Yes, Mr Billionaire [COMPLETE...

By Reiinah76

37.1M 1.7M 56.6K

"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 1... More

REVISI
Yes, Mr Billionaire
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
chapter 45
chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
PENGUMUMAN!!!
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Extra Part (1)
Extra part (2)
PENGUMUMAN!!

Chapter 34

449K 23.4K 1.7K
By Reiinah76

"Makasih, mbak," ucap Dera seraya mengambil kembalian uang dari kasir. Beruntung obat yang dibelinya hanyalah obat oles dingin biasa untuk kakinya yang bengkak dan bukan obat obat mahal karena Dera akan semakin merasa bersalah kepada Charlotte yang membayar biaya obatnya.

Kakinya beranjak keluar dari apotek itu dan membiarkan hawa sesak panas perkotaan menyambutnya.

Kakinya belum sebegitu pulih, namun dirinya sudah bisa berjalan sebentar walaupun masih terasa sakit. Terkadang memang dia harus berhenti dan duduk beberapa menit untuk beristirahat namun itu sudah jauh lebih baik daripada harus berdiam diri di atas kasur tanpa bisa melakukan apa apa.

Karena itu selama ini dia jarang pergi keluar rumah dan lebih memilih untuk berdiam di rumah. Dia tidak ingin kakinya semakin sakit karena terlalu dibebankan olehnya.

Ditambah lagi ketakutannya bila dia bertemu dengan Gerald saat tidak sengaja menginjakkan kaki keluar rumah. Dera meminta kepada Rian untuk dengan sengaja menjauhkan dirinya dari semua suruhan Gerald, dia meminta Rian untuk menutupi identitasnya selama dia berada di rumah sakit. Dan Dera percaya kalau Rian bisa melakukannya.

Namun dengan begitu bukan berarti dia tidak mungkin bertemu dengan Gerald jika dia pergi keluar rumah.

Apakah dia siap menemui Gerald?

Dera rasa tidak.

Lagi lagi dia memikirkan tentang laki laki itu dan melamun ditengah jalan.

Dera menepuk wajahnya sekali dan lalu sesegera mungkin berjalan pelan ke arah gedung Mall seperti rencana awalnya, menghabiskan waktu berbelanja di pusat perbelanjaan.

Kakinya terasa sakit, namun tidak dihiraukannya. Dera berjalan semakin mendekat kepada pintu otomatis mall, namun tiba tiba langkahnya terhenti oleh sesuatu yang dilihatnya begitu jelas.

Dera terpaku kaget.

Oh tidak...

Dia mendapatkan seorang laki laki yang mati matian dihindarinya, berdiri dengan tubuh kekarnya di depan pintu kaca pusat perbelanjaan sedang menatap Dera lekat. Ketika mata mereka menemukan satu dengan yang lain, disana, ditempat itu juga, waktu terasa berhenti.

Tatapannya menyelam terlalu dalam dalam manik mata laki laki itu, dia kembali lagi tenggelam ke dalamnya. Menatap laki laki yang selama 2 minggu ini dihindarinya.

Dihindari namun dirindukan.

Namun kembali lagi ingatannya mengulang kejadian yang telah terjadi beberapa hari yang lalu. Dera membeku di tempat.

"Dera!" panggil Gerald.

Rasanya sudah begitu lama Dera tidak mendengar suara seraknya memanggil namanya. Dia sangat merindukannya, ingin rasanya Dera datang kepada Gerald dan kembali ke dalam dekapan hangat laki laki itu, namun rasa sakit dihatinya tidak pernah membiarkannya.

Reflek kakinya membawa langkah Dera menjauh dari Gerlad sesaat dia melihat laki laki itu mulai mengejarnya.

(India mode on.. 😂)

Dera berlari menuju gang yang menuju kepada apartemen Charlotte dengan kakinya yang mulai terasa sakit. Namun dia belum bisa berhenti berlari, dia masih mendengar derap kaki lelaki itu mengejarnya dan memanggil namanya.

Tapi apa daya dirinya yang memiliki langkah jauh lebih kecil daripada lelaki itu.

Tidak butuh waktu lama sampai akhirnya Gerald mengejarnya.

Lelaki itu meraih lengan Dera dan menghentikan langkah tertatih tatihnya. Gerald merangkul pundak Dera dan memeluknya erat, tidak membiarkan perempuan itu bergerak menjauhinya.

"Lepaskan! Lepaskan aku, Gerald."

Lelaki itu tetap memeluk Dera tidak peduli sebagaimana perempuan itu meronta di dalam dekapannya. Yang sekarang dipikirkannya hanyalah memeluk perempuan itu yang begitu dirindukannya dan selalu mengahantui pikiran Gerald siang dan malam.

"Apa maumu, Gerald?" kata Dera. Gerald tidak menjawab dan malah membenamkan wajahnya di ceruk leher Dera. Jantung perempuan itu dibuatnya berdetak dua kali lipat lebih cepat. Seharusnya tidak terjadi seperti ini.

"Katakan, apa maumu?" Suara Dera melemah.

"Dirimu."

Perkataan Gerald membuat dera melemas di tempat. Hanya sebuah kata sederhana dengan mudahnya dapat meruntuhkan tembok yang telah dibuatnya selama 2 minggu ini? Jangan bercanda...

"Kau berbohong, kau tidak mungkin inginkan diriku," kata Dera. Perempuan tiba tiba kembali membuat Gerald yang kaget dan tanpa sengaja melepaskannya.

"Jangan sentuh aku!" seru Dera mundur beberapa langkah.

