. Untuk kali ini kita akan serius, coba lihatlah ke depan."

Tatapan Vale beralih menatap ke depan di mana terdapat tamu undangan yang serasi dengan gaun soft pink, juga undangan lelaki yang kontras menggunakan tuxedo hitamnya.

Kecuali Neptune dan Sea, keduanya menggunakan jas berbeda dari tamu undangan. "Wow!" Sebuah kata yang terucap oleh Vale ketika melihat pemandangan ini.

Sea yang sedang berdiri tegak di tengah ruang utama hanya dapat terpaku melihat kecantikan calon istrinya menggunakan gaun putih itu. Matanya tak henti-henti untuk menatap Vale barang seditik pun.

Cantik, seperti biasa.

"Sayang, kau sungguh cantik sekali malam ini." Sea membelai rambut Vale dengan jemarinya. Tatapannya sangat memuja kekasihnya itu.

Kepala Vale menunduk malu. "Sea, sejak kapan kau merencanakan ini semua? Kukira sudah cukup kita menikah di laut namun ternyata kau memahami perasaanku juga. Aku... aku tidak bisa memberikanmu apa-apa dibandingkan dengan apa yang kau berikan selama ini untukku."

Sea menghela nafas, ia mengangkat dagu Vale perlahan hingga mendongak kearahnya lalu menyeka airmata yang menetes diujung matanya. "Vale, cukup dengan kehadiranmu di sisiku membuat kebahagian besar dalam kehidupanku terasa lebih sempurna."

Suara batuk seseorang menghentikan acara romantis mereka berdua. "Ehm, maaf, Nak, acaranya akan dimulai, bisakah perbincangan kalian lanjutkan nanti saja?" Neptune terkekeh geli.

Sea memutar bola matanya malas. "Astaga, dasar Ayah!"

Dihadapan pendeta mereka mereka mengucapkan janji suci sehidup semati, pendeta tersenyum lalu mempersilahkan kedua mempelai untuk saling berciuman.

"Sea, aku malu." Kedua pipi Vale sudah semerah tomat meski tertutupi blash on sekalipun.

"Sayang, kamu hutang sebuah ciuman untukku ketika kita berada di pesawat, remember?" Sea mendesah lelah, pasti Vale tidak akan mau menciumnya apalagi ditempat umum seperti ini.

Mata Sea membulat sempurna ketika Vale dengan beraninya berjinjit untuk mencium bibirnya karena tinggi yang berbeda. Vale mencium bibirnya duluan, ingat di bibir bukan pipi!

Sorak tepuk tangan memenuhi ruangan, mereka memandang iri pasangan muda dihadapannya. Sang Pangeran ternyata romantis kepada kekasihnya membuat mereka hanya dapat gigit jari.

"Sayang, ternyata kamu telah berani menciumku terlebih dulu, hm?" goda Sea membuat Vale harus menunduk karena pipinya memanas. "Baiklah, aku akan memberi hadiah atas keberanianmu."

"Benarkah? Hadiah apa itu?"

"Nanti, setelah kita menyambut para tamu undangan serta kolega-kolegaku." Sea tersenyum, menyambut uluran tangan tanda selamat dari para tamu.

Vale menarik nafas, menunggu hadiah apa yang akan diberikan Sea kepadanya. Tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang membuatnya hampir terjungkal karena dress putih yang ia kenakan terlalu panjang.

"Dear, barbieku..." Suara ini, ia kenal suara ini.

"Tante?" Vale ikut membalas pelukan sang Tante. Berusaha sekuat tenaga untuk tidak meneteskan air mata.

"Sayangku, kamu sudah besar, Nak. Kamu cantik sekali malam ini. Ya Tuhan, kenapa cepat sekali waktu yang kau berikan untuk bersama keponakanku tersayang ini?" Helen menangis haru dipelukan keponakannya.

"Kalau bukan karena kekasihmu yang tampan itu sampai bersujud-sujud di kaki suamiku agar mendapat restu, pasti kamu masih ada bersama kami, Nak," lanjut Helen dengan tersedu-sedu.

Vale langsung melepaskan pelukan Helen karena heran. "Sea sampai bersujud-sujud? Tapi kapan? Setahu aku kita selalu bersama, jadi--"

Mendadak mulutnya dibungkam oleh sebuah tangan besar milik Sea. "Sstt, ada hal yang tidak perlu kamu ketahui, sayang. Yang perlu kamu tahu, aku akan melakukan apapun termasuk bersujud untuk mendapatkan restu dari Pamanmu."

Felix mengangkat bahu acuh, meski sebenarnya ada rasa berat yang menyelimuti benaknya. "Awalnya aku berpikir buruk tentang suamimu. Ya, karena aku cukup terkejut mendengar hal yang baru kudengar sekarang. Namun melihat ketulusan dimatanya membuat hatiku terenyuh dan kini aku telah merestui hubungan kalian, bukan?"

"Ehm!" Neptune terbatuk sengaja. Aku bagaikan tokoh figuran yang mudah diabaikan. Aku ini Neptune! Awas saja kau Sea!

Sea yang menyadari bahwa sang ayah telah memberi kode, akhirnya memperkenalkan. "Ah iya, aku lupa. Ini... Neptune. Maksudku Mègála Keymata, Ayahku."

Felix mengulurkan tangan. "Perkenalkan saya Felix Baumgartner, Paman dari Vale. Senang berkenalan dengan anda, Tuan Mègála."

Neptune membalas uluran tangan Felix lalu mengeratkan jabatan tangannya. "Key. Panggil saja namaku Key. Senang juga berkenalan dengan anda, Tuan Felix."

"Maaf sebelumnya, Ayah, Paman, dan Tante, tapi kami harus menyapa tamu yang lain. Tidak ada yang keberatan, bukan?" tanya Sea.

"Oh, sama sekali tidak, Nak. Ayah akan sedikit berbincang-bincang dengan Tuan Felix ini." Neptune tersenyum. Dan Sea tahu, ini bukan sebuah senyuman biasa.

Ayah, kumohon jangan lakukan hal yang tidak-tidak di acaraku yang bahagia ini.

Seolah mengerti tatapan sang anak, Neptune membalasnya dengan sebuah kedipan mata.

Tenang saja, putraku. Aku hanya akan berbincang, bukan berkelahi.

Setelah Sea dan Vale pamit undur diri, Neptune kembali menyunggingkan senyum. "Sampai mana pembicaraan kita tadi?"

Siapa sebenarnya manusia ini sampai berani membuat putraku bersujud di kakinya?!

✺✺✺

Pukul setengah sembilan malam, Sea dan Vale tengah beristirahat setelah mengganti baju pernikahan untuk yang kedua. Jas dan dress berwarna soft blue terlihat sederhana namun nampak memukau.

"Sayang, kamu harus janji terlebih dahulu padaku agar tidak menangis untuk saat ini."

Sea berdiri, menyembunyikan sesuatu dibelakang punggungnya yang akan diberikan untuk Vale.

"Menangis untuk apa?" Firasat Vale memburuk. "Ayolah Sea, katakan padaku!"

"Aku tidak pernah bercanda, sayang. Ini, ini hadiahmu." Sea menunjukkan ponselnya yang tertera wajah Marcel didalamnya, sebuah Video Call.

"Ya ampun, Marcel?!" jerit Vale histeris. "Kamu baik-baik saja?"

Mata Vale kini membendung air mata namun enggan untuk meneteskannya karena Sea telah mengancamnya, karena kalau sampai menangis pasti Vale harus balik ke ruang ganti untuk merias kembali wajahnya yang basah karena airmata.

"Baik, aku amat baik," ucap Marcel lembut. "Kenapa kamu tidak menangis ketika melihatku? Pasti kamu telah diancam oleh Pangerang Bodoh itu ya?"

Vale terkekeh seraya melirik Sea yang tengah memutar matanya malas. "Hei, nanti kamu bisa dihukum oleh Sea, loh."

Marcel menggeleng. "Sea tidak akan sempat menghukumku sebelum aku mati."

"Marcel! Aku tidak suka kamu berbicara seperti itu! Sembuh, kamu pasti sembuh!" tegur Vale kesal.

Marcel mengalihkan topik pembicaraan. "Astaga, aku lupa memberi selamat. Selamat ya, Vale. Akhirnya kamu dan Pangeran dapat bersatu dalam sebuah ikatan yang sah. Aku turut bahagia." ...setidaknya, ada dia disaat aku telah tiada.

"Marcel..." Vale tahu, pasti Marcel sedang menahan rasa sakit dihatinya.

"Semoga kalian menjadi pasangan hingga kakek nenek seperti tokoh di film 'Up'," ucap Marcel girang.

Vale hanya tersenyum, sesekali mengangguk dan tertawa kecil sembari mendengar ocehan aneh dari mulut Marcel. Kalau bukan karena ancaman Sea, pasti dirinya sedang menangis kencang sekarang.