"Dera, dengarkan aku-"

"Apa yang perlu ku dengar darimu!? Untuk apa kau kemari? Bukannya kau senang sekarang tidak ada siapapun yang akan menghalangi kebebasanmu? Tidak ada istri cerewet tidak berguna lagi yang mengganggumu, bukan?" tanya Dera kencang. "Bukankah kau sudah merasa senang sekarang tanpa diriku membebanimu? Lalu mengapa kau tetap mencari aku!?"

Nafas Dera menderu keras, dia sangat marah. Gerald tidak kunjung menjawab, sampai akhirnya dia membisik.

"Karena aku telah terlanjur jatuh untukmu."

---

Dera hanya bisa berdiam ditempat tanpa bisa berkata kata.

Jatuh untukku? Gerald?

Omong kosong.

Dera menolak mempercayai laki laki itu.

"Bagaimana mungkin aku bisa percaya kepada semua perkataanmu? Jika kau benar jatuh untukku, kau tidak akan pernah meninggalkanku sendiri malam itu. Kau tidak akan pernah menelantarkanku seorang diri menunggumu sepanjang malam, Gerald," kata Dera. Dengan setengah mati ditahannya air mata yang mengancam untuk keluar dari pelupuk matanya. Dera kembali membuka sakit yang telah setengah mati ditutup olehnya, dan rasanya begitu sakit.

"Malam itu aku begitu kalut dalam emosiku hingga aku meninggalkanmu. Aku sangat menyesalinya," kata Gerald. "Percayalah kepadaku, Dera."

"Tidak! Kalau kau benar benar memiliki perasaan kepadaku, tidak mungkin kau dengan seenaknya bisa bermain dengan cewek lain, apalagi sampai tidur dengannya," kata Dera.

"Pasti bocah itu memberitahu dirimu kan?" kata Gerald. "Sungguh Dera aku tidak pernah tidur dengan perempuan lain."

"Kau berbo-"

"Ini semua karena dirimu. Aku mencoba melupakan sakit di hatiku dengan melampiaskannya kepada perempuan lain, namun bahkan menciumnya pun terasa sangat salah. Setiap kali aku mulai mendekat, hanya wajahmu yang terpapar di dalam benakku," kata Gerald. Dera terdiam kaku.

"Malam itu, memang niatku untuk bersenang senang dengan seorang wanita penghibur yang kutemui di bar, namun hal itu tidak pernah terjadi. Aku tidak bisa, aku tidak bisa menyentuh siapapun kalau wajahmu selalu menghantuiku. Akhirnya aku membiarkannya tidur di kamar lain dan aku habiskan malam itu sendirian. Aku sungguh tidak berbohong soal ini."

Dera sudah sepenuhnya tidak bisa berkata apa apa. Dia hanya bisa berdiri di tempat tanpa bisa bergerak sama sekali. Tiba tiba Gerald terjatuh pada lututnya.

"Malam itu, aku baru sadar sebagaimana dirimu berarti bagiku," kata Gerald. Pandangannya yang tegas, sekarang terlihat begitu lemah, memohon.

"Terasa sangat berat bagiku untuk bangun dan menjalankan hari tanpa dirimu di sampingku. Rasanya tidak berarti," kata Gerald. "Seumur hidup aku tidak pernah meminta, apalagi memohon kepada siapapun, namun kali ini aku akan melakukan kepadamu. Kumohon kembalilah."

"Kumohon, Dera," kata Gerald.

Rasanya begitu menyiksa melihat Gerald tersungkur di lantai memohon dirinya untuk kembali. Rasanya begitu tersiksa melihat seseorang yang kau cintai terlihat sedih memohon ketika dirimu bisa membuatnya tersenyum kembali.

"Kumohon, berikanku kesempatan lagi."

Akhirnya Dera tidak bisa menolak lagi.

"Baiklah," gumamnya. Sangat pelan, namun terdengar jelas oleh Gerald.

Lelaki itu langsung berdiri dan memeluknya erat, sangat erat bahkan Dera bisa merasakan debaran jantung laki laki itu dari luar dadanya.

"Terimakasih," katanya. "Sungguh terima kasih."

Dera mengangguk. Gerald meraup wajahnya dan mencium Dera lembut.

Mereka berdua berciuman tanpa peduli dimana diri mereka berada. Sekarang mereka hanya ingin merasakan kehangatan satu dengan yang lain, yang rasanya sudha sangat lama mereka tidak saling merasakannya.

Aku juga mencintaimu.

.

FOLLOW ME ON INSTAGRAM

Nnareina

Ok jadi alasan kenapa aku ngga update kemarin itu tentu aja karena yang namanya ujian. Aku bener bener sibuk sama pra sampai aku udah ngga punya waktu buat mikirin wattpad. Karena itu juga, bukunya Carl yang perfect accident juga aku udah ngga bisa update dengan jadwal. Soalnya suka tiba tiba ada tambahan pelajaran di sekolah atau kerja kelompok dadakan.

Sekali lagi maaf dan mohon maklumkan. Aku usahain setiap hari, tapi kalau ngga juga 2 hari pasti aku update satu.

Jangan lupa vote dan komen, thank you all!!

Love you!

Continue Reading

You'll Also Like

865K 52.1K 55
Tatapan yang tajam dan gelap itu sangat menusuk mataku. Baru kali ini aku melihat seorang pria yang menatapku dengan tatapan tajam dan penuh kebencia...
6.6M 338K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
687K 79.8K 58
[SLOW UPDATE] Setelah mengalami kecelakaan bus dan tewas, Renna bereinkarnasi menjadi salah satu anak dari tokoh villain psycopat dalam sebuah novel...
1.3M 52.1K 40
Bagaimana perasaanmu jika mendapatkan pernyataan cinta dari pria terkaya no. 1 di kota London? Inilah yang dialami Vallerie Jhonson. Ia mendapatkan p...