"Dulu aku pernah berkhayal untuk meminum sebuah ramuan agar aku dan pasanganku dapat hidup abadi. Ah, coba ramuan itu kenyataan, aku pasti akan mencarikannya untukmu dan Pangeran. Tapi sayangnya, tidak. Hahaha!"

Tanpa mereka berdua sadari, Sea membalikan badan, menyeka airmata yang menetes diujung matanya. Marcel, kau hebat sekali membuat seseorang mudah bersedih.

"Maafkan aku, Vale, kita tidak dapat berbicara panjang lebar. Ah, ralat, aku yang tidak bisa panjang lebar karena tiba-tiba saja ada banyak domba terbang diatasku, alias ngantuk!"

Marcel menggaruk kepalanya bingung atas apa yang harus disampaikan lagi, padahal masih banyak hal yang ingin diceritakannya pada Vale namun tidak untuk sekarang.

"Marcel, kamu ingin tidur?" tanya Vale lirih.

"Hoam... mendadak aku mengantuk sekali."

"Janji ya, setelah tidur kamu akan terbangun. Kalau tidak, aku pasti akan sangat, sangat, sangat marah!"

"Baiklah, my Barbie. Tapi jangan lupakan oleh-oleh yang kuminta, oke?"

"Siap, kapten!"

"Selamat tinggal, Barbie..." Marcel mulai memejamkan mata.

"Hei, jangan ucapkan selamat tinggal, tapi sampai jumpa," Vale cemberut sebal.

Marcel hanya tersenyum manis. Entah kenapa, senyuman itu terasa sangat manis hingga Vale tidak berkedip untuk senyumannya.

"Baiklah, baiklah, Princess. Sampai jumpa lagi," lirih Marcel sambil tersenyum.

"Oh iya. Marcel, terimakasih! Terimakasih untuk segalanya!!!" ucap riang Vale disertai senyuman paling manis.

Marcel memilih diam dan memutuskan sambungannya. Tidak. Tidak boleh terbayang-bayang oleh senyuman itu karena senyuman itu kini milik Sea seorang.

"Sampai jum..." Ternyata sambungan Video Call itu telah terputus sepihak oleh Marcel. "Ah, dasar si Marcel."

Vale melirik Sea yang sedang sibuk menyeka air matanya. "Tadi kamu yang melarangku untuk menangis, tapi sekarang malah kamu yang asyik menangis!"

"Siapa juga yang sedang menangis, aku ini kelilipan, tau!" sergah Sea.

"Mata sebelah mana yang kelilipan? Sini biar aku tiupin," jawab Vale polos.

Sea merengek seperti anak kecil. "Ini, sebelah kanan..."

"Mana? Memangnya kelilipan apa sih?" kesal Vale. Sedari tadi ia meniup mata Sea tapi masih saja kelilipan.

"Kelilipan cinta. Hahaha!" Untuk sekian kalinya Sea tertawa karena berhasil menggoda Vale.

"Ih, dasar kamu ya!" Vale memukul-mukul pundak Sea dengan sebal.

Setidaknya mereka dapat tertawa sejenak, merasakan kebahagian dari kekonyolan yang mereka ciptakan sendiri.

"Setelah ini akan ada acara apa?" tanya Vale tiba-tiba.

Sea menunjuk-nunjuk keningnya seolah mengingat sesuatu. "Oh iya, sepuluh menit lagi ada acara dansa sebagai acara penutup."

"Wah, dansa? Tapi siapa yang akan berdansa?"

Sea menepuk keningnya. "Tentu saja kita, sayang. Kecuali para tamu yang ingin ikut berdansa juga boleh ikut."

"Tidak. Aku tidak bisa berdansa," tolak Vale mentah-mentah.

"Nah, sudah waktunya. Ayo!" ajak Sea lalu menggenggam tangan sang istri ke ruang tengah.

"Tapi Sea..."

Sea tidak menggubris ucapan Vale. Ia mulai meletakkan tangan Vale diatas pundaknya seperti memeluk dan tangannya memeluk pinggang Vale erat.

"Uhm, Sea. Apa ini tidak terlalu dekat?" tanya Vale risih.

"Dari jarak sedekat ini, aku bisa merasakan hembusan nafasmu, bahkan jantungmu yang sedang berdetak kencang. Dan ternyata kamu cantik sekali."

"Aku memang cantik dari lahir," ucap Vale bangga, menutupi rasa malunya akibat dipuji Sea.

"Benar. Saking cantiknya, aku ingin sekali merobek gaunmu dan menelanjangimu, sayang." Sea mencium pundak Vale yang terekspos sempurna.

"Astaga Sea, ucapanmu kelewat vulgar!" ucap Vale hampir berbisik.

Alunan musik slow mengiringi pengantin dan para tamu untuk berdansa ringan. Ada pula yang hanya berbincang-bincang masalah kerja sembari memakan sajian yang ada.

"Bisa tunggu sebentar, sayang? Aku ingin ke toilet."

"Kamu ini benar-benar, ingin ke toilet saja minta ijin kepadaku?" Vale terkekeh kecil.

"Intinya, tunggu disini dan jangan kemana-mana," perintah Sea diangguki Vale.

Vale yang haus akhirnya mengambil gelas berkaki yang berisi cairan kuning berperisa manis. Minuman yang bahkan ia tidak ketahui namanya ternyata sangat lezat.

"Minuman ini enak sekali!" ucap Vale riang gembira.

Tiba-tiba gelasnya ditarik oleh seseorang. "Minuman apa ini?" Sea mencium aroma aneh pada minumannya.

"Ini beralkohol! Kamu sudah minum berapa gelas?" tanya Sea khawatir.

Vale sudah sempoyongan sambil tersenyum-senyum sendiri. "Benarkah? Aku baru minum tiga gelas. Berikan aku minum lagi! Cepat, aku haus!"

Sea menggendong Vale ala bridal style sembari mengangguk kepada pelayan untuk membawakan air hangat ke kamar mereka.

"Hei, apa-apaan ini? Turunkan aku! Kamu ini penculik ya? Cepat lepaskan aku atau aku akan berteriak?!" ocehan Vale tidak jelas.

Sea diam saja, percuma menjawab pertanyaan orang mabuk. Ada-ada saja Vale, minuman yang rasanya manis itu jelas-jelas alkohol mahal yang sengaja ia beli diluar kota dengan harga mahal.

Vale dibaringkan ditempat tidur setelah Sea melepas high heels yang Vale kenakan. Tetap tidak menggubris ucapan Vale yang tidak jelas itu.

"Hahaha! Dasar pria bodoh! Aku ini seorang Siren, kamu tidak percaya? Lihat ekorku ini, cantik bukan?"

Pintu terketuk, lantas Sea membukanya mendapati seorang pelayang membawa secangkir air hangat yang sempat ia pesan.

"Minumlah, sayang." Dengan hati-hati Sea menuntun Vale untuk meminumkannya.

Vale menurut lalu mendadak perutnya mual dan muntah tepat mengenai jas mahal Sea. "Hueekkk!!!"

"Sabarkan hamba, Poseidon. Terkutuklah minuman alkohol itu!" geram Sea setengah mati.

Setelahnya Vale tertidur nyenyak. Ia juga telah mengganti dress Vale dengan baju tidur. Rasanya ingin sekali ia menyentuh Vale malam ini namun ia tidak bisa.

"Sayang, sebenarnya aku terlalu bersabar. Aku juga ingin menyentuhmu sekarang, tapi aku tidak akan melakukannya tanpa persetujuan darimu."

✺✺✺

FYI : Neptune adalah sebutan lain untuk Raja dan bukan sebuah nama.

Dasar Lala PHP!

Sombong! Sok ngartis!

Iya, maki aku sesuka hatimu 😭
Untuk sedikit informasi bahwa POS akan segera tamat. Well, happy ending or sad ending? 😂

Tetap stay and waiting ya!

Continue Reading

You'll Also Like

926K 21K 9
-tamat- SEDANG DALAM PROSES REVISI, kembalilah setelah proses perbaikan selesai, tapi kalau kalian tetap memaksa ingin membacanya aku tidak bertanggu...
258K 14.3K 33
"Kau akan apa? Melindunginya? Kau tidak akan bisa melakukan itu bodoh! Untuk saat ini dia akan menjadi pionnya, setelah penyihir itu berhasil mendapa...
2.5M 250K 32
"Seperti halnya sang Putri Tidur dalam cerita dongeng Anak-anak, yang harus mendapat ciuman magis dari sang Pangeran, cinta sejatinya, agar terbangun...
309K 21.5K 34
"Kau bersembunyi , aku akan mencarimu. Kau tersesat , aku akan menemukanmu. Kau pergi , aku akan menunggumu kembali. Saat mereka mencoba mengambil mu...